1
PENGANTAR
Alkitab mencatatkan upaya umat percaya menghidupi dan merefleksikan relasi mereka dengan Tuhan. Berbagai cara dilakukan dalam upaya menjalin dan mempertahankan relasi tersebut, cara yang paling banyak dilakukan dan dicatat dalam Alkitab, melampaui berbagai cara lain (korban, ibadah, aksi) adalah doa. Doa adalah cara yang paling sederhana, tetapi doa yang muncul dalam perjalanan Alkitab tidak pernah remeh-temeh, karena doa apa pun selalu memiliki latar belakang kuat dari sang pendoa. Dalam tulisan ini akan diungkapkan bagaimana evolusi doa dalam narasi Alkitab, bentuk-bentuk doa yang dilakukan, hingga berbagai tradisi yang menyertai doa sepanjang Alkitab. Dari sana diharapkan didapatkan gambaran mengenai teologi-teologi doa dalam Alkitab. Pada bagian terakhir tulisan ini akan digambarkan teologi-teologi doa tersebut dikaitkan dengan pentingnya pelayanan dan komunitas doa.
PERIODE BAPA LELUHUR
Doa adalah Relasi, Pengabulan Doa adalah Hak Allah
Banyak teolog kerap menyebut doa pertama adalah Kejadian 4:26, ketika keturunan Set mulai memanggil nama TUHAN. Namun, jika doa dimaknai sebagai percakapan intens antara manusia dengan Tuhan, maka pembicaraan Allah dengan Adam dan Hawa setelah mereka makan buah pengetahuan (Kej. 3:9-13) adalah bentuk doa yang pertama kali. Sangat mungkin dalam persembahan korban Kain dan Habel (Kej. 4:4) doa juga menjadi bagian dari prosesi tersebut. Maka melihat realitas doa yang muncul dalam narasi Alkitab tersebut, doa adalah sebuah perayaan relasi dari manusia dengan Tuhan.
Jawaban pertama untuk doa muncul dalam Kejadian 15. Setelah menerima janji bahwa Allah akan memberkati dan menjadikannya sebagai jalan berkat, Abram berdoa meminta Tuhan dalam doanya untuk mengklarifikasi bagaimana Dia akan melakukan itu. Tuhan menanggapi dengan memberikan Abram sebuah perjanjian dan bukti perjanjian tersebut melalui korban (Kej. 15:5, 9-20). Jawaban doa ini datang atas pertanyaan Abram (lih. Kej. 15:2-3, 8). Abram mempercayai janji Tuhan dan Tuhan menganggap dia benar karena mempercayai-Nya. Doa Abram memiliki pengaruh yang luas. Tuhan memberi Abram lebih dari yang dia minta. Hal yang sama terjadi juga pada Hagar, Hagar menemukan bahwa Allah mendengar tangisan orang yang membutuhkan ketika mereka ada kesusahan (Kej. 16:11). Hal tersebut mendorong kisah-kisah doa yang diungkapkan dengan gigih, salah satu kisah tentang ini misalnya doa Yakub dalam Kejadian 32.
Doa syafaat pertama muncul dalam Kejadian 17:18, ketika Abraham meminta supaya Ismael menjadi jalan berkat dari janji Allah, tetapi doa syafaat pertama ini dijawab oleh Allah dengan “Tidak” (Ay. 19), karena Allah memiliki rencana sendiri atas Abraham bukan melalui Ismael, tetapi melalui keturunan Sara, yaitu dengan lahirnya Ishak pada periode setelahnya (Kej. 21). Bagaimanapun, syafaat Abraham sebenarnya dijawab juga oleh Tuhan, karena Ismael nyatanya diberkati juga oleh Tuhan (Kej. 17:20). Hal tersebut menunjukkan bahkan ketika Allah menjawab tidak, sejatinya rencana damai sejahtera diberikan kepada semua orang, tetapi bukan semata-mata sesuai keinginan sederhana manusia, tetapi menurut cara Tuhan sendiri. Tuhanlah yang memiliki hak sepenuhnya atas jawaban doa manusia. Dan jawaban doa itu sering kali lebih daripada yang dimintakan oleh manusia itu sendiri.
Pola doa syafaat Abraham menjadi pola bagi doa-doa syafaat para periode setelahnya. Doa tidak hanya ditujukan untuk sang pendoa sendiri. Beberapa doa syafaat pada masa bapa-bapa leluhur misalnya: doa Abraham bagi orang benar di Sodom (Kej. 18:23-33) dan Abimelekh (Kej. 20:17). Ishak memohon kepada TUHAN untuk Ribka (Kej. 25:21), Melkisedek memberkati Abram (Kej. 14:19), dan Yakub memberkati banyak putranya (Kej. 48:15, 20; 49:28). Sementara Nuh memberkati Yafet dan mengutuk Kanaan (Kej. 9:25-27). Doa syafaat menunjukkan relasi antara manusia dengan Tuhan, tetapi karena doa itu tidak ditujukan untuk diri sendiri, maka doa syafaat juga simbol relasi antara sesama manusia.