Bencana Alam dari Perspektif Perjanjian Lama

21 October 2018

Dalam perkembangannya, manusia yang secara moralitas memiliki pola pikir yang terbatas dengan mentalitas yang rendah, maka menjadi makhluk yang memberontak melawan Allah yang menciptanya. Dosa dalam diri manusia menjadikannya merusak seluruh isi dunia. Bahkan manusia menolak sebuah kenyataan bahwa pengetahuan yang dimiliki itu terbatas dan tidak dapat menerima bahwa manusia bukanlah pusat dari alam semesta.

Namun demikian manusia memiliki ‘kekuasaan’ sebagai bagian dari haknya yaitu memberi nama kepada makhluk-makhluk lain. Tetapi kekuasaan manusia itu adalah kekuasaan yang sudah rusak. Manusia membiarkan kejahatan menguasai pikiran mereka, dan yang lebih parah lagi adalah manusia mulai menjadi budak kebiasaan dan tindakan jahat. Disinilah bagian dari konsep manusia telah memberontak terhadap Tuhan Allah. Manusia tidak mau tunduk kepada perintah Allah. Oleh karena itu hubungan manusia dengan Allah terlihat terputus, sehingga manusia tidak lagi mencerminkan hidup ilahi. Akibatnya, manusia akan hidup dalam ketakutan, penyesalan karena tergugat oleh hatinya.[12]

 

Konsep Kerusakan Alam Perdana

Beberapa referensi mengungkap dan membandingkan tentang cerita kerusakan alam perdana yaitu melalui kisah air bah di zaman nabi Nuh. Cerita pembanding seperti kisah ‘Gilgamesh’ yang sangat politheistis tentu berbeda dengan cerita dalam alkitab yang sangat monotheistis. Cerita air bah dalam kisah Gilgamesh ditulis dalam rangka usaha manusia untuk memperoleh kekekalan hidup. Sedangkan cerita air bah dalam alkitab justru menonjolkan pokok-pokok dasar iman umat pilihan Allah. Ada dua pokok dasar iman yang ditonjolkan, yaitu adanya kenyataan hukuman dan penyelamatan Allah.[13]

Dua pokok dasar iman ini memang dapat beragam cara pandang menyikapinya. Namun setidaknya ada sikap Allah yang dapat dilihat, yaitu betapa Allah sungguh memperhatikan dunia beserta isi yang merupakan karya agung-Nya itu.

Sebuah keputusan dalam memusnahkan dunia diawali dengan ketidak-sukaan Allah akan adanya kekacauan yang ada di dunia. Allah tidak menginginkan adanya kejahatan yang diakibatkan oleh dosa manusia. Konsep penyelamatan atas dunia setelah peristiwa air bah adalah adanya dunia baru yang didasarkan atas janji ilahi. Dunia baru yang dimaksud adalah adanya kelestarian dan keteraturan akan kehidupan harmonis antar semua titah Tuhan.

Tokoh Nuh dijadikan sebagai pelopor dunia baru. Allah memberitahukan rencanaNya kepada Nuh dan cara menyelamatkan kehidupan semua jenis titah. Nuh menyambut rencana Tuhan tersebut sesuai dengan alur rencana Tuhan. Allah memberikan kesempatan hidup dengan membuka babak baru kehidupan meskipun ciptaan-Nya tidak lagi “amat baik”. Allah mengaruniakan kepada seluruh manusia keturunan Nuh suatu perjanjian yang berisi ketetapan bahwa mereka tidak akan dilenyapkan oleh air bah.

Penyelamatan atas manusia itu tidak didasarkan atas keyakinan tertentu saja, sehingga konsep ini sangat memungkinkan bagi semua manusia dari segala umat untuk dapat bekerjasama dalam karya pelestarian alam dan beragam kehidupan karya agung Allah.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak