Mewujudkan Kerajaan Sorga di dalam Keluarga Khotbah Minggu 26 Juli 2020

13 July 2020

Minggu Biasa – Penutupan Bulan Keluarga
Stola Hijau

Bacaan 1         :  Kejadian 29 : 15 – 28
Bacaan 2         : 
Roma 8 : 26 – 39
Bacaan 3         : 
Matius 13 : 31 – 33, 44 – 52

Tema Liturgis :  Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah
Tema Khotbah: 
Mewujudkan Kerajaan Sorga di dalam Keluarga

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Kejadian 29 : 15 – 28

Setelah lari dari rumahnya, Yakub bekerja pada Laban pamannya di Tanah Haran. Ketika ia ditanya pamannya apakah yang patut menjadi upahmu, Yakub menjawab bahwa ia bersedia bekerja 7 tahun untuk mendapatkan Rahel.  Laban mempunyai dua anak perempuan, yang pertama bernama Lea dan yang kedua bernama Rahel.  Dialah yang pertama bertemu Yakub di sumur. Matanya lebih bersinar dan sikapnya begitu elok.  Nampaknya Yakub sudah jatuh cinta kepada Rahel sejak pandangan pertama.  Demi mendapatkan Rahel bagi Yakub 7 tahun bekerja membanting tulang bukanlah waktu yang panjang dan berat. Tetapi ketika tiba waktunya perkawinan, ternyata yang diberikan kepada Yakub adalah Lea kakaknya, alasan Laban menurut adat disitu tidak patut mengawinkan adiknya lebih dahulu dari kakaknya.  Akhirnya demi Rahel pula Yakub harus bekerja 7 tahun lagi.  Semua itu dijalaninya dengan penuh keikhlasan, semangat dan sukacita.

Roma 8 : 26 – 39

Dalam bagian suratnya kepada Jemaat di Roma ini Paulus menyatakan bahwa seluruh makhluk berkeluh kesah menanti-nantikan saat anak-anak Allah dinyatakan dan dimuliakan.  Demikian juga kita. Betapa lemahnya kita, bahkan untuk berdoa saja kita tidak bisa, mulai dari sikap, kejujuran dan isi doa kita. Doa-doa kita penuh dengan kekurangan.  Doa kita sering hanya berisi daftar keinginan, bukan kebutuhan kita, sehingga tidak pernah melihat kebutuhan orang lain, lingkungan kita, lebih-lebih jikalau dilihat dari kacamata Tuhan yang memperhatikan seluruh kebutuhan makhluknya di alam semesta.  Belum kalau melihat relung hati yang terdalam, di sana sering penuh dengan ketidakjujuran, kemunafikan dan ketidakkudusan. Oleh karena itu Roh Kudus berdoa untuk kita dengan keluhan-keluhan yang tidak terkatakan karena kekurangan doa-doa kita. Allah mengetahui maksud Roh itu dan Ia mengabulkannya dalam arti kadang seperti ungkapan harapan kita, tetapi tidak jarang tidak selalu persis dengan isi dan ungkapan doa kita.  Tetapi yang terpenting demi yang terbaik bagi kehidupan kita.  Oleh karena itu sebenarnya Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita.

Karena itu jikalau Allah berada dipihak kita, lebih-lebih tidak menyayangkan AnakNya sendiri untuk membenarkan dan menyertai kita, maka tidak ada lagi yang perlu kita takutkan. Tidak ada lagi yang dapat melawan kita, maut sekalipun.  Bahkan kita lebih daripada orang-orang yang menang.

Matius 13 : 31 – 33, 44 – 52

Bacaan kita ini berbicara tentang Kerajaaan Sorga. Kerajaan Sorga adalah pemerintahan Allah, ketika kehendak, Firman dan perintah Allah ditaati dengan sempurna oleh umat-Nya.  Seperti dalam doa Bapa Kami: “Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga”. Di sorgalah pemerintahan Allah terjadi dengan sempurna, sehingga damai sejahtera Allah, kebahagiaan dan sukacita terjadi dengan sempurna.  Di dalam kedatangan Tuhan Yesus Kristus, Kerajaan Sorga itu telah datang di bumi, dapat dinikmati oleh umat-Nya yang dikasihiNya, namun belum sempurna.

Tentang Kerjaan Sorga atau Kerajaan Allah itu dalam bacaan kita ada 5 perumpamaan. Pertama, hal Kerajaan Sorga itu seperti biji sawi yang ditaburkan.  Biji itu kecil, sering tidak dilihat orang dan diremehkan.  Tetapi biji itu hidup, ketika tertanam di tanah terus mengeluarkan akar, daun dan batang, serta terus tumbuh menjadi besar sehingga menjadi tempat yang teduh bagi burung-burung dan siapapun yang datang.  Kedua, Kerajaan Sorga itu seperti ragi yang mempunyai dampak dan pengaruh yang hebat.  Walaupun semula kecil, kemudian larut dalam adonan, dan dari sana mempunyai daya ubah yang hebat.  Adonan itu berkembang berlipat, rasanya berimbang dan akhirnya menjadi roti yang enak dan bergizi untuk kehidupan.  Ketiga, Kerajaan Sorga itu seperti harta terpendam di ladang yang ditemukan begitu saja.  Orang yang menemukan itu sadar betapa bernilainya, sehingga ia menjual apapun yang dimilikinya untuk mendapatkan harta tak ternilai itu.  Keempat, Kerajaan Sorga itu seperti mutiara yang indah dan mahal.  Yang membedakan dengan yang ketiga tadi, kalau sebelumnya orang itu begitu saja menemukannya dan baru berusaha mendapatkannya dengan penuh, yang keempat ini pedagang itu memang telah lama mencarinya.  Setelah ketemu iapun menjual seluruh miliknya untuk membeli mutiara tsb.  Kelima, Kerajaan Sorga itu seperti pukat, mula-mula ketika ditebarkan mendapatkan segala macam ikan, begitulah Tuhan Yesus adalah Juru Selamat dunia, siapapun ditawari Kerajaan-Nya.  Namun kemudian dipilih.  Jadi banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.

Benang Merah Tiga Bacaan :

Di dalam Sang Kristus Kerajaan Sorga yang tak ternilai harganya itu telah datang. Awalnya kelihatan kecil seperti biji sawi, tetapi kemudian tumbuh bahkan seperti ragi yang mengubah kehidupan ini menjadi lebih baik, lebih bahagia dan penuh damai sejahtera Allah. Kita dipanggil mewujudkannya mulai dari persekutuan atau komunitas yang paling kecil, yaitu keluarga.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Saudaraku yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Tuhan,

Keluarga yang lestari dan berbahagia adalah dambaan setiap orang yang membangun keluarga. Maka orangpun memilih pasangan yang diharapkan dapat memenuhi maksud tersebut, seperti mempunyai pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang mapan, kekayaan yang berlimpah, penampilan yang rupawan, kepribadian yang baik, cinta yang dalam.  Tak lupa kata-kata indah selalu diucapkan: “Aku hanya ingin membahagiakanmu”.

Namun dalam realitanya tidak semua perkawinan bermuara menjadi keluarga lestari dan bahagia. Walaupun ukuran-ukuran tersebut di atas sepertinya telah terpenuhi, tetapi betapa banyaknya perkawinan yang kandas dan keluarga yang berantakan. Tuhan tentu sedih dan prihatin melihat kenyataan tersebut. Lebih-lebih ketika kenyataan itu juga menimpa anak-anak-Nya.

Isi

Di Dalam Tuhan Yesus Kerajaan Sorga Sudah Datang

Saudaraku kekasih,

Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah adalah keadaan di mana Allah memerintah, sebagaimana dalam doa Bapa Kami kita berdoa, “Datanglah kerajaanMu, Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”. Ketika Allah memerintah dan umat-Nya taat sepenuhnya kepada-Nya maka hubungan antara manusia dengan Allah harmonis. Ketika hubungan manusia dengan Allah harmonis, maka hubungan antara manusia dan sesamanya serta lingkungannya juga harmonis.  Mereka hidup dalam damai sejahtera Allah dan kebahagiaan.

Di dalam Kristus Kerajaan Sorga sudah datang kepadamu (Mat. 12:28; Luk. 11:20, 17:21), tetapi kesempurnaannya baru setelah kedatangan-Nya yang kedua kali nanti (Mat. 25:31,32). Di mana terjadi persekutuan antara umat Allah dengan Allah secara sempurna. Persekutuan itu yang menjadikan hidup dalam kebahagiaan sejati, tidak ada derita, tangisan dan bahaya.  Yang ada adalah damai sejahtera dan sukacita selama-lamanya.

Dalam Matius 13:31-33, 44-52 ini dinyatakan 5 perumpamaan tentang Kerajaan Sorga. Pertama, wujud Kerajaan Sorga itu seperti sebiji sawi.  Suatu biji yang kecil, sering disepelekan dan tidak diperhatikan orang, tetapi biji itu hidup, telah siap dengan calon akar, calon batang dan calon daun.  Ketika biji itu dijatuhkan ke tanah yang cukup air, biji itu merekah, dengan dinamis akarnya menembus tanah menyerap unsur kehidupan. Batangnya tumbuh membesar, mendukung mengalirkan makanan dari akar ke ranting, daun dan menjadi buah.  Dari biji yang kecil itu tumbuh menjadi pohon yang besar dan teduh, tempat bernaungnya burung-burung dan manusia. Kedua, pengaruh dan dampak Kerajaan Sorga itu merasuk seperti ragi yang walaupun semula sedikit saja, kemudian larut dalam adonan dan dari sana mempunyai daya ubah yang hebat. Adonan itu berkembang berlipat, rasanya berimbang dan akhirnya menjadi roti yang enak dan bergizi untuk kehidupan. Ketiga, nilai Kerajaan Sorga itu seperti harta karun yang terpendam di ladang yang ditemukan begitu saja. Orang yang menemukan itu sadar betapa bernilainya, sehingga ia menjual apapun yang dimilikinya untuk mendapatkan harta tak ternilai itu. Keempat, Kerajaan Sorga itu seperti mutiara yang indah dan mahal. Yang membedakan dengan yang ketiga tadi, kalau sebelumnya orang itu begitu saja menemukannya dan baru berusaha mendapatkannya dengan penuh, yang keempat ini si pedagang itu memang telah lama mencarinya.  Kerajaan Sorga ini dicari oleh banyak orang. Maka ketika pedagang itu menemukannya, iapun menjual seluruh miliknya untuk membeli mutiara tsb.  Kelima, Kerajaan Sorga itu seperti pukat, mula-mula ketika ditebarkan mendapatkan segala macam ikan, demikianlah Kerajaan Sorga ini ditawarkan kepada siapa saja.  Namun kemudian dipilih, dipisahkan antara yang terbuka terhadap Kerajaan-Nya dan diterima dengan yang tertutup dan dibuang.  Jadi banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.

Saudaraku, berbahagialah kita, di dalam Kristus kita termasuk orang-orang yang dipanggil dan dipilih itu. Bagi kita Kerajaan Sorga itu telah datang.  Oleh karena itu janganlah Kerajaan ini kita lepaskan dan kita sia-siakan.  Bahkan kita harus bekerja keras hidup sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Berbahagialah setiap keluarga yang menjadikan Sang Kristus menjadi Tuhan dan Raja yang perintah-Nya ditaati dan dihormati.  Seperti sebiji sesawi dan ragi, Kerajaan Sorga itu akan terus tumbuh dan memproses kehidupan keluarga itu untuk menjadi semakin baik, semakin menikmati damai sejahtera dan kebahagiaan-Nya.

Tuhan Turut Bekerja Mewujudkan Kerajaannya Mulai Dari Rumah Tangga

Saudaraku yang dikasihi Tuhan dan mengasih Tuhan,

Betapa sering realita kehidupan di dunia ini tidak sesuai dengan bayangan dan harapan kita. Dalam Kejadian 29:15-28, karena cintanya, Yakub bekerja siang dan malam selama 7 tahun untuk mendapatkan Rachel, tetapi yang didapatkan Lea. Sehingga ia harus bekerja 7 tahun lagi untuk mendapatkan Rachel. Betapa banyaknya mempelai yang mencita-citakan keluarga yang bahagia, damai dan sejahtera, tetapi menghadapi banyak sekali tantangan, rintangan dan masalah.  Berapa banyaknya bahtera keluarga yang kandas di tengah pelayarannya? Sebagian karena beratnya tantangan dan masalah, namun sebagian lain juga karena begitu lemahnya manusia.  Masing-masing memaksakan kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah.  Bahkan itu juga menimpa keluarga Kristen.  Bagaimanakah ini?

Hal itu menunjukkan betapa dahsyatnya dosa telah merasuk ke dalam dunia dan merusak kehidupan manusia secara total. Hingga hati nurani dan pikirannyapun juga penuh perlawanan terhadap pemerintahan Allah. Namun berbahagialah saudaraku, bahwa di dalam Kristus Kerajaan Sorga telah datang bagi kita.  Walaupun belum sempurna, di dunia ini kita telah diperkenankan mencicipi keadaan dan suasana Kerajaan Sorga itu, bahkan terus berproses seperti pertumbuhan sebiji sesawi dan ragi, hingga kesempurnaan-Nya pada kedatangan Kristus kedua kali nanti.

Dalam proses tersebut ternyata Allah tidak tinggal diam dan kita tidak dibiarkan bekerja sendiri. Melalui Roh Kudus-Nya Allah membantu dalam kelemahan kita (Rm 8:26). Dia bekerja dalam proses kehidupan kita dan membantu sejak cita-cita dan harapan itu berkecambah dalam pikiran dan kita ungkapkan dalam doa-doa kita. Roh telah membantu doa kita dengan keluhan yang tak terkatakan karena begitu banyaknya kekurangan dalam doa kita. Allah mengetahui maksud Roh itu dan Ia mengabulkannya dalam arti kadang seperti ungkapan harapan kita, tetapi tidak jarang tidak selalu persis dengan isi dan ungkapan doa kita. Tetapi yang terpenting demi yang terbaik bagi kehidupan kita. Oleh karena sebenarnya Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Rm 8:28).  Karena itu Paulus bersaksi, “Jikalau Allah berada dipihak kita, lebih-lebih tidak menyayangkan AnakNya sendiri untuk membenarkan  dan menyertai kita, maka tidak ada lagi yang perlu kita takutkan.  Tidak ada lagi yang dapat melawan kita, maut sekalipun.  Bahkan kita lebih daripada orang-orang yang menang”. (Rm. 8:35-37).

Penutup

Saudaraku kekasih,  keluarga adalah komunitas terkecil yang menjadi akar Gereja, masyarakat dan bangsa. Pasti, Tuhan menghendaki setiap keluarga, lebih-lebih keluarga yang telah menyerahkan jalan hidupnya kepada kehendak dan perintah-Nya untuk tumbuh lestari, menikmati kebahagiaan sejati dan terlibat dalam Karya Tuhan di tengah masyarakat dan bangsa.  Tinggal kita, siapkah kita untuk selalu terbuka terhadap kehendak dan pemerintahan Allah itu, serta diproses untuk terus tumbuh dalam Kerajaan-Nya? “Datanglah KerajaanMu, Jadilah kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga”.   Amin. (BRU)

