Minggu Pra Paskah IV
Stola Ungu
Bacaan 1 : I Samuel 16 : 1 – 13
Bacaan 2 : Efesus 5 : 8 – 14
Bacaan 3 : Yohanes 9 : 1 – 41
Tema Liturgis : Pengorbanan Yesus Kristus Memberi Hidup pada UmatNya
Tema Khotbah: Menjadi Sumber Inspirasi Pencerahan Sesama
PENJELASAN TEKS BACAAN :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
I Samuel 16 : 1 – 13
Kitab sejarah dengan muatan teologis ini mengungkapkan kisah hubungan Allah dengan bangsa pilihan Israel yang jatuh, bangkit, jatuh dan bangkit lagi yang sering terjadi berulangkali. Termasuk juga dalam kisah keruntuhan Saul dan kisah kemunculan Daud. Bacaan ini merupakan bagian dari proses dan kisah kemunculan Daud, serta relasinya dengan Saul (1 Sam. 16:1 – 30:31). Secara berurutan ada situasi fluktuatif, naik turun dan akhirnya bisa menuju kepada puncak pengharapan dan penghiburan yang hakiki. Khusus pada bacaan ini, menyiratkan banyaknya dialog yang dialami oleh Samuel. Baik dialog dengan Allah, dengan diri Samuel sendiri dan juga dengan Isai bersama anak-anaknya. Dialog ini sendiri bernuansa dari suasana kepedihan batin menuju kepada pencerahan batin.
Situasi Samuel dan yang diperbuat oleh Allah
Samuel merasa sangat berduka dan terpuruk dengan langkah yang pernah dilakukannya dalam hal mengurapi Saul sebagai Raja di kerajaan Israel. Meskipun keinginan menjadikan Saul sebagai raja berasal dari umat Israel, namun Samuel sangat bersedih karena menuruti keinginan Israel. Padahal Israel sendirilah yang sering meminta secara asal dan melupakan tentang kasih Allah. Hanya karena kebesaran dan kasih Allah kepada Israel saja sehingga Allah mengabulkan permintaan itu.
Pada situasi ini, dialog yang mencerahkan dan memberikan pengharapan dimunculkan. Bermula dari ungkapan dari Allah kepada Samuel, yang kemudian juga disampaikan kepada Isai dan keluarganya. Samuel yang kecewa diutus ke keluarga Isai. Dalam hal ini Allah yang memberikan pencerahan dan semangat baru serta memberitahu apa yang harus dikerjakan. Tindakan yang dilakukan oleh Samuel kemudian juga membawa harapan untuk membangun kerajaan Israel yang tetap ideal, kerajaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Intinya Allah memberikan ide baru dan mencerahkan semangat serta menolong memulihkan kehidupan Samuel.
Keluarga Isai
Meskipun pada awalnya, kehadiran Samuel dipertanyakan, akhirnya keluarga Isai mau mengikuti perintah Samuel. Secara tidak langsung, Isai bersama keluarganya telah mendukung rencana Allah dalam proses menolong Samuel. Setelah memperkenalkan anak-anaknya, Isai akhirnya mengenalkan Daud. Inilah puncak jawaban dari rasa kegelisahan Samuel. Daud ditampilkan sebagai harapan baru dan pencerahan bagi Samuel khususnya dan Israel pada umumnya. Daud diurapi menjadi raja, mau dan menyediakan diri untuk diurapi. Memanglah, untuk menumbuhkan suasana kebangkitan dan pencerahan, dibutuhkan sosok yang ditampakkan.
Perjumpaan dengan Isai, khususnya dengan Daud adalah sarana untuk membangkitkan Samuel kembali agar bangkit dan tidak terus terjatuh dalam penyesalan yang tidak berkesudahan. Daud menjadi harapan baru karena penampilannya, bicaranya, musiknya dan kepercayaannya kepada Allah. Daud sebagai sosok yang menjadi tokoh pencerahan dalam kekalutan yang dialami oleh Samuel dan bangsa Israel. Keluarga Isai telah memerankan dirinya sebagai penyembuh bagi Samuel yang sedang gelap dalam pemikirannya.
Samuel pulang dalam situasi baru
Kehadiran Daud bisa dipakai oleh Allah untuk memulihkan keadaan dan kesedihan yang dialami oleh Samuel. Allah melatih Samuel agar mampu menemukan perspektif dan pandangan serta pemahaman baru atas masalah yang sedang dipikirkan, tidak terus menerus sedih. Dan selanjutnya berani untuk melangkah dan bertindak mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan kelegaan, Samuel telah memperoleh pemahaman yang baru, dicerahkan oleh Allah dan dipulihkan kembali. Sebagaimana judul dari TB LAI yang menuliskan “Daud diurapi menjadi raja” demikianlah memang Daud adalah tokoh utama dalam perikop ini. Menunjukkan fungsi dirinya sebagai pencerahan bagi Samuel.
Efesus 5 : 8 – 14
Latar belakang situasi di jemaat Efesus adalah kehidupan yang semula dalam kekafiran dan telah berubah menjadi manusia yang beridentitas baru, sebagai anak-anak terang. Terangnya bukan sembarangan namun terang yang berkualitas, karena sumber terangnya dari Yesus. Secara gamblang, kesadaran tentang kehadiran Yesus merupakan sarana dalam pemulihan kehidupan manusia yang tengah dalam kegelapan dan bisa mengarahkan kepada anak-anak terang. Pemulihan menuju terang menjadi awal agar tetap bisa menyatu dengan Allah. Inilah kesadaran kesatuan jemaat, dimana Yesus sebagai kepalanya (Pasal 1:10).
Konteks perubahan dari kafir menjadi manusia baru
Untuk mencermati situasi yang ada, perlu dibaca sejak awal perikop ini. Yang dilakukan saat kafir antara lain adalah perkataan yang kotor, kosong, memalukan dan lelucon tidak senonoh. Paulus secara jelas mengajak kepada jemaat Efesus agar bisa tegas untuk memisahkan diri dari hidup yang lama. Minimal ini didasari dengan pengakuan bahwa jika masih berada pada kegelapan, maka berarti masih memiliki permusuhan dengan Allah.
Mampu menempatkan Yesus sebagai sarana pemulihan diri menjadi lebih baik
Dari pengajaran Paulus, jemaat Efesus memproses dirinya untuk memberikan pengakuan kepada Yesus. Melalui Yesuslah, jemaat Efesus menemukan sosok yang mengarahkan kepada perubahan hidup yang jelas dan terarah. Yesus sebagai sumber, pelaku dan juga sebagai dasar dalam perubahan. Adanya kehidupan yang baru sebagai orang Kristen pada pasal 4 : 1- 6 : 20 yang kemudian dilanjutkan dengan hidup sebagai anak-anak terang.
Menjaga konsistensi diri untuk menjadi anak terang
Surat Paulus ke Jemaat Efesus ini secara implisit mengajak masing-masing umat untuk mau jujur bahwa ada masa lalu yang harus diakui. Sekarang suasana hidup yang digambarkan adalah tidak gelap lagi, menuju kepada terang. Prosesnya adalah menolak yang membuat hidup hanya gembira secara duniawi dan tindakan-tindakan yang tidak bersifat terang. Berikutnya, harus mau berjuang untuk menjadi terang, menyangkal diri, menyalibkan diri dan mengorbankan diri. Dan untuk bisa mencerahkan dan sebagai terang harus berlandaskan kepada Yesus.
Yohanes 9 : 1 – 41
Injil Yohanes sejak awal menjelaskan posisi Yesus sebagai sumber keselamatan (Yoh.3:16). Allah sebagai pemberi hidup, memiliki inisiatif menyelamatkan manusia, dimana tentunya perlu ada respon imbal balik serta tindak lanjut tindakan dari manusia yang diselamatkan. Secara umum, perikop ini menceritakan bagaimanakah bentuk pelayanan Yesus untuk khalayak (Yoh. 2:1-12:50). Kisah penyembuhan ini menjadi tanda kelima yang dilakukan oleh Yesus (Yoh. 9:1-10:42).
Secara khusus, tentang terang, dapat dikaitkan dengan Yohanes 8 : 12 (secara luas juga tertulis dalam Yohanes pasal 1, 3, 8 dan 12) yang bertemakan kejelasan tentang siapakah Yesus itu dan bagaimanakah fungsi yang akan dijalankanNya. Berisi juga sebagai kesadaran diri Yesus sebagai utusan Allah yang harus menjadi terang. Paling tidak ini ditunjukkan dengan adanya kata Siloam yang bermakna “yang diutus”.
Yesus pada keadaan yang menjebak
Bacaan ini langsung menceritakan respon Yesus atas situasi yang sedang terjadi yaitu adanya orang yang buta. Pada ayat ke 3, menunjukkan kemampuan dan kuasa Yesus dalam menggunakan segala situasi yang mengelilingiNya. Yesus jelas mengarahkan perspektif orang banyak bahwa orang yang buta justru menjadi sarana yang dipakaiNya untuk memberikan pencerahan kepada semua pihak. Orang buta sendiri mendapatkan kesembuhannya sehingga bisa merancang masa depannya lebih berarti. Orang tua dari orang yang buta kemudian sadar tentang keberadaan anaknya, termasuk kemampuan baru yang dimiliki oleh anak mereka. Dan lebih jauh lagi, Yesus mampu memberikan kesadaran kepada orang Farisi tentang pandangan mereka ini kepada orang yang sakit. Meskipun dalam kisah berikutnya, perspektif ini memang disadari kebenarannya namun tidak diakui oleh mereka. Pendeknya situasi yang seakan menjebak justru bisa menjadi sarana bersaksi tentang kasih. Yesus telah menggunakan keadaan, situasi dan orang disekelilingNya untuk memberikan sudut pandang yang baru.
Dialog dengan Yesus
Dalam suasana kebutaan dan kegelapan, Yesus hadir dan memberikan terang. Baik kepada yang buta secara fisiknya dan juga dalam kegelapan pola pikirnya yang sempit. Para tokoh bacaan ini, para murid, Yesus, tetangga, diri orang buta sendiri, orang Farisi, orang tua dari orang buta mengadakan dialog dengan perspektif dan tujuan masing-masing. Ada yang bernuansa negatif, pesimis, menyelamatkan diri sendiri dan menjaga marwah posisi jabatannya sendiri. Pada bagian lainnya, dialog dan kalimat yang dimunculkan Yesus mampu membangun perspektif dan opini yang mencerahkan. Berbeda dengan tokoh lainnya yang berdasar kepentingan dan cenderung memojokkan. Yesus tetap yang utama, dialog yang tulus dan membangun diri semua pihak. Perlu untuk mencermati pentingnya kalimat-kalimat yang menyejukkan, beropini positif dari sebuah peristiwa yang ditunjukkan oleh Yesus. Keinginan menyembuhkan karena perhatian dan kasih dari Yesus diperhadapkan dengan perhatian orang Farisi yang baru muncul setelah Yesus memberikan perhatian kepada orang yang buta tersebut. Yesus memperhatikan karena kasih, bukan karena posisi yang terusik. Berbanding terbalik dengan orang Farisi ketika memberikan perhatian justru dapat dikatakan terlambat. Mereka membangun perhatian yang tendesius, memperhatikan setelah ada Yesus, tidak sejak awal mula ketika yang buta sudah menderita.
Dicerahkan dan diutus
Seperti efek bola salju, kisah penyembuhan orang yang buta oleh Yesus memberikan dampak ke banyak pihak. Jika dirunut, orang yang buta telah diubah menjadi sarana penerang bagi sesama yang sedang merasakan kegelapan dalam pemikirannya. Dipakai oleh Yesus untuk mencerahkan dan membuka penglihatan mata batin orang Farisi. Mereka ini dipandang perlu untuk membangun kepedulian yang tulus kepada orang yang sedang mengalami penderitaan. Namun orang Farisi menolak kesempatan untuk memperbaiki diri mereka. Mereka telah merasa tahu (ayat 41). Pada sisi orang buta yang disembuhkan, perlahan namun pasti setelah mendapatkan pencerahan menunjukkan itikad mau diutus untuk menjadi terang. Pada akhir dari kisah ini, bisa memunculkan kesimpulan bahwa siapapun bisa dipakai oleh Yesus untuk menjadi pewarta. Bukan hanya Farisi yang merasa paling tahu tentang banyak hal.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Dari permasalahan yang dihadapi manusia, justru terbuka peluang tumbuhnya terang, inspirasi dan perspektif baru atas peristiwa kehidupan manusia. Peluang dan penyertaan bisa tampak nyata tapi harus tetap mengikutsertakan Yesus. Selanjutnya, terang yang dimiliki haruslah dipertahankan. Pada sisi lain, terang yang telah diterima haruslah juga bermakna utusan berbagi untuk sesama. Diharapkan semangat bermakna untuk sesama ini kita mau diutus dan mampu dipakai oleh Allah untuk memulihkan keadaan orang lain yang tengah dalam pergumulan dan putus harapan. Sebagai bentuk sinergi yang kuat, kesediaan untuk menjadi sosok yang mencerahkan sesama akan menjadi dasar keutuhan jemaat.
RANCANGAN KHOTBAH : BAHASA INDONESIA
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
HIDUP MEMBAWA PENCERAHAN
(Yohanes 9 : 37)
Pendahuluan
Coba Anda searching di Google, dengan kata kunci “motivator Indonesia”. Langsung pada halaman pertama akan dimunculkan sederet nama orang dan penjelasan tentang aktivitas mereka sebagai sosok yang mendedikasikan dirinya untuk memberikan motivasi kepada orang lain. Motivator itu sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti seseorang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu. Ia juga menjadi pendorong dan penggerak perubahan. Semakin banyak dan maraknya seseorang yang “berprofesi” sebagai motivator pada beberapa tahun terakhir ini tentu menjadi fenomena yang menarik. Salah satu penyebabnya, berarti pangsa pasar dan jumlah kebutuhan orang yang memerlukan penyemangat dan motivasi semakin banyak pula. Terlepas dari banyak kisah tentang sosok motivator, hampir semuanya bermain dalam ranah kalimat dan ucapan yang disampaikan serta diharapkan bisa memberikan perubahan kehidupan seseorang. Mampu memberikan pencerahan pemikiran guna menuju arah tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang. Ini sebenarnya merupakan peluang pelayanan dan melayani yang luar biasa dan perlu segera di raih.
Terkait dengan bacaan, hal ini sebenarnya terkait sebuah bentuk kebutuhan manusia untuk diberikan dan memberikan motivasi agar bisa berada dalam suasana yang terang, jelas dan terarah. Dari kekalutan dan pergumulan menuju situasi yang lebih baik. Dan untuk selanjutnya, dari keadaan kegelapan dosa menuju terang dalam suasana baru.
Isi
Kehidupan manusia sejak awal sudah dibimbing agar memiliki arah dan tujuan yang jelas. Sejak awal penciptaan di kitab Kejadian 1:3, melalui sabdaNya, Allah menciptakan terang. Terang yang menjadi awal dari seluruh penciptaan dan menjadi penanda kejelasan arah dan proses penciptaan. Namun dalam kenyataannya, manusia juga bisa kemudian bimbang dan bahkan bingung dengan arah serta tujuan hidup yang dimilikinya. Tidak selamanya segalanya tampak jelas. Ada kalanya merasakan situasi fluktuatif, naik turun, terang gelap, cerah kelam dan optimis serta kalut.
Kisah Samuel adalah cerita yang ada pada bacaan hari ini. Dengan kapasitas sekaliber Samuel sebagai Nabi yang berpengaruh, dirinya ternyata bisa juga mengalami kesedihan yang luar biasa. Memang sangatlah manusiawi. Lalu apakah yang harus diperbuat? Tepatnya, apakah yang kemudian diperbuat oleh Allah? Allah kemudian mengutus Samuel untuk berjumpa dengan keluarga Isai. Ternyata untuk menumbuhkan suasana kebangkitan diri dan pencerahan pemikiran, dibutuhkan sosok yang ditampakkan dan memberikan motivasi kepada Samuel. Perlu ada seseorang yang tampak secara jelas memberikan jawaban atas situasi yang sedang dialaminya. Perjumpaan Samuel dengan keluarga Isai merupakan hal yang mencerahkan dalam pergumulan Samuel. Setelah satu persatu anak Isai ditunjukkan, muncullah Daud. Daud inilah yang kemudian menjadi sosok yang melegakan bagi Samuel. Daud yang diurapi menjadi sosok yang dipahami dipakai oleh Allah untuk menumbuhkan kembali motivasi diri dari Samuel. Pada pemaknaan kisah ini, jika ada situasi seseorang sedang memiliki pergumulan, sungguh menyenangkan jika ada yang bersedia hadir dan menolongnya. Termasuk juga, kita perlu bertanya bagaimanakah keluarga secara utuh bisa hadir dan memberikan motivasi kepada sesama kita?
Berikutnya, dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Efesus, makna dari kehadiran Yesus semakin diperjelas. Keberadaan Yesus yang diajarkan oleh Paulus, disadari telah membawa perubahan kepada kehidupan iman umat di Efesus. Melalui kehadiran Yesus, jemaat di Efesus mendapatkan motivasi untuk hidup yang lebih benar. Jemaat Efesus dicerahkan akan adanya pengharapan dan situasi baru yang bisa diraih oleh mereka. Hidup yang lama harus ditinggalkan. Manusia lama yang mendukakan harus dihapuskan. Pada konteks bacaan ini, Paulus dan utamanya Yesus, telah memotivasi umat di Efesus agar menjadi anak-anak terang. Setelah itu, gilirannya umat di Efesus harus bisa konsisten menjaga hidup yang telah diterangi, dicerahkan dan dipulihkan oleh Allah.
Begitu juga Yesus merupakan sarana dalam pemulihan kehidupan manusia yang tengah dalam kegelapan. Kisah orang yang buta, sejak awal telah dipersepsikan oleh orang Farisi bahwa penyakit itu merupakan bentuk penghukuman. Tentu saja orang yang buta dan tentunya orang tuanya merasa terpojok. Situasi yang memerlukan penyemangat baru. Dimotivasi agar kembali percaya diri. Melalui kuasa mujizatNya, Yesus memulihkan diri orang yang buta tersebut. Melalui karya kasih ini, Yesus memberikan penyadaran bahwa dalam situasi apapun, masih ada peluang untuk dipulihkan. Dan Yesus menunjukkan peran dan keberadaannya yang membantu pemulihan orang yang sedang memiliki pergumulan, termasuk juga dalam hal sakit penyakit. Inilah makna kehadiranNya, memberikan spirit dan semangat baru. Memotivasi orang agar bisa tetap yakin dengan masa depannya. Pembelajaran pada perenungan ini terkait dengan pengakuan atas posisi Yesus sebagai yang mencerahkan kehidupan manusia. Tidak hanya dalam kata yang diucapkan, namun juga dalam tindakan yang dilakukanNya. Sekarang kita perhatikan kepada konteks pergumulan sesama, nah, bagaimana fungsi terang dari kita sendiri? Apakah kita bisa menjadi sosok yang memotivasi umat dan sesama manusia untuk berubah? Harus disadari bahwa sesama manusia pun juga memiliki kerinduan mendapatkan pencerahan dan pembebasan dari kita. Kita menjadi Daud yang hadir untuk Samuel dan seperti Yesus kepada jemaat Efesus dan orang yang buta.
Dalam pada itu, selain kita harus bisa menjadi motivator kepada sesama, kita pun perlu peka agar terbuka dengan motivasi yang disampaikan oleh sesama kita. Kita diminta untuk mau terbuka tentang kebutuhan untuk disembuhkan sehingga bisa dipulihkan dan dicerahkan. Sebagaimana keadaan yang dialami oleh Samuel, manusia harus menentukan pilihan dan peka dengan perintah Allah. Samuel mau menerima perintah Allah dan mendapatkan motivasi baru dari perjumpaannya dengan keluarga Isai. Begitu juga dengan umat di Efesus, mereka mau untuk dipulihkan saat mendapatkan motivasi dari Paulus untuk meninggalkan manusia lama mereka. Memilih untuk dicerahkan dengan terang yang dari Yesus juga menjadi pilihan jemaat di Efesus. Sedangkan untuk orang yang buta dan mendapatkan kesembuhan, dengan motivasi baru dari Yesus, dia berani menyatakan dirinya untuk siap menjadi utusanNya. Adapun hal yang perlu dihindari adalah pola pikir yang ditunjukkan oleh orang Farisi. Orang Farisi justru mengeraskan hati. Teguran dan motivasi dari Yesus pun diabaikan. Dampaknya, mereka sulit untuk berubah menjadi lebih baik dalam kehidupan dan keimanannya.
Melalui renungan ini, kita diajak untuk bisa menjadi seseorang yang mampu memotivasi orang lain agar tetap bersemangat dalam hidupnya. Kita diingatkan bahwa berkat untuk sesama juga bisa berwujud kalimat yang menguatkan. Kita pasti bisa mencerahkan melalui kata dan karya. Jika banyak orang terpersona dengan motivator dunia yang mencerahkan, tentunya kita ingat dengan Sang motivator agung yaitu Yesus sendiri.
Penutup
Dalam dunia yang bersifat hibrid, kita bisa belajar dari bermacam sumber untuk membangun dan memperkaya kehidupan kita. Salah satunya, dari film Sang Pencerah. Film ini berkisah tentang kehidupan pendiri organisasi Islam di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi ini digambarkan memberikan pencerahan dari proses dan juga pelaksanaan ibadah agama Islam pada kisaran waktu awal tahun 1900an. Melalui dialog dan pembelajaran yang disampaikannya, para anggota organisasi ini dimotivasi untuk bisa mengembangkan pemahamanan yang lebih murni tentang agamanya. Kita pun sebenarnya juga bisa belajar dari pengajaran-pengajaran serta motivasi beliau yang mencerahkan tentang pemurnian ajaran dan akidah agama.
Akhirnya, pada masa minggu pra paskah ini, kita diingatkan tentang kalimat yang diucapkan oleh Yesus pada saat peristiwa penyaliban di Golgota. Yesus menyampaikan kepada penjahat yang ada di sebelahNya, “engkau hari ini bersamaku di Firdaus..” (Luk 23:43). Melalui kalimat ini, Yesus memberikan motivasi, menyemangati dan mencerahkan agar setiap orang mau menyadari adanya kesempatan untuk memperbaiki diri. Bahkan dalam masa penghujung hidupnya. Tidak ada kata terlambat untuk menyempurnakan diri. Amin. (WK)
Pujian : KJ. 57 “Yesus, Lihat UmatMu”
RANCANGAN KHOTBAH : BASA JAWI
Pambuka
Cobi Panjenengan bikak “google”, lajeng nyerat ukara “motivator Indonesia”. Ing ngriku kita saged manggihaken kathah paraga ingkang nglampahi gesangipun minangka “motivator” kangge sesaminipun. Motivator punika, pangretosanipun miturut KBBI inggih punika “ seseorang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu ”. Wonten ing jaman sakmangke kita saged manggihaken bilih kathah tiyang ingkang betahaken sesaminipun ingkang kawastanan saged maringi motivasi gesang. Lan saking punika, sejatosipun kawontenan paladosan saking greja sangsaya kathah ingkang saged dipun lampahi. Sesambetan kaliyan waosan ing wekdal punika, kita saged ugi dados motivator. Amargi ing jaman punika kathah manungsa ingkang betahaken kawonten ingkang sae ing gesangipun. Saged ugi saking kahanan ingkang awrat lan dosa tumuju kasaenan ugi gesang enggal.
Isi
Wonten ing wiwitan alam donya, Gusti Allah ngersakaken kawontenan sae kangge para titahipun. Nanging pranyata ing gesangipun manungsa kathah prakawis ingkang boten pener lan bener. Saged sae, nanging saged awon. Saged kiyat nanging ugi saged kawon.
Waosan bab Nabi Samuel ugi nyariosaken gesang ingkang kados makaten. Sanadyan minangka nabi ingkang kondhang, nanging saged ngraosaken kasisahan ingkang ageng. Sisah amargi nate njebadi Saul minangka raja ing Israel. Ingkang ing pungkasanipun, Saul pranyata nuwuhaken prakawis awon kangge Israel. Lajeng punapa ingkang kedah dipun lampahi? Punapa ugi ingkang dipun kersakaken Gusti Allah? Gusti Allah lajeng ngutus Samuel supados pepanggihan kaliyan brayatipun Isai. Manawi karaosaken, sejatosipun punika panggulawentah kangge Samuel. Kanthi pepanggihan kaliyan tiyang sanes, Samuel saged nampi piwucal saking Gusti Allah. Pepanggihan punika maringaken pamanggih enggal. Langkung-langkung saksampunipun Daud dipun panggihaken kaliyan Samuel. Samuel saged ngraosaken pepenget saking Gusti Allah. Bilih lumantar rawuhipun Daud, piyambakipun nampi wawasan ingkang enggal. Taksih wonten pangajeng-ajeng kangge gesangipun bangsa Israel. Samuel ingkang suwaunipun mupus, saged thukul trubus malih manahipun. Daud ingkang dipun jebadi sejatosipun dados pralambang tekad semangat ingkang enggal katur Samuel lan bangsa Israel. Pancen nyata, manawi kita saweg ngraosaken panandhang lan kasisahan manah, saged pepanggihan kaliyan paraga lan tiyang sanes ingkang saged paring motivasi tamtu bingahaken.
Dene wonten ing seratanipun rasul Paulus dhateng pasamuwan ing Efesus, kawontenanipun Gusti Yesus ugi saged dados paraga lan juru pangatag kangge kasaenanipun pasamuwan. Lumantar Gusti Yesus, pasamuwan Efesus kaajak kangge nilar gesang ingkang lami tumuju dhateng gesang ingkang enggal. Amargi makaten, pasamuwan Efesus kedah saged njagi gesang enggalipun.
Sacara khusus, cariyos tiyang wuta ingkang nampi kasarasan saking Gusti Yesus ugi ngrembang babagan paraga ingkang nuwuhaken pangajeng-ajeng gesang tumuju kasaenan. Sanadyan dening tiyang Fasrisi asring dipun parabi bilih sesakit punika minangka paukuman, nanging Gusti Yesus saged migunakaken kahanan punika kangge ndadar manah tiyang kathah ing sakkiwa tengenipun. Gusti Yesus paring pambiyantu dhateng ingkang nandhang prakawis awrat. Lumantar sabda ingkang paring kasarasan, Gusti Yesus nedahaken bilih piyambakipun punika saged paring pangatag supados tiyang ingkang wuta lan tiyang sepuhipun boten semplah ing manah. Saking seratan ing inggil, kita manggihaken bilih ing sak kiwa tengen kita sejatosipun tansah wonten tiyang ingkang saweg nandhang prakawis awrat. Punapa kita lajeng kersa kadya dados Daud kangge Samuel? Kados Gusti Yesus dhateng pasamuwan ing Efesus lan ugi dhateng tiyang ingkang wuta?
Ing sak sisih sanes, kajawi kita kedah saged dados paraga motivator dhateng sesami, bok manawi kita sejatosipun ingkang nampi motivasi saking sesami kita. Kados dene Samuel ingkang tinarbuka dhateng panggulawentahipun Gusti Allah. Makaten ugi kados tuladha pasamuwan Efesus ingkang purun nampi timbalan gesang sae. Sampun ngantos kita malah kados dene tiyang Farisi ingkang boten purun nampi piwucal saking Gusti Yesus. Sarta boten purun dados utusan pawartos pakaryanipun Gusti. Sacara khusus kita dipun emutaken ing gesangipun tiyang ingkang wuta. Kangge tiyang wuta ingkang kasarasaken, saksampun nampi pambiyantu saking Gusti Yesus, purun dados duta ambagi pawartos kabingahan saking Gusti Yesus. Lumantar renungan punika, mangga kita sami budidaya saged ta dados paraga ingkang ngatag dan maringi tuladha sarta semangat kangge sesami. Satemah kita sak estu nuladha katresnanipun Gusti Yesus.
Panutup
Ing wekdal sakpunika, kita sejatosipun saged sinau saking mawarni-warni prakawis. Upaminipun saking film. Wonten film ingkang sesirah Sang Pencerah. Ngrembag Ahmad Dahlan minangka paraga ingkang ngatag sadaya umat Muslim saged nglampahi piwucal agami kanthi leres cundhuk piwucal wiwit suwaunipun. Kita sami dipun emutaken supados saged ngatag sesami dhateng patrap gesang ingkang leres.
Pungkasanipun, wonten ing minggu Pra Paskah punika, mangga kita emut dhateng cariyos Gusti Yesus ing redi Golgota. Gusti Yesus dhawuh dhateng salah satunggal begal ingkang kasalib, ”satemene ing dina iki uga kowe bakal bebarengan karo Aku ana ing Pirdus”(Luk 23:43). Saking dhawuh punika, kita saged mangertos bilih Gusti Yesus tansah paring motivasi dhateng sadaya tiyang sanadyan ing wekdal gesang ingkang pungkasan. Makaten ugi, kangge kita, boten wonten ukara katriwal dhateng kita ingkang purun ngeneraken gesangipun dhateng kasampurnan. Amin. (WK).
Pamuji : KPJ. 200 “Mugi Wradin Ingundhangna”