Pilihlah Kehidupan yang Diberkati Kristus Khotbah Minggu 16 Februari 2020

2 February 2020

Minggu Biasa
Stola Hijau

 

Bacaan 1         : Ulangan 30 : 15 – 20
Bacaan 2         :
1 Korintus 3 : 1 – 9
Bacaan 3         :
Matius 5 : 21 – 37

Tema Liturgis : Kesetiaan Pada Kristus Menuntun Pada Hidup Kudus
Tema
Khotbah: Pilihlah Kehidupan yang Diberkati Kristus

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Ulangan 30 : 15 – 20

Sebagai bangsa pilihan, bangsa Israel patut bersyukur karena kesetiaan Allah yang besar kepada mereka. Allah tidak pernah berlama-lama membuat bangsa Israel ada dalam kesulitan besar. Di tengah penderitaan bahkan ketidaksetiaan, kasih Allah tetap bersama dengan bangsa tersebut. Bahkan Ia memberikan pemulihan bagi bangsa Israel setelah mereka menerima kondisi yang sulit. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka saja, namun juga memberkati dengan kelimpahan, juga mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya dan menaati firman-Nya. Kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.

Secara keseluruhan pembahasan yang diangkat dalam Kitab Ulangan diarahkan menuju kepada pilihan dramatis yang hari ini diberikan Musa kepada umat. Ayat-ayat ini berisikan mengenai pilihan tentang berkat dan kutuk, dimana umat diminta untuk memilih di antara keduanya. Siapa memilih kehidupan berarti memenuhi hukum dan perintah Allah. Mereka yang taat dan setia dijanjikan suatu kehidupan yang diberkati, demikian sebaliknya bagi umat yang tidak taat dan tidak setia akan mendapatkan kutukan dari Allah. Maka, masa depan Israel tergantung kepada pilihan tersebut. Kemurahan Allah tidaklah mengalir begitu saja, karena penyertaan Tuhan bersama dengan umat yang setia kepada-Nya. Ketika mencermati ayat 19, walaupun berisi sebuah pilihan bagi umat Israel namun Musa ingin mengarahkan umat supaya memilih kehidupan, “Pilihlah kehidupan supaya engkau hidup baik engkau maupun keturunanmu”. Jika mereka mengikut jalan Tuhan dan mengikuti aturan Tuhan maka mereka akan hidup dan lanjut umurnya di tanah yang mereka akan tempati (ayat 20). Sehingga jelas bahwa pilihan yang akan bangsa Israel pilih lengkap dengan konsekuensinya.

Dari penjelasan ini, kesetiaan yang ingin Allah tunjukkan kepada bangsa Israel benar-benar nyata. Allah menghendaki bangsa Israel untuk bertobat dan semakin setia kepada-Nya. Allah meminta mereka untuk mengasihi Dia dan melakukan perintah-Nya sehingga menerima berkat kehidupan yang daripada-Nya.

1 Korintus 3 : 1 – 9

Suatu perbuatan besar dari jemaat di Korintus adalah usahanya untuk mengalami berkat Allah sementara tetap menolak untuk memisahkan dirinya dari cara-cara dunia yang jahat, salah satunya adalah perpecahan dalam persekutuan jemaat. Jemaat Korintus tahu benar bahwa kehidupannya harus sesuai dengan firman Tuhan, namun pada praktiknya mereka masih tidak bisa menjauhkan diri dari kesombongan rohani karena merasa lebih baik dari golongan yang lain. Hal ini menyebabkan jemaat di Korintus mengalami perpecahan yang membuat Paulus harus mengambil tindakan tegas untuk memulihkannya. Untuk itu, Paulus mengatakan dengan sebuah penjelasan bagaimana ciri-ciri hikmat Allah yang sesungguhnya lewat sebuah gambaran orang Korintus yang mengutamakan ukuran manusia duniawi atau rohani. Bahkan dengan bahasa yang tegas, Paulus menyebut umat yang hidup dalam ukuran duniawi sebagai ‘bayi’ dalam kepercayaan kepada Kristus sehingga menampakkan diri tidak memiliki Roh Allah. Kata ‘bayi’ disini tidak hanya menggambarkan tentang usia yang masih dini namun juga tentang cara memaknai iman yang belum dewasa, walaupun mengaku sudah mengenal Kristus. Meskipun mereka dalam Kristus, namun belum mampu menyerap sesuatu di atas makanan bayi. Kelakuan mereka menunjukkan bahwa mereka belum memaknai hikmat salib. Dan sikap yang demikian merupakan sebuah kebodohan di hadapan Allah.

