Ibadah Minggu

14 April 2021

6

  • Cermin 20
    – Saya bersyukur nyaris tak pernah libur melayani ibadah Minggu
    + Woow, keren
    – Ya bagaimana lagi, warga senang dengan khotbahku
    + Bapak sudah berdamai dengan Pak Dadap?
    – Berdamai dengan dia? Oh, sampai kiamat tak bakalan!
    + Lha, kemarin Bapak khotbah tentang pengampunan?
  • Cermin 21
    + Saya perhatikan selama pak pendeta khotbah kamu senyum sinis, kenapa?
    – Hmmmm
    + Kenapa, Bro. Kan khotbah beliau penuh semangat, mimik beliau juga penuh senyum
    – Hmmmm, sudahlah jangan tanya!
    + Jangan gitu, Bro
    – Kata-katanya beda dengan isi hatinya!
  • Cermin 22
    + Serius banget kamu mengikuti khotbah beliau, tumben
    – Betul. Penasaran saja
    + Maksudmu?
    – Ya ampun, khotbahnya persis seperti yang saya baca kemarin di buku Firman Hidup, plek! Kok bisa ya? Kenapa hari ini kita ke gereja, sia-sia!
  • Cermin 23
    + Pak, sudah kurang 15 menit lho
    – Tenang, Bu.
    + Kok tenang kan butuh 15 menit untuk sampai si gereja dan Bapak kan bertugas
    – Masa mereka mau “nglancangi” aku?!
  • Cermin 24
    + Bro, kan rutin ibadah di sini
    – Iya
    + Pernah mencermati nggak apa yang dilakukan Pak Drembo selama ibadah?
    – Pernah
    + Apa yang kamu ketahui?
    – Pasti keluar saat pak pendeta berkhotbah. Baru masuk lagi kala khotbah usai.
  • Cermin 25
    + Bro, perhatikan kanan dan kiri mimbar itu
    – Memang ada apa?
    + Perhatikan saja baik-baik
    + Gimana?
    – Betul juga. Wah, selama ini nggak kuperhatikan
    + Apa yang kamu lihat?
    – 2 yang di pojok terus saling berbisik, yang di tengah asyik dengan jempol dan hp-nya dan itu berlangsung sepanjang pelayanan firman.
  • Cermin 26
    +Kesan Bapak setelah melayani perjamuan kudus kemarin?
    – Mengharukan, khidmat. Warga jemaat sangat menikmati dan menghayati. Hebat!
    + Hmmmm
    – Bapak nggak tahu sih. Usai perjamuan Pak Drembo dan Pak Sangar nyaris baku hantam, karena anak Pak Drembo tak diikutkan jadi Panita Paskah oleh Pak Sangar.
    + Pak Drembo dan Pak Sangar yang kemarin bertugas mendampingi saya?
    – Iya.
  • Cermin 27
    + Sudah berapa lama kamu nggak ke gereja?
    – Mungkin baru setahun
    + nggak kangen?
    – Kangen? Nggak sama sekali.
    + Kenapa?
    – Memangnya biar seperti bapakku? Tiap Minggu ke gereja tapi nggak ada perubahannya sama sekali hidupnya!
    + Maksudnya?
    – Suka memukul, tak bisa menerima pendapat orang lain, dan kasar ucapannya.
  • Cermin 28
    + Pak, sudah Sabtu sore, lho. Belum persiapan untuk khotbah besok to?
    – Persiapan, persiapan! Kan ada Rancangan Khotbah. Tinggal baca saja kok repot!
    + Hmmmm
  • Cermin 29
    + Pak, kemarin banyak yang senang dengan khotbah Bapak
    – Ya wajarlah, aku lama mempersiapkan diri
    + Maksud saya senang karena ada 3 video klip yang lucu walau nggak firmannya.
  • Cermin 30
    + Buku apa itu, Pak?
    –  Seribu ilustrasi khotbah
    + Untuk apa?
    – Kok untuk apa, ya untuk khotbah!
    + Kok buku ilustrasi?
    – Lha, yang dibutuhkan warga kan lucunya, bukan firmannya.

Sekarang, mari kita perhatikan pengertian ibadah sebagaimana diajarkan oleh GKJW. Saya sadurkan beberapa bagian penting tentang ibadah dari buku Tata dan Pranata GKJW sebagai berikut.

Hakikat ibadah ialah berhimpunnya warga untuk menghadap dan mewujudkan persekutuannya dengan Tuhan Allah. Sedangkan dasar ibadah ialah:

  1. Tindakan dan panggilan Tuhan Allah kepada umat-Nya di mana Ia memberikan wawasan, motivasi, kekuatan, dan petunjuk-Nya.
  2. Kebutuhan dan kewajiban orang percaya untuk memberikan jawaban terhadap panggilan Tuhan Allah serta memuliakan nama-Nya.

Ibadah bertujuan untuk menumbuh-kembangkan persekutuan orang percaya sehingga rencana karya Tuhan Allah makin berlaku dan nyata di dunia ini, demi kemulaan nama Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

Yang dimaksud dengan “menumbuh-kembangkan” adalah menambah jumlah maupun bobot persekutuan yang mencakup jumlah ibadah, jumlah yang hadir, jumlah persembahan, dinamika dan kreatifitas, peningkatan penghayatan dan pemahaman, tidak statis, tidak monoton, tidak verbalistis dan kontekstual. Dengan demikian diharapkan kehidupan setiap orang percaya sehari-hari menunjukkan berlakunya persekutuannya dengan Tuhan Allah dan sesamanya. Dengan dicantumkannya kata-kata “demi kemuliaan Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus” maka ditegaskan bahwa ibadah itu hanya tertuju kepada kemuliaan nama Tuhan Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus dan bukan untuk kemuliaan para pelayan ibadah maupun orang percaya itu sendiri (MA GKJW, 1996, Tata dan Pranata Greja Kristen Jawi Wetan, halaman 58-60)

Baca lanjutan tulisan ini

Renungan Harian

Renungan Harian Anak