Minggu Pra Paskah V
Stola Ungu
Bacaan 1 : Yehezkiel 37 : 1 – 14
Bacaan 2 : Roma 8 : 6 – 11
Bacaan 3 : Yohanes 11 : 1 – 44
Tema Liturgis : Pengorbanan Yesus Kristus Memberi Hidup pada Umat-Nya
Tema Khotbah: Hidup Benar di dalam Roh Allah
PENJELASAN TEKS BACAAN:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yehezkiel 37 : 1 – 14
Konteks perikop ini ketika bangsa Israel dalam masa pembuangan Babel karena jatuh dalam dosa dan nabi Yesaya memiliki sebuah penglihatan untuk memberikan semangat kepada bangsa Israel bahwa mereka memiliki Allah yang dapat memulihkan segala sesuatu yang mustahil bagi manusia. Kematian yang digambarkan dengan tulang-tulang kering tersebut berada di lembah. Kematian yang terhormat ada di kuburan. Kematian di lembah/luar kota merupakan simbol kehinaan dan juga tanpa harapan. Mereka merasa bahwa peluang untuk menjadi sebuah bangsa sudah mustahil, apalagi bangsa Babel menjadi tetap kuat. Tulang-tulang tersebut juga digambarkan: terpisah dari sendi-sendinya, berada di tempat yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka tinggal di tanah Yehuda (2 Raj. 25:12), Mesir (2 Raj. 25:26), tetapi sebagian besar dibawa ke pembuangan (2 Raj. 24:14-16; 25:11).
Kehidupan orang Kristen, seringkali seperti tulang belulang yang berserakan dan kering di dalam menghadapi kehidupan kesehariannya, karena begitu banyaknya tantangan atau masalah yang dihadapi, baik dalam pekerjaan, dalam pergaulan, dalam keluarga. Kadang-kadang tidak ada lagi harapan untuk menyelesaikan masalah itu, seakan-akan tidak ada jalan keluar. Tetapi, sebagaimana Firman Tuhan yang dikatakan bahwa manusia itu hidup oleh Roh Tuhan dan kuasaNya, maka manusia itu dapat menghadapi berbagai tantangan dan rintangan walau bagaimana sekalipun beratnya.
Pada ayat 14 ”Roh Tuhan” itu adalah yang memberi kehidupan, membawa semangat, membawa kebangkitan, memberi jalan keluar. Karena tidaklah lebih besar tantangan, rintangan yang dihadapi oleh manusia daripada kuasa Allah sendiri dan kasih setia Allah terhadap orang-orang yang mau mendengarkan FirmanNya dan melakukan, setia kepada Tuhan di dalam kehidupan setiap hari.
Roma 8 : 6 – 11
Nas ini hendak mengingatkan dan mendalami kembali akan maksud dari “hidup”. Sebab akan jauh bedanya hidup yang diartikan oleh dunia ini dengan hidup yang dimaksud oleh Tuhan. Jika dunia ini mengatakan seseorang yang hidup itu: masih ada fisik, masih bisa bergerak, bekerja, bernafas dan berpikir. Namun dihadapan Tuhan seseorang dikatakan hidup tidak hanya sebatas pengertian itu. Lebih dari itu pengertian seseorang dikatakan hidup. Sebab ada satu unsur yang terpenting yang harus dimiliki setiap orang barulah dia dikatakan hidup dalam arti yang sesungguhnya, yaitu Roh Tuhan.
Itulah sebabnya dikatakan di ayat 6 “Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera”. Maka inilah yang menjadi keunikan kita, yang membedakan kita dengan orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus, bahwa dalam diri kita ada Roh Tuhan yang dicurahkan untuk kehidupan kita. Dari kehidupan daging tidak ada ubahnya kita dengan mereka, sama-sama bernafas, bekerja dan berusaha, namun dihadapan Tuhan yang terbilang orang yang hidup adalah yang dalam dirinya dipimpin oleh Roh Allah. Maka orang Kristen itu dikatakan hidup, bukan karena dagingnya yang bergerak, tetapi karena dagingnya yang digerakkan oleh Roh Tuhan. Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh akan membawa kita pada kehidupan dan damai sejahtera.
Yohanes 11 : 1 – 44
Tetapi Marta menjawab, “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman”. Marta menunjukkan iman dasarnya pada kebenaran hakiki yang menyatakan bahwa orang-orang yang mati di dalam Tuhan pada akhir zaman akan dibangkitkan. Namun Tuhan Yesus kembali berkata kepadanya, “Akulah kebangkitan dan hidup”. Dalam hal ini Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa Ia berkuasa atas kehidupan dan kematian. “Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:26b).
Banyak orang Kristen tahu dan mengerti bahwa Yesus berkuasa mengadakan segala mujizat karena Dia adalah Tuhan yang ajaib. Tetapi ketika dihadapkan pada ‘kematian dan penderitaan’ di segala bidang kehidupan, iman mereka goyah dan dibatasi oleh “SITUASI” sehingga mata jasmani hanya tertumpu pada masalah dan kesukaran. Iman yang terbatas ini akhirnya “MEMBATASI” kuasa Tuhan. Iman Marta yang terbatas tak mampu melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas. Perhatikan! “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah”.
Tuhan Yesus menangis ketika Ia datang hendak membangkitkan Lazarus, sebab yang dijumpai-Nya iman yang terbatas. Tuhan Yesus pun menantang Marta, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (Yoh. 11:40). Marta pun menjadi percaya! Imannya tak lagi dibatasi oleh situasi, sehingga kuasa Tuhan dinyatakan dengan tak terbatas.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Seperti “tulang-tulang kering”, walaupun mereka hidup secara daging, namun sesungguhnya mereka adalah mati seperti tulang-tulang kering. Sebab mereka hidup sesuai dengan keinginannya, hidup yang tidak ada ubahnya dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Hanya keinginan dagingnya saja yang terus dipelihara. Sehingga tidak heran jika banyak orang saat ini mempertanyakan tentang “apa arti kehidupan”. Mereka mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi diujungnya mereka mempertanyakan “apa arti dari semuanya ini?” yang didapatkan adalah kekosongan dan kesia-siaan. Tetapi ketika Roh Allah yang memimpin kehidupan manusia, manusia akan hidup dan merasakan damai sejahtera walaupun dalam keadaan sulit sekalipun karena imannya tidak dibatasi oleh situasi/keadaan, karena dapat merasakan kuasa Tuhan yang tanpa batas. Hidup yang dipulihkan dimulai dari hidup yang mau dipimpin oleh Roh Allah.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Seandainya pada saat ini Tuhan Yesus hadir dihadapan kita, lalu berkata, “Anak-Ku yang paling Ku-kasihi, apakah yang kau kehendaki dari aku, sehingga aku dapat berbuat bagimu?”. Apakah jawaban saudara? Kita pasti berpendapat bahwa ini adalah pertanyaan yang mewah dan ditunggu – tunggu. Terbanyak dari kita pasti berpikir tentang kebutuhan apa yang kita butuhkan saat ini, ya kan?. “Tuhan saya sudah 30 tahun kena sakit timbilen (mata bintitan), sembuhkan donk Tuhan; Tuhan saya sudah 1 tahun menikah tetapi belum punya momongan, kasih anak donk, apa susahnya?”, dll. Oleh karena itu banyak gereja ingin menjawab kepentingan hidup duniawi warga jemaatnya. Ketika mujizat duniawi terjadi banyak umat akan menjadi warga gerejanya. Tetapi apakah itu yang ingin dikehendaki oleh Tuhan?
Isi
Tidak dapat kita pungkiri, manusia dalam kehidupannya seringkali berorientasi kepada kepentingan hidupnya, bahkan arah hidupnya hanya untuk memenuhi/menjawab kepentingannya. Akhirnya ketika keinginan dan kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi seringkali “mengkambinghitamkan” Tuhan. Hidup dalam kedagingan adalah hidup yang selalu dipimpin oleh kehendaknya sendiri dalam menjawab keinginan dan kebutuhan hidup. Jarang sekali kita di dalam doa menyebut keinginan dan kebutuhan yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita. Selalu dalam kehidupan, kita berfokus bahkan sangat sibuk hanya dalam kepentingan kita. Tuhan baru kita libatkan ketika kita kesulitan dalam menyelesaikan kepentingan kita.
Manusia lebih memilih hidup yang panjang daripada hidup yang panjang sabar; memiliki jabatan yang tinggi dalam pekerjaan daripada memiliki hati yang rendah hati; memiliki pasangan yang sempurna daripada hati yang mencintai tanpa syarat; memiliki uang yang banyak daripada hati yang murah hati; hidup yang dapat dikaruniai pasangan/anak daripada hidup yang dapat selalu mengucap syukur; hidup yang bebas masalah daripada hidup yang berkenan di hati Tuhan. Ini yang menyebabkan pada akhirnya hidup kita seperti tulang yang berserakan, kering dan tanpa harapan sebagaimana tertulis dalam kitab Yehezkiel 37:1-14. Bukankah ada tertulis, “Jangan kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ngengat dan karat merusaknya dan pencuri membongkar serta mencurinya” (Mat. 6:19), semuanya akan berakhir sia – sia. Percuma kita kita memiliki dan mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita butuhkan tetapi kehidupan kita masih tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Hidup dalam kedagingan inilah yang menyebabkan iman manusia selalu dibatasi oleh keadaan/situasi. Karena orientasinya adalah menjawab kepentingan daging. Hal ini membuat Marta merendahkan kuasa Tuhan karena pertolongan Tuhan tidak tepat sesuai dengan keinginannya. Padahal rancangan kita tidak selalu sama dengan rancangan Tuhan. Maka perlulah untuk kita menjawabnya dalam diri kita, “Apakah Tuhan sudah menjadi guru, mentor, pembimbing dalam hidup kita. Apakah diri kita yang menjadi guru,“hidup semau gue?”.
Jika saat ini kita sedang mengalami pergumulan berat : sakit-penyakit, perekonomian, keuangan, karir/pekerjaan sepertinya sudah mati dan tiada harapan lagi, janganlah menyerah pada keadaan! Tetaplah berserah kepada Tuhan dan nantikan pertolonganNya. Mintalah Roh Kudus untuk mengajarkan kita bagaimana cara bersabar dan mengucap syukur dalam setiap perkara, maka kita akan melihat mujizatNya dinyatakan. Selalu ada rencana indah di balik ‘keterlambatan’ Tuhan dalam bertindak. Jika ‘seolah-olah’ Tuhan terlambat dan lamban, di balik itu pasti ada sesuatu yang sedang Dia kerjakan. Tuhan ingin kita belajar untuk percaya.
Penutup
Ketika kita hanya berfokus pada kepentingan kita, ingatlah bahwa selama manusia hidup tidak akan terbebas dari masalah. Masalah satu selesai akan muncul masalah yang lain. Masalah hari ini selesai akan muncul masalah yang lebih besar lagi seiring dengan bertambahnya umur kita. Oleh karena itu kita harus mendewasakan iman kita untuk hidup yang sesuai dengan firman Tuhan sehingga di setiap masalah iman kita tidak kandas di tengah jalan dalam menghadapi lika-liku kehidupan ini. Mintalah Roh Kudus Tuhan yang dapat memberikan kekuatan dan mengarahkan hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Amin. (PAW)
Pujian : KJ. 450 “Hidup Kita yang Benar”
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
Pambuka
Bilih ing wekdal sak punika, Gusti Yesus wonten ing ngajeng kita, lajeng ngendika, “Anakku sing tak tresnani, apa sing kowe karepna saka aku, supaya Aku isa nindake kanggo kowe?”. Punapa wangsulanipun panjenengan? Mesthi wonten ingkang mikir punapa punika minangka pitakenan mewah? Umumipun kita temtu badhe mikir babagan punapa ingkang kita betahaken sapunika, leres nggih?. “Dhuh Gusti, kawula sakit timbilen 30 taun, Gusti saged warasaken kula? Gusti kula sampun nenikahan 1 taun, nanging dereng pikantuk yugo, mbok nggih kula diparingi yugo, punapa toh sisahipun?”, lsp. Pramila kathah gereja ingkang ngladosi kangge mangsuli kepentingan gesang pasamuwanipun. Nalika gereja saged ngawontenaken mujizat mesthi kathah tiyang ingkang tindak gereja nyuwun kasrasan. Nanging punapa punika ingkang dipun kersakaken dening Gusti Allah?
Mboten saged dipunselaki menawi manungsa salebeting gesangipun asring berorientasi dumateng kapentinganipun piyambak. Tujuan lan arah gesangipun dipuntindakaken namung kangge ngempalaken saha nyekapi kabetahanipun piyambak. Pungkasanipun, nalika kepinginan lan kabetahan gesangipun dereng kasembadan, piyambakipun lajeng asring nebih saking Gusti Allah. Manungsa ingkang gesang wonten ing kadagingan punika, gesangipun dipun pimpin dening pikajengipun piyambak kangge njawab kepinginan lan kabetahan gesangipun. Menawi piyambakipun ndedonga asring mboten enget nyebutaken punapa ingkang dipun kersaaken dening Gusti Allah ing gesangipun. Mekaten ugi pranyata wonten ing gesang kita asring namung fokus lan mung sibuk ngupados kapentingan kita piyambak. Kita namung ngupados karsanipun Gusti Allah nalika kita pinanggih kaliyan prekawis ingkang awrat wonten ing gesang kita.
Manungsa langkung milih nyuwun yuswa panjang tinimbang dados tiyang ingkang sabar. Nuwun pikantuk posisi ingkang langkung inggil ing pakaryan tinimbang pikantuk manah ingkang andhap asor. Nuwun nggadhahi brayat ingkang sampurna tinimbang dados tiyang ingkang saged tresna tanpa syarat. Nuwun pikantuk arta ingkang kathah tinimbang dados tiyang ingkang loman. Nuwun kaparingan jodho/yugo tinimbang gesang ingkang dipun lampahi kanthi pamuji syukur. Nuwun gesang ingkang saged mungkasi prekawis tinimbang gesang ingkang dipun tresnani kaliyan Gusti. Nggih punika sebabipun pigesangan kita punika saged dados balung ingkang kasebar, garing lan boten dipun kersaaken, kados ing waosan kita Yehezkiel 37:1-14. Pramila Wonten sabdanipun Gusti Yesus ingkang kaserta ing Injil Matius, “Aja padha nglumpukake bandha ana ing donya; ana ing donya bakal kena ing renget lan taiyeng kang ngrusak, sarta bisa katekan maling kang mbabah lan nyolong” (Mat. 6:19). Sadaya bakal muspra, mboten wonten ginanipun nalika manungsa saged pikantuk punapa ingkang dikersakaken karana gesangipun mboten miturut karsanipun Gusti Allah.
Gesang ing kadagingan punika dadosaken kapitadosaning manungsa kawates kaliyan kahanan/situasi. Karana orientasi manungsa punika namung kangge kabetahan kadaginganipun piyambak. Perkawis punika ingkang dadosaken Marta ngandhapaken kuwaosipun Gusti Yesus, amargi rawuhipun Gusti Yesus punika mboten sami kaliyan punapa ingkang dipun ajeng-ajeng Marta. Kita mesthi pirsa bilih rancangan kita benten kaliyan rancanganipun Gusti. Pramila kita perlu mangsuli salebeting manah kita sedaya, ”Punapa Gusti Allah sampun dados guru, mentor, pembimbing saklebeting gesang kita sedaya? Punapa kita piyambak ingkang dados guru wonten ing gesang kita, ‘urip sakarepku dewe’?”.
Menawi kita sedaya ngalami pergumulan ingkang awrat kados : sesakit, perekonomian ingkang awrat, keuangan ingkang kekirangan, nembe dipun PHK, kadosipun kita rumaos sampun nyerah lan mboten wonten pengajeng-ajeng malih, kita mboten angsal nyerah ing kawontenan ingkang mekaten! Ingkang perlu kita tindakaken, mangga kita masrahaken gesang kita dhateng Gusti Allah sarta kita purun ngrantos pitulunganipun Gusti ing gesang kita. Mangga kita sami nyenyuwun kakiyatan saking Sang Roh Suci supados kita saged kiyat ngadepi sedaya perkawis kanthi sabar lan kebak ing saos sokur salebeting perkawis gesang ingkang kita adhepi. Awit saking punika, kita badhe ngraosaken saha ningali mujizatipun Gusti Allah ingkang nyata salebeting gesang kita. Wonten rancanganipun Gusti Allah ingkang endah, senajan miturut kita kados-kados ketingalipun ‘telat’. Gusti Allah ngersaaken kita sedaya sinau tansah pitados lan pasrah ing ngarsanipun.
Kita kaengetaken bilih manungsa gesang punika mboten saged bebas saking perkawis-perkawising gesang. Perkawis setunggal rampung wonten perkawis sanesipun ingkang dugi. Perkawis ing sakpunika mantun mangke wonten malih perkawis sanes ingkang ageng. Ngadepi perkawis punika, kita kedah dewasa sacara iman kapitadosan dumateng Gusti Allah. Srana iman kapitadosan ingkang kiyat, kita mboten badhe kandas ing satengahing ngadhepi mawerni-werni godha lan pacoben ing gesang kita. Mangga kita sami nyuwun datheng Gusti Allah lumantar Sang Roh Sucinipun supados kita pikantuk kekiyatan lan saged ngegulawentah gesang kita kanthi nindakaken saha manut punapa ingkang dados kersanipun Gusti. (PAW)
Pamuji : KPJ. 158 “Ditansah Padha Bungaha”