 Nyanyian :  KJ.  260 : 1 – 3   Dalam Dunia Penuh Kerusuhan

RANCANGAN KHOTBAH :  Basa Jawi

Pambuka

Para sadherek kinasih ndalem asmanipun Gusti Yesus Kristus,

Brayat ingkang lestantun miwah mukti wibawa saestu dados pangajeng-ajengipun tetiyang ingkang mbangun bale griyanipun. Mila tiyang kalawau lajeng milih pasanganipun ingkang nggadhahi Pendidikan ingkang sae, pendamelan ingkang mapan, sugih, rupi ingkang ayu utawi nggantheng, kapribadhen ingkang sae lan sih katresnan ingkang estu.  Wongsal wangsul tansah kaucapaken:  “Aku kepengin muktekake sliramu”.

Nanging kanyatanipun mboten sadaya nenikahan punika anjog dhateng brayat ingkang lestantun miwah mukti wibawa. Pinten kathahipun brayat ingkang kandhas, nempuh sela karang lan ambyar kadosdene lagu-lagunipun Didik Kempot? Gusti Allah tamtu prihatos mirsani sadaya punika.  Langkung-langkung meningi bale griyaning para kagunganipun ugi wonten ingkang ngalami kanyatan ingkang kados mekaten.

Isi

Wonten Ing Sang Kristus Kratoning Swarga Sampun Prapta

Sadherek kinasih, Kratoning Swarga utawi Kratoning Allah inggih punika kawontenan ing pundi Gusti Allah nindakaken paprentahanipun kanthi sampurna, kadosdene ing Donga Rama kawula: “Kraton Paduka mugi rawuh, karsa Paduka mugi kelampahan wonten ing bumi kadosdene wonten ing Swarga”. Rikala Gusti Allah mrentah saha umatipun sumuyud patuh sakwetahipun dhumateng kersanipun, ndadosaken sesambetan antawisipun manungsa kaliyan Allah inggih harmonis. Rikala sesambetan antawisipun manungsa kaliyan Allah harmonis, ndadosaken sesambetan antawisipun manungsa kaliyan sesamining manungsa miwah sesamining titah inggih harmonis ugi.  Sadaya gesang ing tentrem rahayunipun Gusti.

Wonten ing Sang Kristus Kratoning Swarga saestu sampun ngrawuhi kita (Mat. 12:28; Luk. 11:20, 17:21), ananging kasampurnanipun saweg kedadosan ing rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih mangke (Mat. 25: 31,32).  Wonten ing ngriku kedadosan patunggilan antawisipun Gusti Allah lan manungsa kanthi sampurna. Inggih patunggilan punika ingkang ndadosaken tentrem rahayu miwah kamukten ingkang sejatos. Sampun mboten wonten malih kasangsaran, panangis, pisakit saha pepejah. Sanajan ta dereng sampurna, wonten ing jagad punika kita kakeparengaken ngicipi kawontenan miwah swasana Kratoning Allah punika.

Ing waosan kita Matius 13:31-33,44-52 kaserat 5 pasemon bab Kratoning Swarga. Kapisan, wujuding Kratoning Swarga punika kadosdene wiji sawi ingkang alit sanget, ingkang asring kasepelekaken tiyang. Nanging wiji punika saestunipun gesang. Sampun cumawis calon oyot, calon wit miwah calon ron. Mila nalika wiji punika kadhawahaken ing siti ingkang cekap toya, wiji punika lajeng mbedhedheg mekar, kanthi kiyat oyotipun medal nembus siti, nyesep sarining gesang. Witipun modot, tuwuh sangsaya ageng, nopang miwah ngilekaken tetedhan ingkang saking oyot kalawau dhateng pang-pangipun lan ron-ronipun, kaolah dados sekar miwah woh. Saking wiji ingkang alit kalawau tuwuh dados wit ingkang ageng, edum saha kebak woh-wohan, saengga peksi lan manungsa sami ngeyub. Kaping kalih, pangaruh miwah tumindakipun Kratoning Swarga punika kadosdene ragi ingkang sanajan sekedhik kemawon kalarutaken ing adonan, ananging nggadhahi “daya ngrebah” ingkang ngedab-edabi. Ngrebah saking ingkang mboten sae utawi biasa-biasa kemawon dados langkung sae. Adonan punika mekar ageng, sasampunipun dados roti raosipun eca lan ngemu gizi kangge pagesangan.  Kaping tiga, ajining Kratoning Swarga punika kadosdene raja-brana ingkang kapendhem ing pategilan ingkang kapanggihaken. Tiyang ingkang manggihaken raja-brana punika mangertos iba ajinipun rajabrana punika mila lajeng nyade sadaya gadhahanipun kangge numbas tegil punika, supados saged nggadhahi barang ingkang aji sanget punika. Kaping sekawan, Kratoning Swarga punika kadosdene mutiara ingkang endah miwah awis sanget reginipun.

Bentenipun, ing pasemon ingkang kaping tiga tiyang punika manggihaken raja-brana, lajeng saweg mbudidaya kadospundi saged nggadhahi. Ing pasemon ingkang kaping sekawan, tiyang dagang punika sampun dangu anggenipun ngluru lan ngupadosi. Pancen saestunipun Kratoning Allah, gesang tentrem rahayu punika dipun padosi dening tiyang kathah. Mila sareng tiyang among dagang punika manggihaken, piyambakipun lajeng nyade sadaya gadhahanipun kangge numbas mutiara punika. Kaping gangsal, Kratoning Swarga punika kadosdene krakad utawi jala ingkang ageng.  Wiwitanipun nalika kakebyaraken angsal marupi-rupining ulam.  Mekaten ugi Kratoning Swarga katawekaken dhumateng sinten kemawon. Nanging saklajengipun lajeng kapilih, kapisahaken antawisipun ingkang cumadhang dhumateng Kratoning Allah saha katampi, kaliyan ingkang mboten cumadhang miwah kabucal.  Kanthi mekaten kathah ingkang katimbalan, nanging sekedhik ingkang kapilih.

Sadherek kinasih, saestu rahayu tumrap kita bilih ing Sang Kristus kita kalebet tiyang-tiyang ingkang katimbalan miwah kapilih punika. Tumrap kita Kratoning Swarga sampun ngrawuhi kita. Mila sampun ngantos Kratoning Swarga punika kita culaken lan tilaraken.  Malahan kedahipun kita makarya kanthi sengkud, mbudidaya gesang condhong kaliyan karsa saha paprentahanipun Allah. Saestu rahajeng tumrap brayat ingkang ndadosaken Sang Kristus minangka raja miwah Gusti ingkang sabdanipun dipun urmati lan dipun estokaken. Kadosdene wiji sawi lan ragi, Kratoning Swarga punika badhe tansah tuwuh ngrembaka ngolah gesanging brayat kita dados sangsaya sae, sangsaya nikmati tentrem rahayu miwah karaharjaning Gusti.

Gusti Makarya Maujudaken Kratonipun Wiwit Saking Brayat

Sadherek kinasih, iba asringipun kanyatan gesang ing jagad punika cengkah kaliyan pangangen-angen miwah pangajeng-ajeng kita. Ing Purwaning Dumadi 29:15-28 kacariyosaken, bilih karana tresnanipun, Yakub nyambut damel siyang dalu 7 tahun laminipun kangge ngalap Rachel, ananging ingkang dipun paringaken dening Laban, Lea mbayunipun.  Saengga Yakub kedah nyambut damel 7 tahun malih kangge ngangsalaken Rachel.

Iba kathahipun temanten ingkang kepengin sanget nggadhahi brayat ingkang tentrem rahayu sarta mukti wibawa, ananging kathah sanget rubeda, alangan miwah masalah ingkang kedah dipun adhepi. Pinten kathahipun baitaning brayat ingkang kandhas ing lelayaranipun? Malahan kathah ugi ingkang ambyar sawalang-walang. Saged karana awrating tantangan lan masalah, nanging saged ugi karana  kasekenganipun. Tiyang jaler utawi tiyang estri sami-sami ngengkengi pikajengipun piyambak-piyambak. Sanes kersanipun Allah ingkang kawujudaken, nanging “karepku”. Kawontenan ingkang mekaten punika ugi saged kedadosan ing brayat Kristen. Kadospundi punika?

Bab punika saestu nedahaken kadospundi lebeting dosa ingkang ngrasuk ing jagad saha ngrisak sarandhuning gesangipun manungsa. Ngantos telenging manah miwah pikiranipun manungsa ugi sampun kebak pambrontak dhumateng karsa miwah paprentahanipun Allah. Ananging saestu rahajeng, bilih ing Sang Kristus Kratoning Allah mboten namung ngrawuhi brayat kita kemawon, ananging Gusti Allah ugi mboten negakaken kita makarya piyambakan ing proses maujudaken Kratoning Swarga punika.

Kanthi pakaryaning Sang Roh Suci Gusti Allah mbiyantu ing kasekengan kita (Rum. 8:26). Sang Roh Suci ing saklebeting ngolah (mroses)  gesang kita punika mbiyantu wiwit saking pangangen-angen miwah pangajeng-ajeng taksih wonten ing pikiran saha kita aturaken ing pandonga-pandonga kita.  Sang Roh Suci punika mbiyantu pandonga kita kanthi pasambat ingkang mboten saged winirasa, awit saking kathahing kekirangan lan cacating pandonga kita. Kita mboten saged ndedonga kanthi leres. Gusti Allah mangertosi kersanipun Sang Roh Suci punika, mila Panjenenganipun ngabulaken pandonga punika. Wosipun, kadhang kadosdene ingkang kita suwun lan aturaken ing pandonga kita, nanging asring mboten sami persis kaliyan ingkang kita aturaken ing panyuwun kita.  Sanajan mekaten ingkang paling wigatos sadaya katindakaken kangge kasaenaning gesang kita. Mila saestunipun Gusti Allah makarya ing punapa kemawon ingkang dipun alami dening para kagunganipun ingkang nresnani Panjenenganipun kangge kasaenanin gesangipun (Rum. 8:28). Mila Paulus paseksi bilih menawi Gusti Allah wonten ing pihak kita, malahan mboten ngeman masrahaken Kang Putra piyambak kangge kawilujengan kita, lajeng sinten ingkang saged nglawan kita, malahan pepejah pisan! Mila kita nglangkungi tiyang-tiyang ingkang mimpang. (Rum. 8:35-37).

Panutup

Sadherek kinasih, brayat minangka komunitas patunggilan ingkang paling alit, ingkang dados oyoting pasamuan, bebrayan lan bangsa.  Tamtu, Gusti Allah ngersakaken saben brayat ingkang sampun masrahaken gesangipun dhumateng karsa miwah paprentahanipun Gusti kinersakaken  terus tuwuh ngrembaka, lestantun sarta nikmati kamukten sejatos peparingipun Gusti.  Malahan ugi kalebetaken ndherek ing pakaryanipun Gusti kangge maujudaken tentrem rahayunipun ing tengahing pasamuan, bebarayan lan bangsa. Sakpunika wangsul dhumateng kita, punapa kita tansah terus cumadhang nindakaken karsa miwah paprentahanipun Allah punika? Sarta cumadhang kaolah (kaproses) terus tuwuh ngrembaka wonten ing kratonipun? “Kraton Paduka mugi rawuha, karsa Paduka mugi kelampahan wonten ing bumi kadosdene wonten ing Swarga”. Amin. (BRU).

Pamuji  :  KPJ. 340 : 1 – 4   Ing Paprentahaning Allah

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak