Tahun Gerejawi: Minggu I Setelah Natal
Judul: Mengalah Bukan Berarti Kalah
Tema: Tuhan Maha Kuasa
Bacaan Alkitab: Filipi 2:5-11
Ayat Hafalan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)
Lagu Tema: Melayani, Melayani Lebih Sungguh
Tujuan:
- Anak dapat menjelaskan tindakan Allah mengutus Yesus datang ke dunia dengan meninggalkan kemahakuasaan-Nya untuk menjadi manusia.
- Anak dapat menyebutkan faktor penghambat untuk menjadi orang yang rendah hati.
- Anak dapat menyebutkan faktor pendukung untuk menjadi orang yang rendah hati.
- Anak dapat melatih diri untuk menjadi rendah hati seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Mari mengawali dengan pertanyaan, “apakah kita mengetahui kehendak Kristus?.” “Bagaimana membedakan dan memastikan bahwa apa yang kita ketahui adalah kehendak Kristus dan bukan kehendak kita yang seolah-olah kita anggap sebagai kehendak Kristus?”
Jika kita menyimak surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Paulus mengungkapkan beberapa gagasan teologis penting yang dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama, di tengah konteks perbedaan yang meruncing yang menyebabkan pertikaian dan perselisihan di tengah jemaat, Paulus menegaskan pentingnya melepaskan keakuan (egosentrisme-keterpusatan pada diri sendiri), dan menaruh perhatian terhadap kepentingan orang lain (ayat 1-4). Kedua, bagaimana melepaskan keakuan? Kita dapat melepaskan keakuan ketika kita mau membuka diri terhadap Sang Kristus Yesus sebagai Sang Kebenaran sejati (lihat Yohanes 14:6). Jika kita membuka diri terhadap Kristus, maka Roh Kudus yang adalah Roh Kristus sendiri, akan hadir mendiami dan melingkupi kita. Sang Roh Kudus yang mendiami diri kita akan membimbing kita ke dalam seluruh kebenaran, mengaruniakan hikmat, pengertian, pengetahuan, dan penghiburan yang membuat kita dapat mengetahui kedalaman hati dan kehendak Sang Kristus. Jadi, hanya melalui pertolongan Sang Roh Kudus sajalah, kita dapat menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ayat 5). Artinya melalui Roh Kudus, kita dapat memiliki keserupaan perilaku dengan Sang Kristus Yesus. Melalui pertolongan Roh Kudus kita dapat dengan jernih membedakan manakah kehendak Kristus dan manakah yang sebenarnya bersumber dari keinginan/hasrat kita sendiri.
Ketiga, Sang Kristus Yesus memberikan teladan dan pedoman perilaku yang sangat jelas, yakni melalui pengosongan diri Allah (kenosis). Karena cinta-Nya yang begitu besar kepada dunia, Tuhan Allah Sang Pencipta yang Maha Tinggi bersedia menjadi rendah. Tuhan Allah rela mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di kayu salib (ayat 6-11). Semua itu Tuhan Allah lakukan demi mencintai dan merengkuh dunia. Jika Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus telah meneladankan pengosongan diri dan kerendahan hati, kiranya semangat yang sama juga dapat kita hidupi. Sebagai pamong, mari memberikan keleluasaan ruang pada Sang Roh Kudus untuk memimpin kita sebagai pelayan yang siap mengosongkan diri demi merengkuh sesama dan membagikan cinta kasih-Nya kepada anak-anak secara total. Di tengah dunia yang sibuk meraup materi, berlomba menawarkan pemujaan terhadap diri sendiri secara narsistik dan berebut mengedepankan tampilan (performance), mari menghidupi spiritualitas kerendahan hati dan pengosongan diri yang tidak sekadar mementingkan diri, melainkan memperhatikan kepentingan sesama.
Pendahuluan
Pernahkah teman-teman mendengar istilah “mengalah bukan berarti kalah”? Kira-kira apa artinya ya? (Beri kesempatan remaja untuk menyampaikan pendapatnya). Mengalah tentu membutuhkan kerendahan hati. Tidak mudah untuk dapat mengalah dalam suatu persoalan. Seringkali yang terjadi adalah kita tidak mau kalah. Karena itu mengalah membutuhkan kerendahhatian, meskipun bukan berarti kalah.
Cerita
Dalam bacaan Filipi 2:5-11 yang sudah kita baca tadi, Paulus mengungkapkan tentang pengorbanan dan kesetiaan Yesus dalam mengasihi manusia. Yesus yang telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa hamba untuk menjadi sama dengan manusia, setia sampai mati di kayu salib. Allah begitu mengasihi manusia, karena itu Allah menginginkan agar manusia tidak lagi hidup dalam dosa. Maka Allah mengutus Yesus, anakNya yang tunggal untuk menjadi penyelamat manusia dengan cara mengosongkan diriNya sendiri, menjadi sama dengan manusia dan setia sampai mati di kayu salib.
Di masa minggu 1 setelah natal ini kita diajak untuk meneladani Yesus yang telah merendahkan diri demi kasihNya kepada manusia. Mari kita belajar untuk selalu memiliki sikap rendah hati, mau mengosongkan diri kita untuk diisi oleh Roh Kudus sehingga kita selalu dituntun untuk selalu berbuat baik. Bukan perasaan selalu benar dan paling kuat yang kita unggulkan, melainkan kerendahan hati yang penuh kasih bagi semua orang. Tentu tidak mudah karena seringkali kita tidak mau kalah. Ego atau keakuan kita seringkali jauh lebih kuat. Kita lebih ingin diperhatikan daripada memperhatikan, lebih ingin dikasihi daripada mengasihi. Mari belajar untuk dapat lebih mengasihi sesama kita seperti Yesus yang telah mengasihi kita. Belajar mengalahkan ego atau keakuan kita untuk dapat lebih mengasihi sesama kita.
Aktivitas
Bagikan selembar kertas atau sticky note yang bisa ditempel. Ajak remaja untuk menuliskan komitmen untuk terus belajar rendah hati dan mengalahkan keakuan, untuk lebih dapat melayani dan mengasihi lebih sungguh lagi.
Ajak remaja untuk menuliskannya dengan bahasanya sendiri dan menempelkan kertas tersebut di kamar tidur, meja belajar, lemari pakaian atau tempat lain yang mudah terlihat untuk mengingatkan akan komitmen tersebut.
BASA JAWA
Carita
Ing wacanan Filipi 2:5-11 kang wus diwaca, Paulus nyritakake bab pengorbanan lan kasetyane Gusti Yesus kanggo nresnani manungsa. Gusti Yesus kang wus ngosongake awake dhewe lan njupuk wujud abdine dadi padha karo manungsa, setya nganti mati ing kayu salib.
Gusti Allah tresna banget marang manungsa, amarga saka iku Gusti Allah kepengin manungsa ora urip ing dosa maneh. Mulane Gusti Allah ngutus Gusti Yesus, Anake ontang-anting, dadi Juru Slamete manungsa kanthi ngosongke Diri dadi padha karo manungsa lan setya nganti mati ing kayu salib..
Ing masa minggu pisanan sawise Natal iki, awake dhewe diundang kanggo neladan marang Gusti Yesus, kang ngasorake Diri amarga katresnane marang manungsa. Sumangga awake dhewe padha sinau supaya tansah andhap asor, gelem ngosongake diri supaya dikebaki Roh Suci lan katuntun tansah nindakaken kang apik. Ora rasa paling bener lan paling kuat kang diunggulake, ananging rasa andhap asor kang kebak katresnan kanggo kabeh wong. Wus mesti ora gampang dilakoni amarga asring awake dhewe ora gelem kalah. Ego utawa keakuan asring luwih kuat. Awake dhewe luwih pingin diagatekake ketimbang nggatekake, luwih pingin ditresnani ketimbang nresnani. Amarga saka iku ayo padha neladan marang Gusti Yesus lan gelem andhap asor supaya dituntun Roh Kudus. Ayo padha sinau supaya bisa luwih nresnani kancane awake dhewe kaya Gusti Yesus kang wis nresnani awake dhewe. Sinau ngalahake ego utawa keakuan supaya bisa luwih nresnani pepadha kita manungsa.