Daftar Bacaan Alkitab (Leksionari) GKJW

Penjelasan Daftar Bacaan Alkitab (Leksionari) GKJW

MENDADAK LEKSIONARI?

Daftar bacaan Alkitab yang diterbitkan oleh DPT GKJW tahun 2009 sedikit mengalami perubahan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Perubahan tersebut adalah pada bacaan hari Minggu yang biasanya terdiri dari 1 (satu) bacaan berubah menjadi 3 (tiga) atau 2 (dua) bacaan dan bacaan harian yang biasanya 1 (satu) bacaan berubah menjadi 2 (dua) bacaan. Ada sebagian jemaat (paling tidak pendetanya?) yang merespons perubahan itu dan mungkin juga ada sebagian yang menganggap biasa saja.

Ambilah contoh umpamanya respon kritis dari beberapa kalangan tentang perubahan bacaan hari minggu dari satu bacaan kepada tiga bacaan adalah: mengapa GKJW tiba-tiba memakai tiga bacaan? Apakah GKJW sudah ikut-ikutan gereja Katolik? Bagaimana GKJW bisa mandiri secara teologis jikalau bacaan Alkitabnya saja mengikuti bacaan yang disusun oleh gereja lain? Dan mungkin pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya. Saya yakin bahwa pertanyaan kristis itu berangkat dari rasa cintanya kepada GKJW dan ingin menunjukkan jatidiri ke-GKJW-annya dibanding gereja-gereja lain.

Perubahan bacaan dari satu menjadi 3 untuk hari Minggu dan dari satu menjadi 2 untuk bacaan harian tentulah memiliki maksud dan tujuan. Tentu perubahan itu bukan hanya sekadar menambah atau mengurangi apalagi hanya sekadar ikut-ikutan, karena gereja lain memakai maka GKJW ikut-ikutan memakainya. Perubahan tersebut pasti diarahkan untuk membangun iman dan membahani pembinaan secara utuh, terarah dan tematik sesuai dengan peristiwa gerejawi (perayaan liturgis gerejawi). Tentu hal ini bukan bermaksud menafikan pembinaan dengan daftar bacaan yang selama itu dilakukan dengan 1 (satu) bacaan. Namun dengan 3 (tiga) bacaan maka pembinaan jauh lebih utuh dan lengkap.

 

LEKSIONARI DALAM KILASAN SEJARAH

Leksionari berasal dari kata Latin lectionarium yang secara harfiah berarti sebuah buku atau daftar bacaan yang harus dibaca dalam ibadah selama tahun berjalan. Mengacu kepada arti umum tersebut sesungguhnya jumlah bacaan tidak menentukan kategori leksionari atau bukan sebab semua daftar bacaan yang dibaca selama tahun berjalan baik itu satu, dua atau tiga bacaan adalah leksionari.

Karena leksionari adalah daftar bacaan yang harus dibaca dalam ibadah selama tahun berjalan maka tentu saja kita bisa berkesimpulan bahwa leksionari itu bukan tiba-tiba saja ada. Artinya, kita bisa berasumsi bahwa selama ada kebutuhan atas daftar bacaan dalam ibadah, maka di sana pasti juga sudah ada leksionari. Penyusunan daftar bacaan itu bisa kita runut dari sejarah bangsa Israel ketika Bait Allah dihancurkan dan mengalami pembuangan ke Babel pada jaman Raja Nebukadnezar (587 s.M). Karena Bait Allah hancur dan umat Israel terbuang maka umat Israel beribadah di sinagoge. Jelas model ibadah di Bait Allah dengan sinagoge sedikit berbeda. Ibadah di Bait Allah berpusat pada persembahan korban sesuai Hukum Taurat. Ibadah di sinagoge ibadah berisikan doa, membaca dan mempelajari Hukum Taurat. Karena itulah untuk mempermudah pengajaran disusunlah daftar bacaan supaya seluruh Hukum Taurat itu bisa dibaca dan dipelajari. Daftar bacaan di sinagoge terdiri dari kitab Taurat (Torah) dan kitab Nabi-nabi (nebiim).

Demikian juga pada jaman Tuhan Yesus, daftar bacaan juga sudah menjadi bagian umum dalam peribadatan. Dalam Lukas 4: 16-17 kita melihat bahwa Tuhan Yesus membacakan kitab Yesaya 61:1-2. Tentu ini bukan sebuah kebetulan karena sinagoge di mana Tuhan Yesus membacakan kitab tersebut sudah cukup lama dipergunakan untuk beribadah. Sehingga, kepala sinagoge itu pasti memberikan gulungan kitab Nabi Yesaya itu dengan bagian yang menjadi bacaan pada hari itu. Pola penyusunan daftar bacaan inipun terus berlanjut pada jaman gereja perdana (jaman para rasul). Sebab, pola ibadah gereja perdana juga sangat terpengaruh oleh pola ibadah di sinagoge. Namun demikian, substantsi dari ibadah gereja perdana tersebut kini diisi dengan kesaksian iman dalam perjumpaan dengan karya Tuhan Yesus Kristus.

