Pengantar dari Admin:
“Mati dipenjara karena menyebarkan injil”. Inilah yang terjadi atas Ds. Dr. Barend Martinus Schuurman. Penjajah jepang menjebloskannya ke penjara karena dianggap mata-mata Belanda. Ia meninggal dalam tahanan jepang pada tanggal 6 Juli 1945.
Schuurman adalah salah satu tokoh yang membidani lahirnya Balewiyata pada tahun 1927. Ia menguasai bahasa Jawa dan menekuni budaya Jawa. Bukunya yang berjudul „Pambiyaking Kekeraning Ngaurip” (Penyingkapan Rahasia Kehidupan) berisi tentang dogmatika berpola pikir jawa. Buku tersebut merupakan bukti kepiawaiannya mengawinkan pandangan Jawa dengan teologi Kristen. Namun, Jepang mengira bahwa buku tersebut merupakan dokumen rahasia pemerintah Belanda.
Dalam rangka menyambut ulang tahun IPTh. Balewiyata ke-91 bulan Januari ini, kami mengunggah tulisan Ds. Drijo Mestoko tentang pertemuannya dengan Ds. Schuurman di penjara. Keduanya adalah pendeta-pendeta diawal kelahiran GKJW yang sempat dipenjara oleh penjajah Jepang.
Teks ini diterjemahkan dari: “Ontmoeting met DR. B.M. Schuurman – een dag en een nacht in de gevangenis te Malang” yang terdapat dalam buku “Over Alle Bergen” (1951)
Keterangan:
Ds = Dominus. Sebutan untuk pendeta di masa itu.
Ken Pe Tai (Kempeitai) = Polisi Militer Jepang.
—
Pertemuan dengan Ds. Dr. B.M. Schuurman
Sehari dan Semalam di Penjara Malang
Oleh Ds. Drijo Mestoko
Merupakan hal yang sangat mengejutkan bahwa saya bisa bertemu dengan Ds. Schuurman. Pertemuan ini kami akui merupakan campur tangan Tuhan yang Maha Esa. Berdasarkan arahan Ken Pe Tai, sebenarnya saya dan Ds. Schuurman tidak boleh bertemu, sehingga kami sering kali berpindah-pindah penjara.
Pada tanggal 14 Juni 1945, saya dipindahkan Ken Pe Tai ke penjara Malang. Tetapi nampaknya mereka lupa akan larangan tersebut. Hari itu tiba-tiba saya dimasukkan ke dalam sel yang digunakan juga oleh Ds. Schuurman. Bahkan disitu, hanya ada kami berdua sehingga kami bisa leluasa berbincang-bincang.
Ds.Schuurman sangat sakit. Kaki dan wajahnya bengkak sehingga beliau tidak bisa keluar dari sel-nya. Kami sungguh tidak bisa membayangkan, betapa bahagianya kami berdua dapat bertemu. Setelah kami menanyakan kabar satu sama lain, Ds. Schuurman mengatakan bahwa beliau sudah tidak lagi merasa kuat karena badannya sudah bengkak-bengkak. Secara manusia, beliau merasa sudah tidak tertolong. Tetapi di dalam Tuhan, beliau merasa ada sedikit harapan.
Saya sendiri melihat bahwa ucapan-ucapan beliau sudah tidak teratur. Beliau juga sering lupa dengan beberapa hal. Hal itu membuat saya sangat khawatir. Namun demikian, beliau masih bisa menjelaskan dengan baik jika saya menanyakan hal-hal yang penting. Jiwa beliau masih sangat kuat menempel pada Sang Juru Selamat dan beliau pantang menyerah.
Pesan pertama-tama beliau kepada saya adalah sebagai berikut: “Kamu terlihat lebih kuat dari pada saya. Oleh karena itu, jika Tuhan membebaskan kamu dan saya dipanggil, maka temuilah istri saya dan ceritakanlah semua tentang saya, karena tidak ada seorangpun yang mengenal saya lebih baik daripada kamu. Untuk saya, lebih baik kalau Tuhan memanggil saya. Saya percaya bahwa istri saya kuat menghadapi penderitaan ini. Hanya kadang-kadang saya sedih memikirkan anak-anak saya. Mereka semua masih dalam usia yang perlu dididik. Namun saya meletakkan semuanya dalam tangan Tuhan”.
Kemudian kami menceritakan mengapa kami ditangkap. Beliau dituduh oleh Ken Pe Tai sebagai pemimpin para pendeta di Jawa Timur yang menjadi mata-mata musuh dengan berkedok gereja. Beliau dianggap akan memberi petunjuk kepada musuh tentang hal-hal yang rahasia. Saya sendiri dianggap sebagai asisten beliau, dimana ketika beliau ditahan, maka kepemimpinan diserahkan ke tangan saya. Para pendeta yang pernah datang mengunjungi beliau di rumah dianggap sedang melaporkan sesuatu sebagai mata-mata. Tuduhan itu sama sekali tidak diakui oleh Ds. Schuurman karena hal itu memang tidak benar. Oleh karena itu beliau disiksa dengan berbagai cara. Namun beliau pantang menyerah dan tetap membantah. Nampaknya, untuk sementara ini, beliau tidak akan diiterogasi lagi.
Kemudian kami berdua membicarakan dan memikirkan semua pendeta yang ditangkap dan meninggal dalam penjara. Kami memahami, ini semua bukanlah kehendakTuhan. Untuk itu kami memohon terang dan kekuatan Tuhan untuk kami berdua. Kami berlutut dihadapan Tuhan.
Setelah selesai berdoa, Ds. Schuurman berkata kepada saya, “Dalam penilaian saya, kamu belum 100% menyerah karena kamu masih meminta bantuan secara fisik. Oleh karena itu, marilah besok pagi kita bersama-sama lagi berdoa dan menyerahkan sepenuhnya kepada tangan Tuhan.” Saya menjawab, “Saya juga telah menyerahkan jiwa dan tubuh, jadi saya menanyakan apakah masih mungkin dipakai bekerja di kerajaan Tuhan? Tetapi jika disini saya nampak masih belum menyerah, tentu ini adalah keinginan daging saya.”
Kami lalu pergi tidur setelah kami berbicara tentang banyak hal. Tuan Schuurman sebenarnya ingin berbagi tempat tidur dengan saya, tetapi itu tidak mungkin. Tempat tidur tersebut hanya cukup untuk satu orang saja dan penyakit beliau sudah begitu parah. Oleh karena itu, saya tidur di lantai dan beliau tidur diatas bangku. Disinilah nampak luar biasanya Tuan Schuurman. Meskipun beliau sedang sakit, beliau masih memberi saya celananya yang sobek sebagai selimut untuk kaki saya karena ruangan itu sangat dingin. Disitu tidak ada selimut, hanya ada tikar yang robek sebagian.
Ketika hari telah pagi, Tuan Schuurman berusaha keluar dari sel meskipun hal itu sudah sangat sulit untuk beliau. Setelah kami membasuh wajah dan cukup segar, kami duduk dan berbincang-bincang untuk saling menguatkan dan menghibur. Kali ini kami membicarakan tentang jemaat Tuhan, bagaimana ia bisa dikalahkan oleh masalah besar, tidak hanya oleh perang dari luar, tetapi juga dari dalam. Oleh karena itu, kami berdoa bersama-sama lagi dan benar-benar menyerahkan keberadaan kami, tubuh dan jiwa sepenuhnya kepada Tuhan. Setelah selesai berdoa, beliau memegang tangan saya dan berkata, “Saudara, sekarang saya tahu pasti kehendak Tuhan mengapa saya dan kamu bertemu disini. Meskipun kita hanya berdua, namun kita adalah wakil jemaat dari barat dan timur yang bertemu ditengah kekacauan dunia. Demikianlah sebenarnya bahwa jemaat di seluruh dunia harus bertemu dan menjadi salah satu pemenuhan rencana Tuhan. Di masa lalu, ada kekurangan dalam penyatuan ini dan jelas hal itu bukanlah kehendak Tuhan. Bagi saya, adalah baik bahwa Tuhan akan membawa saya pergi. Dan meskipun kita tidak akan bertemu lagi, saya percaya bahwa gereja Tuhan akan semakin bertumbuh”.
Pada saat itu, saya tidak mampu berkata-kata. Saya hanya berucap, “Ya, semoga kita menerima kekuatan dari Tuhan.” Momen pendek ini saya jadikan inti pertemuan sehari semalam itu. Percakapan itu juga saya anggap sebagai perintah dari Tuhan dan dengan segala kekuatan saya, saya akan bekerja untuk kesatuan jemaat, tidak hanya di Jawa, namun di seluruh dunia. Saya juga merasakan, bahwa salah satu alas an saya ada di dalam penjara adalah karena kita kekurangan saudara yang sama-sama bekerja di jemaat Tuhan.
Hari itu, Tuan Schuurman juga menitipkan pesan dari beberapa misionaris yang ditahan di Cimahi. Mereka berpesan bahwa daerah misi di Jawa yang telah hancur harus dipulihkan bahkan dibuat lebih baik banyak lagi. Misalnya dengan mendirikan sebuah sekolah teologia bersama-sama.
Ketika kami masih berbincang-bincang, Tuan Schuurman dipanggil untuk pemeriksaan penyakitnya. Saya sungguh tidak berpikir bahwa setelah itu, saya tidak akan bertemu lagi dengan beliau. Setelah beberapa hari, saya mendapat berita bahwa Tuan Schuurman telah dipanggil Tuhan di ruang sakit penjara. Pesan tersebut membuat hati saya sangat takut, tetapi…”Kehendak Tuhan terjadilah!”
(Dari Jawa)