Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman tentang penciptaan alam semesta bagi manusia masih beragam. Sehingga pada akhirnya masuk dalam sebuah kesimpulan dengan berlatarbelakang agama, bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan hanya dapat diyakini di dalam iman menurut pemahaman agama yang dianutnya. Semua agama mengajarkan kepada umatnya tentang terjadinya alam semesta yang disebabkan karena penciptaan.
Ajaran tentang penciptaan ini besar sekali artinya bagi kehidupan manusia, karena Tuhan Allahlah yang menciptakan dunia dengan segala isinya menurut kehendak dan kuasa-Nya. Pada awalnya ada sebuah pemahaman bagi manusia, yaitu adanya garis pembatas antara Tuhan yang menciptakan dan manusia yang merupakan bagian yang diciptakan.
Namun berkembangnya pola pikir disertai dengan perubahan peradapan manusia dengan kelengkapan ilmu pengetahuan yang berkembang terus, maka kemudian timbul kesadaran untuk memahami hal yang berbeda dan lebih bisa diterima. Walaupun manusia merupakan bagian dari karya penciptaan Allah, yang dalam pengertian ada perbedaan antara Allah dan manusia, namun dalam hal karya penciptaan ini, Allah tetap menunjukkan kasihNya kepada manusia. Sehingga karya penciptaan Allah juga merupakan tindakan Allah untuk senantiasa membuat relasi dengan manusia bahkan menempatkannya sebagai pihak yang mendapat penghormatan untuk ikut terlibat dalam menjaga akan karya penciptaan Allah.
Untuk memperjelas dalam rangka melepaskan adanya pembatas dan perbedaan manusia dengan Allah yang demikianlah, yang kemudian Allah menjadikan manusia sebagi teman sekerjanya. Sebab Allah melakukan karya penciptaan itu dengan sangat sempurna dan penuh kehati-hatian, maka diperlukannya karya pelestarian atau lebih tepatnya karya penyelamatan atas kelangsungan hidup karya ciptaanNya.
Tugas pemeliharaan atas kelangsungan hidup karya Allah itulah, Allah memperkenankan teman sekerjanya untuk menerima tanggung jawab terhormat ini. Dalam melakukan mandat penuh dari Allah ini manusia tidak lepas dari kasihNya supaya terhindar dari unsur kecerobohan dan keserakahan yang sangat mudah hinggap dalam pola pikir dan tindakan kehidupan manusia. Adanya pola kehidupan yang ceroboh dan serakah inilah yang menjadi sumber pengingkaran diri akan pemegang mandat Tuhan untuk memelihara ciptaan Allah lainnya. Oleh karena itu sepatutnya manusia senantiasa memahami tentang bagaimana Allah merancang karya penciptaan pada mulanya, sebuah karya agung yang sangat istimewa itu, agar supaya pemahaman ini sebagai petanda sekaligus pengingat akan mandat terhormat yang diterima manusia tersebut.
Esensi Penciptaan Alam Semesta
Setiap karya cipta Allah memiliki alur kehidupan yang sempurna, sebuah indikasi bahwa Allah dalam menghadirkan karyanya itu memerlukan waktu dan bahkan pemikiran Allah yang tak seorang manusiapun memahami melalui pola pikir manusianya. Sehingga jika Allah memandatkan kepada manusia untuk memeliharanya, maka sisi positifnya adalah adanya kepercayaan Allah kepada manusia yang dianggap memiliki kemampuan diatas ciptaan lainnya. Bahkan bisa juga dianggap sebagai sebuah penghormatan dari Allah kepada manusia, yang diyakini memiliki kemampuan untuk mengembang mandat Allah tersebut.
Yang menarik kemudian adalah bahwa mandat yang diterima manusia, tidak hanya sekedar sebuah tindakan untuk memelihara saja, tetapi dan bahkan cenderung untuk menikmatinya. Kenikmatan yang dimaksud tidak hanya kenikmatan secara jasmani saja tetapi juga kenikmatan rohani. Sehingga jika saja manusia tidak setia menerima mandat tersebut, maka terjadilah kerugian yang tidak hanya dirasakan oleh Sang Pemilik alam semesta ini saja, tetapi juga lepasnya kenikmatan bagi manusia dan kehancuran bagi alam semesta beserta penghuninya.
Alur kehidupan yang harmonis diantara alam dan penghuninya inilah yang diharapkan oleh Allah kepada manusia untuk senantiasa dijaga dan dilestarikan. Sangat diperlukan kesetiaan sang pemegang mandat yaitu manusia, untuk senantiasa memegang teguh kepercayaan Allah tersebut.