Istilah leksionari ini sedikit menghilang dari sejarah gereja terutama di jaman patristik. Namun pada jaman kekaisaran Charlemagne atau kaisar Karel Agung (742-814 M) seluruh gereja di wilayah kekuasaannya diwajibkan untuk memakai leksionari dalam penyampaian firman Tuhan. Leksionari wajib dipergunakan sebagai dasar homili (khotbah), karena homili adalah sesuatu yang esensial bagi kehidupan jemaat. Sementara itu di kalangan gereja Timur, yaitu gereja Ortodoks Yunani, leksionari juga menjadi dasar dari pengajaran iman kepada jemaat. Pada masa reformasi gereja yang dilakukan Marthin Luther (1517 M), leksionari juga tidak pernah ditiadakan, tetapi direvisi dengan maksud bahwa seluruh peribadatan haruslah menyatakan kebenaran Kristus secara jelas dan bukan mengaburkannya. Karena itulah Marthin Luther melakukan revisi leksionari salah satunya dalam perayaan Transfigurasi Kristus yang sebelumnya dilakukan setiap 6 Agustus dipindah ke minggu terakhir setelah Epifani.

Dalam perkembangan gereja selanjutnya, leksionari semakin mengalami perubahan. Di kalangan Katolik, pasca Konsili Vatikan II leksionari menduduki posisi strategis dalam peibadatan jemaat. Bahkan langkah kongkrit dilakukan dengan membentuk kelompok kerja penyusunan leksionari yang mulai bekerja pada tahun 1964 dan pada tahun 1969 diterbitkan dan ditetapkanlah bacaan leksionari yang disebut Ordo Lectionarium Missae (OLM). Karena OLM ini adalah produk Konsili Vatikan II maka jiwa atau semangat ekumenis sangat terasa sehingga banyak denominasi gereja mengacu kepada OLM dalam peribadatannya dengan menambah atau mengurangi bagian-bagian tertentu dari daftar bacaan dalam OLM. Karena banyaknya modifikasi, maka timbullah kekacauan dalam leksionari itu sendiri. Sehingga, pada tahun 1987 dilakukan pertemuan lembaga liturgi ekumenis yang disebut The Consultation on Common Texts (CCT) untuk membahas khusus leksionari tersebut. Lembaga liturgi ekumenis tersebut secara intensif mengoreksi dan menata kembali OLM dan diterbitkan pada tahun 1983 dengan nama the Common Lectionary (CL). CL dipublikasikan dengan harapan menadapatkan masukan dari berbagai denominasi gereja dunia. Setelah mendapatkan masukan, maka pada tahun 1992 revisi dari CL tersebut diterbitkan menjadi the Revised Common Lectionary (RCL) yang dipergunakan oleh sebagaian besar denominasi gereja di seluruh dunia.

 

KHARAKTERISTIK RCL

Leksionari GKJW selama ini (2010-2015) mengacu kepada leksionari yang diterbitkan oleh RCL. Pilihan ini tentu bukan pilihan sekadarnya saja. Pemilihan ini dikarenakan kesadaran akan proses panjang sampai terbitnya RCL seperti di atas, sehingga setidak-tidaknya leksionari yang dipergunakan oleh GKJW lebih mencakup kebutuhan di jemaat-jemaat. Maksudnya adalah: haruslah diakui selama ini di GKJW (gereja protestan umumnya) bahwa khotbah sering dianggap elemen ibadah yang utama sementara liturgi sering dianggap sebagai elemen pelengkap. Sehingga dengan memilih RCL setidak-tidaknya kami berharap antara khotbah dan elemen liturgi tersebut dapat disejajarkan. Supaya leksionari yang selama ini kita pergunakan dapat semakin membantu pelayanan ibadah di GKJW maka perkenankan kami menyampaikan beberapa kharakteristik dari RCL sebagai berikut:

  1. Bacaan yang disusun oleh RCL adalah berdasarkan kalender perayaan liturgis yang berpusat pada peristiwa Paskah. Daftar bacaan disusun dari Injil di seputar peristiwa Paskah dan dirangkai sesuai perayaan liturgis.
  2. Tahun gerejawi diatur dalam siklus 3 (tiga) tahun yang dimulai semenjak Adven pertama yaitu:
    a. Tahun A yang berfokus pada Injil Matius
    b. Tahun B yang berfokus pada Injil Markus
    c. Tahun C yang berfokus pada Injil Lukas
  3. Injil Yohanes diletakkan di antara ke-tiga siklus tahun tersebut dalam peristiwa khusus di seputar peristiwa Paskah.
  4. Bacaan hari Minggu setelah Pentakosta disusun dengan skema:
    a. Semi sinambung (semi continous) di mana bacaan dari PL tidak memiliki hubungan benang merah dengan bacaan Injil dan Surat Rasuli tetapi memiliki benang merah teologis dengan bacaan PL minggu berikutnya.
    b. Komplementer (complementary) di mana bacaan PL memeiliki benang merah teologis dengan Injil dan Surat Rasuli.
  5. Bacaan harian disusun berdasarkan siklus mingguan yang bermula pada hari Kamis dan berakhir hari Rabu minggu selanjutnya. Bacaan hari Kamis-Sabtu berkaitan dengan bacaan hari Minggu akan datang sementara bacaan hari Senin-Rabu berkaitan dengan bacaan hari Minggu yang lalu.

 

LEKSIONARI DALAM KONTEKS GKJW

GKJW sebagai gereja yang hadir di Indonesia dan lebih spesifik di Jawa Timur tentu memiliki konteks dan kebutuhan khas dalam hal daftar bacaan Alkitab. Kekhasannya tersebut adalah untuk menjawab kondisi konteks yaitu internal GKJW maupun eksternal lingkungan sekitarnya. Demi tujuan menjawab konteks tersebut maka disusunlah tema baik dalam PKP (6 tahunan) maupun tema tahunan dan bulanan. Pertanyaan kemudian muncul, jikalau leksionarinya mengacu pada bacaan yang disusun oleh ukemenis universal seperti RCL apakah bacaan itu kontekstual?

Pertama-tama, kita menyadari bahwa konteks lokal tidaklah mungkin digeneralisir. Tetapi bukankah yang sangat lokal itu juga sangat universal? Ini berarti membawa kita sebagai gereja menyadari keberadaannya sebagai bagian dari gereja yang universal yaitu gereja Am yang kalender gerejawinya pasti sedikit banyak saling berkaitan dengan kalender gerejawi universal sepanjang jaman.

Pemahaman akan keberadaan diri sebagai bagian yang universal itulah yang seharusnya juga menjadikan GKJW menawarkan konteks lokalnya untuk dapat menjadi konteks universal. Sebab, semangat ekumenis haruslah semangat saling memberi dan menerima supaya masing-masing gereja saling memperkaya.

Kedua, karena kesadaran konteks lokal tersebut, maka leksionari yang disusun atas kalender gerejawi universal itu dibawa dalam konteks lokal GKJW dengan cara disusun tema-tema tertentu yang mengacu pada tema besar PKP V yaitu “Wujudkan GKJW yang Mandiri dan Berarti Bagi Sesama Ciptaan.” Kelokalan itulah yang diharapkan tercermin dalam tema-tema kalender gerejawi yang disusun dalam daftar bacaan Alkitab tahun 2016 ini.

Ketiga, karena kekhasan tema lokal yang dikaitkan dengan kalender gerejawi sesuai perayaan liturgis, maka dalam daftar bacaan Alkitab tahun 2016 ini, penyusunan temanya disesuaikan dengan rangkaian tahun liturgis. Akhirnya, sangat dimungkinkan dalam satu bulan masehi (sonar) ada lebih dari satu tema jikalau dalam satu bulan itu juga ada lebih dari satu peristiwa liturgis. Demikian juga sebaliknya, sangat dimungkinkan dalam satu setengah atau dua bulan hanya ada satu tema jikalau memang dalam kurun waktu itu hanya ada satu peristiwa liturgis. Penyusunan tema model tahun 2016 ini sangat berbeda dengan penyusunan tema-tema tahun sebelumnya. Perubahan ini diharapkan bahwa dalam setiap moment liturgis di GKJW dipandu dan diarahkan secara bersama dengan tema dan bacaan yang sama, sehingga gerak langkah GKJW secara keseluruhan dapat sama.

 

TEKNIS PENGGUNAAN LEKSIONARI 2016

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan Leksionari tahun 2016 ini adalah:

  1. Daftar bacaan tahun 2016 ini merupakan siklus bacaan tahun C yang berfokus pada Injil Lukas. Perubahan siklus dari tahun B ke tahun C dimulai tanggal 29 Nopember 2015 dan berakhir pada 24 Nopember 2016.
  2. Bacaan hari Minggu adalah bacaan “puncak” yang diawali dari bacaan harian hari Kamis, Jumat, Sabtu dan terus digemakan di hari Senin, Selasa, Rabu. Karena itu mohon setiap jemaat diajak untuk setia dalam pembacaan harian itu supaya benang merah dari permenungan teologis dalam pembacaan Alkitab saling berkesinambungan. Sebagai upaya menemani warga jemaat dalam menghayati pembacaan Alkitab secara utuh tersebut, DPT menerbitkan Pancaran Air Hidup (PAH) yang mengulas secara ringkas pesan teologis dari bacaan harian.
  3. Pola yang diilih untuk tahun 2016 adalah pola komplementer (complementary) sehingga dalam penggunaan bacaan hari Minggu antara bacaan I (Perjanjian Lama) dengan Bacaan II (Surat Rasuli) dan bacaan III (Injil) memiliki benang merah teologis. Untuk mempermudah mencari kaitan benang merah tersebut, DPT menerbitkan Rancangan Khotbah (RK) dengan harapan menjadi acuan utama dalam setiap pelayanan ibadah Minggu atau hari-hari khusus.

Akhirnya, selamat mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui kesetiaan kita bersama dalam mempelajari, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tuhan memberkati.(to2k).

Menu halaman ini: