Ajarilah Kami Bahasa KasihMu Tuntunan Ibadah Remaja 17 Maret 2019

4 March 2019

Tahun Gerejawi  : Pra Paskah 2
Tema : Mengakui Kesalahan
Bacaan Alkitab : Lukas15 : 11-24
Ayat Hafalan Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” .(Mazmur 103 : 8)

Tujuan :

  1. Remaja dapat menunjukkan hambatan-hambatan untuk mengakui kesalahan.
  2. Remaja dapat menunjukkan hambatan-hambatan untuk mengampuni kesalahan orang lain.
  3. Remaja dapat membiasakan diri untuk mengakui kesalahan dan mengampuni kesalahan orang lain.

Penjelasan Teks:

  1. Perumpamaan tentang anak hilang (pergi dan kembali) disampaikan Tuhan Yesus untuk menanggapi sungut-sungut orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang melihat Tuhan Yesus bergaul bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang yang disebut sebagai para pendosa (Luk. 15:1-3). Dalam kisah itu disebutkan ada seorang bapa memiliki dua orang anak. Semuanya laki-laki. Si bungsu meminta kepada bapanya supaya membagikan harta kepadanya dengan alasan untuk membuat usaha baru di tempat asing yang jauh dari keluarganya. Di tempat asing itu si bungsu tidak membangun usaha sebagaimana yang dijanjikannya. Ia malah berfoya-foya menghabiskan harta pemberian bapanya. Akibat dari perbuatannya itu, si bungsu jatuh miskin. Singkat cerita, ia menjadi budak pemelihara babi. Di saat ia lapar, tidak ada makanan baginya, dengan terpaksa ia memakan makanan sisa babi peliharaan tuannya. Di situasi seperti itu, ia membayangkan masa lalu saat hidup bersama keluarganya. Dalam lingkupan kasih orang tua dan keluarganya, ia merasakan hidup yang baik dibanding dengan menjadi budak di negeri lain. Bayangan itu membuat si bungsu rindu kembali ke rumahnya. Dalam teks juga disampaikan ketika si bungsu pulang, si bapa menyambut kehadirannya dengan gembira. Ia berlari menyambut anaknya. Setiba anaknya di rumah, dipeluk dan diciumilah si bungsu itu. Kepada para pekerja di rumah itu si bapa meminta agar penyambutan dilakukan secara meriah. Jubah, cincin dan sepatu dikenakan pada si bungsu dan dilanjutkan dengan pesta. Secara alegoris beberapa penafsir menyampaikan bahwa pemberian jubah merupakan lambang pemulihan. Seorang budak tidak pernah mengenakan jubah. Pemberian jubah pada si bungsu menandakan bahwa ia yang dahulu menjadi budak akibat kesalahannya, sekarang menjadi manusia merdeka karena kasih bapanya. Bapa telah memulihkan hidupnya. Pengenaan cincin ditafsirkan secara alegoris sebagai pemberian kuasa. Pemberian kasut merupakan lambang bahwa harkat dan martabat si bungsu dipulihkan. Pemulihan itu mendatangkan kegembiraan bapa, si bungsu dan orang-orang yang ada didalam rumah itu.

 

  1. Perasaan gembira sang bapa tidak sama dengan perasaan si sulung. Melihat adiknya kembali ke rumah, hatinya dipenuhi perasaan kecewa. Ia kecewa karena merasa semua pekerjaan dan semua usaha bagi bapanya hilang akibat kembalinya sang adik. Si sulung merasa marah karena selain telah berkerja bertahun-tahun pada bapanya, ia juga seorang penurut. Semua yang dikatakan bapanya dilakukan dengan baik. Melihat hal itu bapanya mencoba’ mendekati si sulung dan membujuk agar menerima kehadiran adiknya yang bertahun-tahun hilang itu kini sudah kembali. Si bapa memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya miliknya adalah milik si sulung pula. Tetapi penjelasan bapanya tidak diperhatikan oleh si sulung. Ia tidak menyebut adiknya dengan sebutan “adikku” melainkan dengan sebutan “anak bapa”. Sebutan itu menunjukkan penolakan si sulung pada adiknya. Dengan kata lain si sulung menyatakan protes pada bapanya dan tidak mau tahu kegembiraan bapanya. Kemarahan si sulung tidak ditanggapi bapanya dengan kemarahan. Pada ayat 32 bapanya mengajak si sulung untuk tetap bersukacita dan bergembira karena adiknya yang hilang didapat kembali. Dengan memakai kata “adik” bapanya menunjukkan pada si sulung supaya menerima adiknya dengan semangat yang baru yaitu semangat kasih.

Pendahuluan

Langkah – langkah Penyampaian

  1. Pamong mengajak remaja untuk mempersiapkan perikop atau bacaan, lalu mengajak untuk membaca perikop atau bacaan tersebut.
  2. Pamong mengulas Bacaan / Perikop dengan penekanan pada CERITA (Pesan Teks) dengan penekanan bahwa : rasa iri hati si Sulung dapat menghambat pengampunan. Sedangkan keberanian si Bungsu untuk mengakui kesalahannya sekalipun malu membawa si Bungsu pada pemulihan hidup.
  3. Pamong mengajak remaja melakukan Aktivitas 1 & 2.

Penerapan

Saat Tuhan Yesus menyampaikan perumpaan ini kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Ia mengajak semua yang mendengar perumpamaan itu agar “berdiri” dan bisa memahami perasaan orang berdosa. Sikap kecewa dan iri hati sebagaimana dilakukan si sulung menunjukkan halangan untuk mengampuni. -Si sulung tidak mampu mengampuni adiknya karena selama hidup bersama bapanya pekerjaan dan kepatuhannya pada bapa dijalani dengan rutinitas dan cenderung transaksional (aku bekerja maksimal, upah yang kuterima harus sesuai dengan upaya kerjaku).

Di sisi lain, tentu si bungsu dengan perasaan hancur dan malu mendorong dirinya untuk mengakui kesalahannya kepada Bapanya. Sang Bapa sebenarnya tahu suatu saat bahwa si bungsu pasti kembali. Sang Bapa hanya membutuhkan kembalinya si bungsu. Hal tersebut ditegaskan di ayat 20, ketika masih jauh, sang ayah sudah melihat. Di sini nampak sosok Bapa yang sangat mengasihi. Ia mencintai si bungsu yang “pendosa” dan mengasihi si sulung yang “orang yang kaku hati” itu. Dia tidak duduk mengadili atau menghukum. Ia itu Tuhan yang tergopoh-gopoh mendatangi orang yang remuk hatinya. Ia tidak tahan mendengar orang seperti itu menuturkan penyesalannya. Ia juga mau memahami kenapa orang marah melihat Ia memperlakukan pendosa seperti anak sulung. Ia tidak balik mencela anak itu. Ia berusaha bernalar dengan orang yang kurang puas itu. Kita mestinya bergembira bersama Dia yang bergembira melihat anak-anak-Nya merasa dikasihi.

Aktivitas

Aktivitas 1 :

Minta satu atau dua orang remaja berbagi pengalaman hal-hal yang menyebabkan sulit mengakui kesalahan serta hal-hal yang menyebabkan sulit untuk mengampuni.

Aktivitas 2 :

  1. Pamong mempersiapkan kertas dan amplop lalu membagikan kepada remaja. Masing-masing remaja mendapatkan dua kertas dan dua amplop.
  2. Pamong membagi remaja dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 3-4 orang. Pamong mengajak masing-masing dari mereka untuk :
  3. Kertas pertama : menuliskan kesalahan yang belum diakui, lalu dimasukkan amplop,
  4. Kertas kedua : menuliskan nama orang yang masih menjadi musuh / belum bisa diampuni serta tuliskan mengapa belum bisa mengampuni lalu dimasukkan amplop.
  5. Pamong lalu membagikan kertas, lalu membuat doa :
  6. Amplop pertama : doa agar Tuhan memampukan remaja untuk bisa mengakui kesalahan.
  7. Amplop kedua : doa agar Tuhan memampukan remaja untuk bisa mengampuni musuh.
  8. Pamong meminta remaja untuk menempelkan masing-masing doa di amplop, lalu masing-masing diminta untuk mengambil waktu pribadi untuk menghayati doa tadi dan berdoa.
  9. Pamong menekankan selama Minggu Prapaskah, remaja berupaya untuk mengakui kesalahan serta berdamai dengan musuhnya.

Lagu Tema

“Bahasa Kasih-Mu”

Kasih itu lemah lembut, sabar, sederhana
Kaih itu murah hati, tahan menderita

Reff.
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu
Agar kami dekat pada-Mu, ya Tuhanku
Ajarilah kami bahasa kasih-Mu
Agar kami dekat pada-Mu

Andaikata kuberikan segala miliku
Namun tanpa kasih cinta, hampa tak berguna

Kidung Ria no 128 “Kasih Pasti Lemah Lembut”

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak