Kalender gerejawi menandai beberapa peristiwa penting sehubungan dengan Paskah tahun ini. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah Rabu Abu (14/2), Minggu Palmarum (25/3), Kamis Putih (29/3), Jumat Agung (30/3), Sabtu Sunyi (31/3) dan Minggu Paskah (1/4). Banyak jemaat GKJW yang mengadakan kebaktian khusus untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting tersebut.
Berbeda dengan kalender gerejawi, kalender nasional hanya menandai Jumat Agung sebagai hari libur nasional. Keterangan tanggal merahnya sering disebut sebagai “Wafat Isa Almasih”. Kalender nasional, memang hanya menandai Jumat Agung, Hari Kenaikan Yesus Kristus dan Natal sebagai hari besar Kristiani. Sementara Paskah dan Pentakosta tidak ditandai sebagai hari libur nasional. Di antara kelima hari raya utama tersebut, Natal dan Paskah adalah yang paling populer.
Karena itu ada banyak salah kaprah mengenai hal ini. Libur Jumat Agung kerap disebut dengan libur Paskah. Ucapan “Selamat Paskah” juga kerap diucapkan pada hari Jumat. Padahal keduanya berbeda. Terkait erat namun berdiri sendiri.
Ucapan “Selamat Paskah” tidak tepat jika diletakkan di hari Jumat. Jumat Agung adalah peristiwa mengenang penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota. Sementara paskah adalah peristiwa mengenang kebangkitan Yesus yang bangkit dari kematian pada hari minggu.
Paskah adalah “jantung” kekristenan. Seluruh bangunan teologi Kristen didasarkan pada peristiwa kebangkitan Yesus. Paskah adalah hari raya terbesar umat Kristiani sebab di situlah letak karya keselamatan Allah yang paripurna.
Paskah berarti kembalinya hubungan yang baik antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Hubungan yang semula putus karena dosa manusia kini sudah ditebus melalui kematian Yesus Kristus. Dengan kebangkitan-Nya jaminan hidup kekal dapat terwujud.
Paskah, Tanggalnya Selalu Berubah
Jika hari raya Natal merujuk pada tanggal yang sama setiap tahun, tidak demikian halnya dengan Paskah. Tanggal peringatan paskah selalu berubah setiap tahun. Namun sebagai acuan, berlangsungnya antara tanggal 22 Maret sampai 25 April.
Lantas, apa yang menjadi dasar pembedanya? Penentuan hari Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar) sedangkan perayaan Paskah lebih ditentukan berdasarkan sistem penanggalan Bulan-Matahari (luni-solar). Sistem penanggalan solar mengacu pada waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari satu putaran penuh. Sementara sistem luni-solar mengacu pada perpaduan antara sistem penanggalan matahari dan penanggalan bulan.
Konsili (sidang para bapa gereja) Nicea pada tahun 325 Masehi menentukan bahwa perayaan Paskah itu harus memenuhi dua syarat:
Pertama, waktunya jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama. Bulan purnama yang dimaksud di sini adalah bulan purnama Paskah (BPP; Paschal full moon); bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi modern.
Bulan purnama Paskah (BPP) adalah purnama pertama pada atau setelah terjadinya equinox (saat matahari melintasi garis khatulistiwa) tanggal 21 Maret. Sedangkan dalam astronomi modern, bulan purnama (BPA; Bulan Purnama Astronomis) merupakan satu waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari.
Kedua, waktu tersebut berlangsung setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox). Dengan catatan, jika bulan purnama itu terjadi pada hari Minggu, maka Paskah jatuh pada hari Minggu berikutnya.
Dalam perhitungan astronomi modern, waktu Matahari melintasi titik musim semi bisa bervariasi antara tanggal 19-21 Maret. Namun, berdasarkan Konsili Nicea, waktunya sudah ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun. 21 Maret adalah hari yang istimewa. Tanggal ini juga diyakini sebagai “Hari Penciptaan” dalam beragam kepercayaan kuno.
Selain adanya peristiwa musiman vernal equinox di atas, tanggal 21 Maret ini terkait juga dengan peristiwa Paskah Yahudi, tanggal 1 Nisan. Konsili Nicea dibutuhkan agar gereja-gereja bisa memperingati Paskah pada waktu yang sama. Harapannya, sederhananya sama seperti ketika kita memperingati ulang tahun. Sebisa mungkin kita merayakannya sedekat tanggal peristiwa pertama itu terjadi. Bukankah begitu?!
Berdasarkan patokan dua rumus di atas, maka penentuan jatuhnya Paskah menjadi lebih mudah. Namun, perhitungannya cukup ribet juga jika tak paham. Tapi, buat yang awam, tak usah kuatir dengan hitung-hitungan ini. Sudah ada rumus bakunya atau tabel Paskahnya.
Misalnya seperti ini: tahun 2018 dan 2019 purnama jatuh di bulan Maret. Sementara pada tahun 2017 dan 2020 purnama jatuh di bulan April. Dari situ, ketahuanlah kapan Paskahnya tiba. Rentetan ini jelas akan berimbas kapan siklus Paskah terjadi. Mulai penentuan Rabu Abu, Pekan Paskah, Kenaikan, hingga Pentakosta, dan Trinitaris.
Oh, ya, siapa yang menyaksikan penampakan bulan nan istimewa pada dini hari Jumat Agung atau Paskah tahun ini? Indah bukan?! Seindah kasih Allah pada manusia-manusia yang penuh noda dan dosa ini. Dia sendiri datang, menyejarah dalam hidup dan kehidupan manusia. Sang Sabda yang mengambil rupa sebagai hamba. Mati di kayu salib menebus ciptaan-Nya dari kuasa dosa dan maut. Bangkit dan kelak datang kembali, menyediakan tempat di kehidupan kekal. Bagi setiap orang yang percaya dan mau mengikuti jalan-Nya.
Selamat merayakan Paskah. Salam damai senantiasa…
—
*) data diolah dari berbagai sumber
Tulisan ini merupakan hasil pengembangan dan spesifikasi dari tema sejenis berjudul: Purnama di Sabtu Sunyi (Paskah dan Fenomena Semesta)