Gambaran Air Bah Dan Sosok Nuh
Kisah dalam Kejadian 7:1-24 telah diceritakan dari masa ke masa baik dalam tradisi lisan, pengajaran gerejawi bagi para pemeluk Kristen dan Katolik. Bahkan dalam perjalanannya, manusia lebih mengenal bumbu-bumbu cerita itu ketimbang cerita aslinya. Menurut beberapa pemerhati kitab atau para teolog, kitab Kejadian 7:1-24 mengisahkan tentang sisi lain dari watak Allah, selain sebagai Sang Pencipta, Allah juga tampil sebagai Sang Perusak.
Kisah ini terletak di kitab Kejadian 1-11, yang menjadi bagian cerita kosmologis Israel, sebuah kisah yang mengantarkan pembacanya pada kisah-kisah asal muasal sebelum Allah mengadakan perjanjian dengan manusia pilihanNya. Ada tiga tema besar dalam rangkaian cerita Kejadian 1-11, yaitu:
- Penciptaan, sebuah situasi dari kondisi chaos menjadi teratur,
- Perusakan, sebuah kondisi dari teratur kembali pada chaos,
- Penciptaan kembali, sebuah kondisi dari chaos kembali menjadi teratur.
Kejadian 1-11 menjadi dasar bagi sebuah teologi penting dalam kehidupan manusia, dimana karya Allah terjadi dalam setiap waktu. Allah tidak hanya menciptakan dan selesailah karya agungNya, tetapi dia selalu terus menerus menciptakan dan memperbaikinya. Allah bekerja senantiasa dari masa ke masa dalam sejarah umat manusia. Allah selalu ikut campur dalam urusan kehidupan ciptaanNya, sebagai Sang Pemelihara.
Tokoh utama dalam Kejadian 7:1-24 bukan Allah sendiri, tetapi seorang manusia yang disebut mendapatkan kasih karunia dari TUHAN, yaitu manusia yang bernama Nuh. Nuh juga digambarkan sebagai seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang pada masa itu, dan hidup bergaul dengan Allah. Nuh tidak menolak ketika Allah memerintahkan perihal-perihal yang dipandang aneh oleh banyak orang kepadanya. Nuh membuat perahu raksasa, dilanjutkan dengan melakukan pemanggilan pada pasangan hewan-hewan. Dalam hal ini peran manusia Nuh memiliki kesalehan mutlak. Tidak dinampakkan sosok yang menolak perintah, tetapi sosok yang sepenuhnya patuh, seperti yang tersurat dalam Kejadian 6: 22 “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.”[14]
Ada dua perintah utama dari Tuhan kepada Nuh, perintah pertama adalah membuat sebuah bahtera. Bahtera ini dijelaskan dengan sangat teliti baik bahan maupun dimensi wujudnya. Bahtera itu harus dibuat dari kayu gofir, harus dibuat berpetak-petak dengan tiga tingkat atas, tengah, dan bawah. Ditutup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Ukurannya sangat jelas, tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Atap bahtera itu sehasta dari atas. Pada lambungnya terdapat pintu yang tidak disebutkan jumlahnya.
Perintah pertama selesai, masuklah episode perintah yang kedua. Perintah kedua adalah mengambil segala binatang yang tidak haram tujuh pasang, jantan dan betinanya, binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya, burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina. Namun ada yang menarik, ternyata juga ditampilkan yang lain seperi yang tersurat dalam Kejadian 7:14-16 “segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata yang merayap di bumi dan segala jenis burung, yakni segala yang berbulu bersayap; dari segala yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu. Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup”[15].