Aku Disini dan Berarti Tuntunan Ibadah Remaja 28 Juli 2019

15 July 2019

Tahun Gerejawi : Hari Anak Nasional
Tema Karakter : Tokoh Moral
Bacaan Alkitab  : Yehezkiel 3:1-15
Tujuan :

  1. Anak dapat mencirikan penyertaan Tuhan kepada Yehezkiel.
  2. Anak dapat menyebutkan ragam bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan dalam kehidupan mereka.
  3. Anak dapat merancang kegiatan yang menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Ayat Hafalan : “ Sebab engkau tidak diutus kepada suatu bangsa yang berbahasa asing dan yang berat lidah, tetapi kepada kaum Israel” (Yehezkiel 3 : 5)
Lagu Tema : Kidung Ria 12 “Dengar Suara Tuhan”, Harta Yang Berharga

Penjelasan Teks

Yehezkiel
Bacaan ini berkisah tentang proses Yehezkiel dipanggil menjadi nabi (Yeh 1:1-3:27). Proses panggilan ini sendiri berlatar tempat yaitu, Sungai Kebar (Yeh 1:1), yang nantinya juga menjadi tempat Yehezkiel memaknai tugasnya sebagai Nabi ( Yeh 3:15). Sungai ini berada di dekat tempat orang Yahudi dimukimkan dalam pembuangannya. Sebagai imam dan nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus pentingnya hidup menurut kehendak Tuhan. Ia menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Pesan Yehezkiel sendiri ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem. Adapun sebagian besar pesan Allah yang diterima Yehezkiel melalui penglihatan dan dinyatakan dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel tentang penyertaan Allah kepada umat milikNya.

Pengulangan kata “hai anak manusia” (Yeh 3, ay, 1, 3, 4, 10) , yang dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) tertulis “Hai manusia fana” menunjukkan sebuah batasan, baik lokasi pelayanan maupun keterbatasan ketidak abadian dari waktu hidup manusia. Yang mana hal ini makin mempertegas tentang ruang lingkup pelayanan oleh Yehezkiel yang perlu sesuai dengan lingkungan dimana dia tinggal.

Satu hal yang menarik adalah perintah kepada Yehezkiel agar makan gulungan ratapan tapi terasa manis. Gulungan kitab ini ditulisi timbal balik dan disana tertera nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan. Namun saat dimakan rasaya manis seperti madu dalam mulut. Minimal ini menegaskan bahwa dalam melayani Tuhan meski ada kedukaan tetap memberi hasil yang menggembirakan. Sekaligus bahwa dalam penderitaan tetap ada hal yang indah dan menggembirakan. Inilah penyertaan Tuhan kepada Yehezkiel agar tidak ragu-ragu.

Adanya keterangan bahwa Yehezkiel menggunakan waktu selama 7 hari untuk merenung (ay.15) tentang tugasnya, mengandung maksud agar ia mengenali konteks bangsanya yang memiliki kebutuhan perasaan disertai oleh Allah. Perasaan dan suasana hati yang dirasakan oleh Yehezkiel gelisah namun dia memang harus melangkah untuk bangsanya.

Situasi yang dihadapi
Masa hidup Yehezkiel dan tempat tinggalnya adalah pembuangan di Babel. Suasana yang tampak di latar lokasi ini adalah keberadaan kehidupan orang buangan yang memiliki suasana antara putus asa namun disisi lain harus tetap di didik tentang arti pengharapan. Ada bermacam perasaan, antara putus asa dan memilih untuk siap berada di tanah pembuangan. Bagaimanapun, dalam keadaan yang dialami, di tanah pembuangan pun harus bisa menyesuaikan diri dan terlebih tetap membangun keyakinan dan harapan untuk masa depan bangsa.

Penglihatan Allah kepada Yehezkiel menumbuhkan kesadaran tentang kehadiran Allah yang secara aktif menemani umat melalui nabiNya. Allah yang tidak membiarkan umat sendirian. Melalui perenungan selama beberapa hari, memunculkan kemampuan Yehezkiel yaitu mau dan mampu peka dengan  situasi serta konteks bangsanya.

Doa Bapa Kami (Matius 6 : 9-13)
Bagian bacaan Doa Bapa Kami ini memang tidak tercantum sebagai bahan bacaan minggu ini. Namun bisa dipergunakan sebagai salah satu bentuk memahami situasi horisontal yang sedang dialami bangsa Yahudi yang ada di wilayah pembuangan Babel. Dari Doa Bapa Kami kita dapat belajar dari salah satu pemahaman pemenuhan kehidupan yang harus dipenuhi, yaitu makanan. Doa Bapa Kami menyatakan “berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Secara harafiah, kalimat ini langsung memberikan gambaran bahwa makanan juga menjadi bagian yang perlu di pintakan kepada Allah. Yang mana dalam pengertian kebutuhan primer manusia, diketahui ada tiga hal yang menjadi kebutuhan yaitu sandang, pangan dan papan.

Satu hal yang menarik untuk diperhatikan kaitannya adalah bagaimana remaja memandang nilai rohani dari makanan yang dinikmati, termasuk memiliki perasaan emphaty dalam konteks masyarakat yang sedang kekurangan dan bahkan kesulitan mendapatkan makanan untuk kebutuhan sehari-hari. Paling tidak ini mengingatkan bahwa dahulu bangsa Yahudi juga pernah mengalami situasi kelaparan dan ketidak pastian akan pemenuhan kebutuhan keseharian karena tengah berada di wilayah bangsa lain. Dalam penerapan praktis di Bulan Keluarga ini, adalah bagaimana remaja menghargai makanan yang disiapkan oleh keluarga. Remaja mau berbagi makanan dan tidak serakah. Inilah wujud menunjukkan kemampuan peka dengan kebutuhan disekitarnya.

Pendahuluan
Remaja diajak memahami arti dari kata “Right Man in The Right Place”. Yang berarti : “orang yang tepat di tempat yang tepat”. Dimana salah satu bentuk tepat-nya adalah dalam tindakan yang dikerjakan. Pada bagian ini remaja diajak untuk melihat apakah sikap dan perilakunya sudah sesuai dengan nilai dan norma yang ada disekitarnya. Contohnya tentang memaafkan dan menjaga perilaku hidup yang benar.

Cerita
Remaja diajak untuk mengenali sosok Yehezkiel sebagai nabi yang dipanggil Allah dengan tugas menemani perjalanan dan proses kehidupan bangsa Yahudi di tanah Babel. Berikutnya, remaja diajak untuk menemukan bentuk tindakan yang dilakukan Yehezkiel untuk bangsa Yahudi dalam menghadapi situasi di tanah Babel. Yaitu memberikan semangat dan pengharapan kepada bangsanya yang tengah berputus asa. Sebagai bangsa yang semula merdeka menjadi bangsa yang ditawan dan bahkan dibuang oleh kerajaan Babel.

Pada sisi ini, tugas Yehezkiel termasuk juga memahami apa yang menjadi kebutuhan keseharian di tempat tersebut. Dari bagian ini remaja diajak untuk bisa memahami tempat dimana mereka saat ini sedang berada dan apa yang harus dilakukan serta dengan menggunakan keterbatasan waktu yang ada. Baik dalam keluarga ataupun dalam hubungan pertemanannya.

Selanjutnya, remaja diajak untuk menemukan hal yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia khususnya yang tertera di kalimat pada Doa Bapa Kami (nyanyikan). Antara lain, tentang kebutuhan makanan. Remaja diajak untuk paham dan kritis terhadap konteks sosial yang jadi pergumulan bangsa Yahudi saat itu. Dalam hal ini adalah kebutuhan jasmaninya, yaitu makanan sebagai hal yang bersifat horisontal dengan sesama manusia. Yang sekaligus diajak untuk memaknai bahwa makanan yang diterima pun memiliki nilai dan arti hubungan secara vertikal dengan Allah.

Aktivitas
Pada kegiatan ini, remaja diajak untuk mengasah kemampuan membaca dan menganalisa situasi atas kondisi yang ada di sekelilingnya. Baik dalam relasi dengan pergumulan rekan sebaya, namun juga terutama pengenalan diri akan keadaan dan kondisi dari orang-orang yang ada di keluarganya. Termasuk juga merancang apa yang bisa dilakukan oleh para remaja itu sendiri.

Remaja diajak untuk diskusi tentang apa yang menjadi kebutuhan keluarganya dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu. Misalnya dalam hal memenuhi kebutuhan makanan di dalam keluarganya sendiri. Dan apa yang bisa dikerjakan.

Contoh : dalam hal makanan, remaja diajak untuk memahami usaha dari orang tua agar kebutuhan makanan dapat tercukupi, baik dengan cara bekerja, menabung dan mengembangkan pekerjaannya.

Pada akhirnya, remaja diajak untuk bisa bersyukur dan merawat bela rasa dengan keluarganya.

Untuk hal lainnya yang bisa digali adalah tentang hal memaafkan dan menjaga kekudusan hidup. Bagaimanakah dalam keluarga, hal tersebut mendapatkan perhatian dan diupayakan bisa terwujud.

Lagu : Doa Bapa Kami (Kidung Kontekstual 143)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak