Menjawab Keraguan Kebangkitan Yesus Khotbah Minggu 19 April 2020

6 April 2020

Minggu Paskah II
Stola Putih

Bacaan 1         :  Kisah Para Rasul 2 : 14a, 22 – 32
Bacaan 2         : 
1 Petrus 1 : 3 – 9
Bacaan 3         : 
Yohanes 20 : 19 – 31

Tema Liturgis :  Mengabarkan Kebangkitan Kristus Sebagai Penggenapan Perjanjian Baru.
Tema Khotbah: 
Menjawab Keraguan Kebangkitan Yesus.

PENJELASAN TEKS BACAAN :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 2 : 14a, 22 – 32

Ini adalah sebuah  kisah ketidakmengertian banyak orang tentang  peristiwa yang  terjadi di kota Yerusalem. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada ”para murid” Yesus  setelah Roh Kudus menguasai mereka.  “Apakah artinya ini? Mereka sedang mabuk oleh anggur manis” (Kis. 2:13-14)  demikian mereka bertanya dan menuduh. Petrus mewakili para rasul bereaksi   positif. Ia  merasa perlu untuk memberi jawab atas tuduhan mereka tentang segala sesuatu yang terjadi sehingga pada akhirnya mereka bisa memahami dan mengerti semua peristiwa yang terjadi dan bertanya : apa yang harus kami perbuat? (Kis. 2:37).

Dalam penjelasannya Petrus memberi penegasan bahwa tuduhan banyak orang di Yerusalem kepada “para murid” adalah tuduhan yang “ngawur”. Petrus menyangkal tuduhan mereka (Ay. 15). Bagi Petrus apa yang dialami oleh orang percaya yang di Yerusalem merupakan penggenapan dari janji Allah atas hidup Israel. Dan hal itu teranyam dalam sejarah kehidupan umat Perjanjian Lama. Oleh karenanya ia mengutip dan menekankan kembali akan janji Allah yang ada dalam kitab Perjanjian Lama  tentang  hari Tuhan yang tergenapi pada peristiwa Yesus.

Bacaan hari ini  (Kis. 2:22-32) merupakan penjelasan lanjutan Rasul Petrus terhadap ketidakmengertian dan tuduhan orang banyak. Dia menjelaskan tentang identitas Yesus. Bahwa Yesus bukanlah manusia biasa, Dia adalah mesias.  Dia jauh lebih besar dari Daud; salah satu tokoh besar Perjanjian Lama. Bahkan Daud pun dikatakan menubuatkan kebangkitan Yesus. Memang  peristiwa  sengsara, kematian dan kebangkitanNya telah jadi sumber perbantahan dan kontroversi hingga kini. Banyak yang meragukan bahkan tidak percaya peristiwa  kebangkitan Yesus. Untuk menjawab itu semua; bagi para rasul, tidak ada jalan lain kecuali menampilkan diri sebagai sosok-sosok yang sungguh  diubahkan oleh peristiwa kebangkitan itu. Petrus dan para rasul lainnya yang berdiri dan memberi penjelasan atas ketidaktahuan mereka menjadi bukti jelas bahwa mereka diubahkan. Ini bukti yang tak terbantahkan. Mereka menjadi saksi nyata atas kebangkitan Yesus  dengan giat mengabarkan Injil dan berani menanggung resiko atas apa yang dilakukannya; termasuk menderita  demi Injil yang diwartakannya.

1 Petrus 1 : 3 – 9

Rasul Petrus melalui suratnya mengingatkan sekaligus meneguhkan umat yang dilayaninya supaya tetap ada dan hidup dalam pengharapan (Ay. 3)  Baginya hidup sebagai orang percaya harus dipahami sebagai anugerah Tuhan yang  besar. Karena orang percaya telah menerima dan mendapatkan identitas baru sebagai orang yang dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus. Oleh karena itu tidak alasan untuk meratap dan bersedih  dalam hidup, meskipun didera rupa-rupa persoalan dan pergumulan (Ay. 4).

Yohanes 20 : 19 – 31

Ada dua cerita penampakan Yesus setelah kebangkitanNya dalam bacaan ini. Pertama :  pada para muridNya yang sedang bersembunyi karena takut orang Yahudi (Ay. 19-23). Mereka masih dikuasai oleh ketakutan yang besar sehingga pintu-pintu ruangan pun dikuncinya. Ditengah ketakutan yang mencekam itu Yesus hadir dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” Sebuah sapaan yang dibutuhkan untuk mereka yang ada dalam ketakutan. Warta damai sejahtera ada bersama dengan kehadiran diriNya di antara para murid. Di sini Yesus yang bangkit  menghadirkan diri sebagai sosok yang tidak meremehkan ketakutan para murid atau mencela Petrus yang telah menyangkalNya. Tidak pula kehadiranNya membuat para murid merasa bersalah atas ketakutan mereka meskipun mereka tentu telah mendengar  peristiwa kebangkitanNya dari Maria yang telah dijumpaiNya.

Secara simbolik, Yesus yang hadir dalam ruang yang tertutup di tengah para murid yang ada dalam takut, juga menyampaikan pesan bahwa Yesus yang bangkit pasti menjumpai mereka yang dicintainya dalam berbagai macam situasi dan keadaan, siap atau tidak, pasti Dia datang. Dan mereka yang dijumpainya diberi tanggung jawab menjadi saksi Yesus Kristus yang bangkit melalui keteladanan hidup bersama sebagai komunitas yang menghadirkan kasih dan pengampunan.

Penampakan Yesus yang kedua adalah penampakannya  pada Thomas. Dia adalah pribadi yang tidak dijumpaiNya ketika Dia menampakkan diri pada para muridNya. Thomas nampaknya ingin menyendiri. Dia tidak mau bergabung  dengan murid yang lain. Tentu dia punya alasan mengapa dia tidak ada bersama para murid pada waktu  itu. Itulah sebabnya ketika para murid yang lain memberitahu bahwa mereka dijumpai Yesus, Thomas  tidak percaya. Ketidakpercayaannya ditegaskan dengan mengatakan,”Sebelum aku melihat  bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan  jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Ay. 25)  Kepada dia yang tidak mau paham dan tidak mau mengerti  akan peristiwa kebangkitan-Nya inilah Yesus menjumpainya. Sekali lagi di sini tampak, Dia tidak menampilkan Diri sebagai sosok yang marah atau kecewa pada Thomas karena ketidakpercayaannya. Yesus menerima tantangan Thomas tanpa mencela dan menyalahkannya. Dan atas kehadiran-Nya, keraguan Thomas sirna dan ia menjadi percaya meski tidak mencucukkan jari pada tangan dan lambung Yesus. Ia berubah percaya karena Yesus yang hadir menjumpainya.

Benang Merah Tiga Bacaaan  :

Bahwa kebangkitan Yesus telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan sampai hari ini. Orang percaya dituntut memberi jawab atas keraguan dan ketidakpercayaaan akan peristiwa kebangkitan Yesus dengan menampilkan diri sebagai orang sungguh bangkit dari keterpurukan, ketakutan dan kebimbangan menuju hidup dalam pengharapan (personal) dan membangun komunitas kasih dan pengampunan (komunal).

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Kebangkitan Yesus dari kematian menjadi tema sentral minggu-minggu Paskah yang sedang dan akan kita jalani.  Pagi ini kita sudah memasuki pekan  Paskah yang ke- 2. Bagi orang Kristen tema kebangkitan Yesus menjadi  sangat penting, karena dari sinilah sebenarnya kekristenan dibangun. Landasan utama  kehidupan iman Kristen adalah peristiwa kebangkitan Yesus. Bahkan Rasul Paulus memandang, kalau tidak ada kebangkitan Yesus maka kekristenan akan menjadi tak berarti apa-apa. (Bdk 1 Korintus 15:14).

Namun harus diakui bahwa pada titik krusial inilah sering timbul persoalan. Banyak orang berusaha untuk menggoyang dan meruntuhkan pondasi iman Kristen dengan pernyataan dan pertanyaannya. Sebagian menyatakan: Yesus tidak pernah mati, yang mati disalib itu orang lain, jadi dengan demikian Yesus tidak pernah bangkit dari kematian. Sebagian lainnya menegaskan pernyataan itu dengan bertanya: Apa benar Yesus disalib? Apa benar Yesus bangkit? Apa bukti dari kebangkitanNya? Pernyataan dan pertanyaan ini muncul karena dalam kenyataannya ada banyak orang yang ragu bahkan  tidak percaya,  bahwa Yesus memang mati dan bangkit.

Pernah seorang Kristen bertanya kepada seorang Yahudi tentang siapa Yesus dalam pandangannya sebagai orang Yahudi? Si Yahudi menjawab dengan singkat, “Yesus itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Bagi kami orang Yahudi, Yesus tidak lebih dari seorang yang hidup dengan pemikiran dan perilaku yang berbeda dengan orang kebanyakan pada jamannya. Idealismenya berbeda dengan idealisme yang teranyam dalam tradisi dan adat istiadat Yahudi.  Ajarannya memang  agak berbeda dengan apa yang diajarkan Taurat. Yesus adalah seorang yang terlalu berani melawan arus dengan idealismenya, tapi pada akhirnya gagal merubah dunia yang dihidupinya  karena tergilas sistem yang sudah tumbuh, hidup dan berakar  ribuan tahun dalam masyarakat Yahudi”. Bagi orang Yahudi tentu Yesus yang seperti digambarkannya itu bukan Mesias apalagi Tuhan. Kalau kemudian kepada mereka diajukan pertanyaan tentang kebangkitan Yesus, pasti mereka akan menyangkal dan tidak mempercayainya.

Isi

Sejajar dengan cerita tersebut di atas adalah apa yang ada dalam catatan Injil Matius 28:11-15. Dituliskan dengan gamblang bahwa para penjaga makam dari pasukan Romawi yang menjadi saksi peristiwa kebangkitan telah dibayar oleh para pemimpin Yahudi untuk menceritakan sebuah kebohongan. Mereka diberi sejumlah uang untuk berkata, ”Mayat Yesus dicuri. Yesus tidak bangkit”. Cerita inilah yang kemudian dihembuskan terus di kalangan orang Yahudi sehingga membentuk kepercayaan tentang  ketidakpercayaan akan kebangkitan Yesus.

Tentu masih banyak orang lain yang ragu dan tidak percaya akan kebangkitan Yesus; bukan hanya orang Yahudi. Ketidak percayaan itu di media sosial bahkan diungkapkan dengan sangat vulgar. Inilah tantangan orang Kristen sejak 2000 tahun yang lalu.  Inilah dunia hidup orang Kristen. Semua ketidakpercayaan dan keraguan itu harus dianggap sebagai tantangan yang tak terhindarkan. Oleh karena itu orang Kristen harus memberi jawab atas ketidakpercayaan itu. Seperti Tuhan Yesus yang dengan kehadiran diriNya memberi jawab atas ketidakmengertian dan keraguan bahkan ketakutan para murid akan  kebangkitan-Nya. Pertanyaannya sekarang, “Mampukah kita memberi jawab atas ketidakpercayaan dan keraguan banyak orang akan kebangkitan Yesus? Dengan cara bagaimana kita bisa melakukkanya?”.

Belajar dari bacaan hari ini, paling tidak ada dua hal yang yang bisa dilakukan oleh orang percaya. Pertama: Hidup orang percaya harus menjadi bukti nyata atas kebangkitan Yesus. Pengalaman hidup para rasul dalam kepemimpinan rasul Petrus menandaskan hal ini. Mereka tadinya adalah orang-orang  yang takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukanya. (Seperti juga Thomas yang ragu?) Keberaniannya memberi jawab dan pengertian tentang  kebangkitan Yesus pada  banyak orang yang tidak mengerti adalah bentuk perubahan hidup. Mereka tidak lagi tenggelam dalam ketakutan pada orang Yahudi. Mereka tidak pula terjerat pada penyesalan akan apa yang mereka lakukan dihadapan Tuhan. Mereka tidak meratapi nasib dan kemudian pasrah pada keadaan. Mereka telah menjadi orang yang berani bersaksi tentang Yesus. Yesus bangkit dalam diri mereka. Yesus telah mengubahkan mereka melalui Kuasa kebangikitanNya. Kuasa Yesus yang bangkit telah memerdekakan mereka sehingga tidak dikuasai oleh ketakutan,  kecemasan dan ketidaktahuan. Oleh karena itu orang Kristen didorong untuk membuktikan diri sebagai orang yang bangkit: bangkit dari kegagalan,  bangkit dari keterpurukan, bangkit dari kemalasan, bangkit dari keputusasaan, bangkit dari kekalahan. Bahkan bangkit dari kematian: nurani, keyakinan dan pengharapan.

Kedua: membuktikan kebangkitan Yesus dengan terus membangun persekutuan atas dasar kasih dan pengampunan. Artinya adalah bahwa persekutuan yang dihidupi orang percaya itu dihidupi oleh kasih dan pengampunan. Simaklah kembali yang terjadi: dalam perjumpaan singkat; Yesus dengan orang-orang yang ketakutan itu, mereka telah diubahNya menjadi komunitas kasih. Mereka dihimpun dan dipanggil untuk menjadi seperti Yesus, yang dengan suka cita melakukan tugas panggilan Bapa Pencipta. Komunitas yang menyatakan wajah Allah yang berbelas kasih dan mengampuni.

Adalah bijak untuk memahami tugas ini dalam hidup persekutuan kita. Bahwa tidak bisa tidak atau mau tidak mau tugas yang melekat dalam komunitas orang percaya adalah membangun komunitas kasih. Dan itu berarti bahwa semua anggota terhubung satu dengan yang lain. Satu dengan yang lain saling memperhatikan dan fokus pada hidup dalam kasih.  Dan siapapun yang merasa perlu untuk tidak menjadi bagian dari komunitas kasih seperti yang dialami oleh Thomas harus ada kesediaan bagi komunitas untuk menolongnya, seperti yang telah Yesus lakukan .

Komunitas kasih dan pengampunan tampaknya menjadi sangat penting untuk dijadikan sebagai prioritas pembangunan jemaat. Lihatlah dunia hidup kita, bukankah penuh dengan kebencian dan dendam? Orang percaya yang menghadirkan diri sebagai komunitas kasih dan pengampunan memang harus bersaing dengan dunia yang penuh kebencian dan dendam itu. Tapi justru inilah kesempatan untuk membuktikan kebangkitan Yesus secara nyata dalam hidup kita.

Penutup

Mari selalu ingat: Bahwa Yesus tidak hanya bangkit dari kematian. Ia juga bangkit dari keterpurukan, hinaan, fitnah dan kemudian menjumpai orang-arang yang terpuruk dan takut supaya bangkit seperti diriNya. Kebangkitan-Nya biarkanlah mengiringi bangkitnya komunitas kasih dan pengampunan. Biarlah itu semua menjadi jawab atas ketidaktahuan, keraguan  dan ketidakmengertian orang banyak akan kebangkitan Yesus. Amin.  (LH)

 

Pujian  :  KJ. 194   “Dikau Yang Bangkit Mahamulia”

RANCANGAN KHOTBAH  : Basa Jawi

Pambuka

Gusti Yesus ingkang sampun wungu saking pati dados warta utami nalika kita para pitados lumebet wontening Minggu-minggu Paskah.  Kasebat warta ingkang utami awit punika dados dasaring kapitodosan Kristen. Gesang  Kristen dipun bangun saking kapitadosan bilih Gusti Yesus punika sampun wungu saking pati. Malah Rasul Paulus negesaken, menawi Gusti Yesus mboten wungu mila kapitadosan Kristen menika badhe nglaha (1 Kor. 15:14).

Nanging kedah dipun akeni, bilih kapitadosan Gusti Yesus ingkang sampun wungu saking pati punika asring nuwuhaken pitakenan. Kathah  tiyang ingkang sami mboten pitados ngaturaken pitakenan, “Punapa ingkang dipun pitadosi tiyang Kristen? Punapa leres Yesus dipun salib? Punapa leres Yesus seda? Punapa leres Yesus wungu? Punapa bukti saking Yesus ingkang wungu punika?” Pitakenan-pitakenan kala wau kalairaken dening kathah tiyang ingkang mangu-mangu lan malah mboten pitados warta wungunipun Gusti Yesus.

Nate wonten salah setunggaling tiyang Kristen ingkang nglairaken pitakenaen dumateng tiyang Yahudi ingkang dipun panggihi: “Sinten Gusti Yesus miturut tiyang Yahudi?” Tiyang Yahudi punika lajeng paring wangsulan, ”Yesus miturut pamanggihipun tiyang Yahudi punika namung manungsa limrah kados tiyang sanes, senaosa piwucalipun lan pakaryanipun rade beda kaliyan punapa ingkang dipunpitadosi dening tiyang Yahudi. Miturut tiyang Yahudi Yesus punika sanes Mesias punapa malih Gusti”. Dados karana pamanggihing tiyang Yahudi ngenani Gusti Yesus mekaten kalawau, temtu kita sumurub bilih tiyang-tiyang Yahudi mboten pitados kapitadosan Kristen ingkang ngakeni bilih Gusti Yesus punika sampun wungu saking pati.

Isi

Kados cariyos ingkang kaserat ing Injil Matius 28:11-15. Ing ngriki kacariyosaken bilih para prajurit ingkang njagi pasareanipun Gusti Yesus, temtu sumurup punapa ingkang kelampahan nalika Gusti Yesus wungu. Para prajurit kalawau dipunparingi arto kathah dening para pangareping imam supados mboten nyariosaken kedadosan punapa ingkang dipunsumurupi. Kosok wangsulipun, malah dipun weling supados nyariosaken punapa ingkang mboten leres inggih punika martosaken bab para sekabatipun Gusti Yesus ingkang mendhet layonipun Gusti Yesus ing wanci dalu. Cariyos punika nuwuhaken kapitadosan bab mboten pitadosipun tiyang-tiyang Yahudi  ngenani Gusti Yesus ingkang sampun wungu saking pati ngantos sakmangke.

Temtu taksih kathah malih tiyang-tiyang ingkang mboten pitados Gusti Yesus ingkang wungu. Mboten namung tiyang-tiyang Yahudi. Punika dados kasunyatan ingkang kedah dipun tampi lan dipun adepi dening sedaya tiyang Kristen. Malah saged ugi sinebat tantangan utami kangge tiyang Kristen. Tantangan supados para pitados paring wangsulan tumrap jagad ingkang mboten pitados dumateng Gusti Yesus ingkang sampun wungu.

Rawuhing Gusti Yesus ing satengahing para sakabat dados wangsulan ingkang nyata kangge para sakabat ingkang taksih mangu-mangu malah mboten pitados wungunipun Gusti Yesus. Mila pitakenan kangge kita sakmangke, “Kados pundi kita kedah mbukteaken lan paring wangsulan kangge jagad ingkang mboten pitados wunguning Gusti Yesus? Kanthi cara punapa kita nedahaken dumateng jagad bilih Gusti Yesus nyata sampun wungu?

Sinau saking waosan kita dinten punika, paling mboten wonten kalih perkawis ingkang saged dipun lampahi dening para pitados. Sepisan: Gesanging tiyang Kristen kedah dados bukti nyata wunguning Gusti Yesus. Pengalaman gesang para Rasul negesaken perkawis punika. Suwaunipun para Rasul punika dados pribadi ingkang ajrih dumateng tiyang Yahudi, malah mbok bilih ajrih ngadepi kawontenan gesang. Sedaya kados mboten sumurup punapa ingkang kedah dipun lampahi saklajengipun. Nanging saking waosan  kita minggu punika, kita sumurup  bilih saklajengipun wonten gesanging para Rasul tuwuh raos wantun lan tatag ngadepi sedaya kawontenan gesang punika. Malah para Rasul lumantar Rasul Petrus kanthi teges paring katrangan bab  Gusti Yesus ingkang sampun wungu dateng para tiyang Yahudi kalawau. Pungkasanipun kathah tiyang sami pitados bab wungunipun Gusti Yesus.

Kaping kalih: Wunguning Gusti Yesus dadosaken para Rasul lan panderekipun gesang kanthi adedasar katresnan lan pangapunten. Artosipiun, para pitados kedah nindakaken gesang ing pasamuwan kanthi katresnan lan kebak pangapunten. Mangga kita gatosaken malih waosan kita:  para sakabat ingkang saweg ajrih dhateng tiyang Yahudi dipun panggihi Gusti Yesus lan kaatag mujudakan patunggilan ingkang kebak ing katresnan. Para sakabat dipun timbali lan dipun atag kangge mujudaken gesang kados gesanging Gusti Yesus inggih punika gesang ingkang manut karsanipun Sang Rama.

Mila para pitados kedah sumurup bilih timbalan kados ingkang kasebataken ing ngajeng remen utawi mboten, kedah dipun lampahi. Mujudaken  patunggilan ingkang kebak katresnan lan pangapunten kedah dados prioritas utami kangge mbangun pasamuwan. Kenging punapa kedah mekaten? Awit kita sumurup bilih, jagad ing pundi kita gesang punika kebak crah lan memengsahan. Mila timbalaning Gusti Yesus dhateng para pitados sageda kawujudaken, minangka bukti nyata wunguning Gusti Yesus ing gesangipun para pitados.

Panutup

Mangga sami kita enget : Bilih Gusti Yesus mboten namung wungu saking pati. Gusti Yesus ugi wungu saking  sedaya kawontenan ingkang awon, sarta manggihi para tiyang ingkang rumaos ajrih lan ngadepi kawontenan ingkang awon supados tangi kados ingkang sampun kelampahan ing gesangipun Gusti Yesus. Wunguning Gusti Yesus dadosaken sumber lairipun  patunggilaning  katresnan lan pangapunten, supados sedaya ingkang kelampahan punika dados wangsulan tumrap pitakenaning para tiyang ingkang mboten pitados  wunguning Gusti Yesus. Amin (LH).

 

Pamuji  :  KPJ. 258   “ Gusti Yesus Wus Wungu”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak