Tahun Gerejawi : Minggu Transfigurasi
Tema : Transfigurasi
Bacaan Alkitab : Lukas 9 : 28-36
Ayat Hafalan : “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang” (Matius 5 : 16a)
Tujuan : Remaja dapat menyebutkan kemahakuasaan Yesus dalam kisah Transfigurasi di Injil Lukas.
Penjelasan Teks:
- Kisah Transfigurasi atau yang dikenal dengan judul kisah Yesus dimuliakan di atas gunung (judul dari Lembaga Alkitab Indonesia / LAI) adalah tergolong kisah sinoptik. Kisah Sinoptik adalah kisah yang ada di dalam tiga Injil, yaitu Matius, Markus, dan Lukas. Secara umum, transfigurasi dimengerti sebagai perubahan sosok atau figur. Istilah yang biasa dipakai dalam bahasa Yunani adalah methamorphosis. Istilah ini mengingatkan pada kupu-kupu yang mengalami proses metamorphosis dari ulat menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Di dalam metamorphosis, ada perubahan bentuk. Ulat, kepompong dan kupu-kupu tentu adalah bentuk yang berbeda. Injil Matius dan Markus menggunakan istilah methamorphosis, namun tidak dengan Injil Lukas. Injil Lukas menggunakan istilah heteros. Istilah ini menerangkan kondisi figur yang tidak berubah, namun ada aura atau suasana yang berbeda dari figur tersebut.
- Kondisi heteros itu sebenarnya merupakan ciri khas dari kisah Transfigurasi di Injil Lukas. Kemuliaan Allah yang terpancar dalam diri Yesus terjadi, ketika Yesus sedang berdoa (Lukas 9 : 29). Peristiwa Transfigurasi terjadi ketika Yesus sedang membangun relasi dengan Allah Bapa-Nya. Tidak ada keterangan yang lebih detail tentang apa isi doa Yesus yang menyebabkan Kemuliaan Allah terpancar, namun setelah itu diikuti peristiwa penampakan Musa dan Elia yang berbicara kepada Yesus dalam kemuliaan. Kemahakuasaan Yesus nampak ketika Ia sedang membangun relasi dengan Allah Bapa-Nya melalui doa dan terjadi transfigurasi.
- Melihat transfigurasi adalah pengalaman “wow.” Kisah menceritakan bahwa Petrus merasa bahagia dan ingin mengungkapkan kebahagiaannya itu dengan membangun kemah (ayat 33). Petrus mungkin ingin “mengabadikan” momen itu, Petrus ingin berlama-lama, tetapi rupanya bukan itu yang harus dilakukan. Sementara berkata demikian, turunlah awan yang menaungi Petrus dan kawan-kawannya, lalu dari dalam awan itu muncullah suara, “Inilah Anak-Ku yang kupilih, dengarkanlah Dia.” Bukan hanya kagum, mengabadikan, lalu berlama-lama, namun mendengarkan Yesus adalah yang utama, karena Yesus adalah Anak Allah yang dipilih. Di dalam Yesus, para murid bisa mendengarkan suara Allah. Kemuliaan Yesus bukanlah untuk dinikmati tersendiri di atas gunung, namun diwujudkan dalam hidup.
Pendahuluan
A. Langkah – langkah Penyampaian
- Pamong mengajak remaja untuk mempersiapkan perikop atau bacaan, lalu mengajak untuk membaca perikop atau bacaan tersebut.
- Pamong menjelaskan tentang Artikel “Minggu Transfigurasi dalam Kalender Gerejawi”.
- Pamong mengulas Bacaan/Perikop dengan penekanan yang ada pada CERITA (Pesan Teks). Tanyakan kepada remaja bagian mana yang dikatakan sebagai Kemahakuasaan Yesus.
- Pamong mengajak remaja untuk melakukan Aktivitas.
B. Artikel “Minggu Transfigurasi dalam Kalender Gerejawi”
Gereja memiliki perayaan-perayaan khusus yang diatur dalam Kalender Gerejawi atau Tahun Liturgi. Kalender Gerejawi berbeda dengan Kalender Masehi yang selama ini diikuti. Kalender Masehi selalu diawali di bulan Januari dan berakhir di bulan Desember, namun tidak demikian dengan Kalender Gerejawi. Secara garis besar, Kalender Gerejawi dimulai dari Masa Adven (sekitar bulan November dan Desember dalam Kalender Masehi), Natal, Minggu Efifani, Minggu Biasa I, Masa Prapaskah, Paskah, Kenaikan Yesus, Pentakosta, Minggu Biasa II, dan ditutup pada Minggu Kristus Raja. Minggu Transfigurasi adalah sebuah perayaan yang diletakkan di antara akhir Minggu Biasa I dan Masa Prapaskah.
Secara sederhana, Minggu Transfigurasi adalah peristiwa dimana tubuh manusiawi Yesus Kristus memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Minggu Transfigurasi mengajak orang percaya untuk menghayati inkarnasi Allah yang berkenan mengambil rupa sebagai seorang manusia yang dikenal dalam diri Yesus Kristus. Penghayatan ini mengajak orang percaya menyadari bahwa ketika Allah berkenan mengambil rupa sebagai seorang manusia dan memancarkan kemuliaan-Nya, maka secara tidak langsung tubuh manusia inipun mempunyai ke-Ilahi-an yang harus selalu dipancarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan
Kemahakuasaan Yesus nampak ketika Ia sedang membangun relasi dengan Allah Bapa-Nya melalui doa dan terjadi transfigurasi. Kemuliaan Allah yang terpancar melalui diri Yesus Kristus tidak hanya berhenti untuk diabadikan dan dinikmati sendiri saja, namun juga harus dipancarkan melalui kehidupan sehari-hari dalam diri manusia. Seorang pencipta lagu yang bernama Horatius Bonar, di tahun 1866 menciptakan sebuah lagu yang berjudul “Fill Thou My Life, O Lord My God” yang di dalam Kidung Jemaat tertera di nomor 466a dan 466b dengan judul “YA TUHAN ISI HIDUPKU”
Ya Tuhan isi hidupku, dengan anugerah
Supaya dalam diriku citra-Mu nyatalah
Hidup orang percaya adalah penyataan citra atau gambaran Allah bagi dunia!
Aktivitas
- Pamong mempersiapkan perlengkapan berupa kertas dan alat tulis (khusus bagi yang tidak membawa alat tulis).
- Pamong mengajak masing-masing remaja untuk menuliskan lima sifat Allah yang mereka ketahui.
- Pamong mengajak masing-masing remaja untuk memilih 1 (satu) dari 5 (lima) sifat Allah itu, lalu minta mereka berkomitmen selama satu minggu untuk melakukan sifat Allah itu dalam tindakan nyata dalam sehari-hari. Komitmen itu diwujudkan dengan menulis cerita atau pengalaman nyata tentang perwujudan sifat Allah dalam hidup mereka.
- Pamong mengajak remaja untuk membaca ayat hafalan dan menyanyikan lagu tema.
Lagu Tema
- KJ 466a : 1,2,3 “ Ya Tuhan, Isi Hidupku”
- KJ 424 : 1,2,3 “Yesus Menginginkan Daku”