Maka dalam terang hikmat, Paulus ingin mengembalikan situasi perpecahan tersebut dengan pemahaman bahwa baik golongan Paulus maupun golongan Apolos adalah hamba dari satu Tuhan, menempati perintah yang ditujukan untuk mengembangkan jemaat (ayat 5). Paulus ingin menekankan tentang kerjasama yang merupakan ciri, tugas dan tujuan utama para pelayan Tuhan. Orang-orang Korintus melawan rencana Allah bila mereka memperlawankan pelayan yang satu dengan yang lain. Karena para pelayan bekerja untuk tujuan yang sama. Jika kesatuan merupakan pokok yang ingin disampaikan dalam perikop ini, maka peranan yang saling melengkapi dijabarkan dalam ayat 9 dimana dikatakan bahwa, “Karena kami adalah rekan sekerja Allah. Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah”.

Matius 5 : 21 – 37

Yesus memberikan penjelasan mengenai hukum Taurat dengan memberikan beberapa contoh dan membersihkannya dari tafsiran keliru yang diberikan para ahli Taurat dan orang Farisi. Ia menunjukkan keluasan, ketegasan dan sifat rohani di dalam hukum Taurat, sambil menambahkan peraturan yang bersifat menerangkan agar mereka lebih memahaminya.

“Jangan membunuh”. Di sini membunuh dilarang baik membunuh diri sendiri ataupun terlibat dengan perbuatan itu. Tafsiran mereka tidak mengekang nafsu batin, yang merupakan sumber timbulnya pertengkaran yang menjadi penyebab orang membunuh. Hukum ilahi hanya ditafsirkan melarang perbuatan dosa dan tidak melarang pikiran yang berdosa. Yesus mengatakan bahwa kemarahan tanpa pikir panjang sama saja dengan membunuh dalam hati (ayat 22). Kemarahan adalah gejolak hati yang alami, namun disebut dosa apabila marah tanpa sebab.

“Jangan berzinah”. Hukum ini menetapkan pengendalian atas keinginan yang penuh dosa, yang bisa merusak jika tidak dikendalikan. Di sini diajarkan berzinah dalam hati memang ada, yakni berbagai pikiran dan kecenderungan yang zinah yang tidak dilanjuti dalam perbuatan zinah. “Setiap orang yang memandang perempuan (bukan hanya istri orang lain, tetapi semua perempuan) serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (ayat 28). Bagaiamana kaitannya antara zinah dengan perceraian? Perceraian tidak diperbolehkan, kecuali terjadi perzinahan yang merusak perjanjian pernikahan itu. Tetapi orang yang menyingkirkan istrinya karena alasan lain, menjadikan istrinya berzinah. Demikian pula orang yang akan menikahinya setelah perempuan itu diceraikan.

Kata-kata sumpah juga adalah sesuatu yang harusnya tidak menjadi mudah untuk kita ucapkan. Karena bersumpah itu harus disertai dengan sebuah konsekuensi, yakni untuk keadilan atau kebaikan terhadap sesama atau demi menghormati pemerintah. Pada situasi ini, pada umumnya pejabat sipillah yang bertindak sebagai hakim. Boleh saja kita diambil sumpah, tetapi bukan untuk kepentingan duniawi bagi diri kita sendiri. Jadi, daripada mengatakan sumpah tetapi tidak sungguh-sungguh, kita harus cukup puas dengan berkata, “Ya” jika ya dan “Tidak” jika tidak (ayat 37).

Benang Merah Tiga Bacaan:

Potensi seseorang mampu melaksanakan hukum apabila orang tersebut setia dan taat terhadap hukum tersebut. Kesetiaan dan ketaatan tersebut akan membawa seseorang mendapatkan berkat, namun jika tidak setia akan mendapatkan kutuk. Maka penting bagi umat Kristus untuk memahami secara mendalam tentang firman Allah, menafsirkannya dengan benar dan menjalankan hidup dengan terang firman tersebut sehingga berkatlah yang di terima di dalam kehidupannya.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Saudara-saudara yang diaksihi oleh Tuhan Yesus,

Ketika sedang berada di tempat umum, pastinya kita pernah menemui ada kalimat-kalimat peringatan yang di tempel di tembok maupun pintu masuk untuk menunjukkan suatu larangan tertentu. Misalnya saja, ketika kita ada di ruangan ber AC, sering ditemui kalimat dilarang merokok yang disertai gambar puntung rokok yang dicoret agar ditempat yang ber AC itu, tidak ada orang yang merokok. Tetapi kenyataannya masih banyak orang yang tidak memperhatikan tulisan tersebut, bahkan tetap saja merekok tanpa mempedulikan orang lain di sekitarnya.

Contoh yang lain, ketika kita sedang melewati jembatan yang dialiri sungai deras dan bersih terpasang papan yang bertuliskan “dilarang membuang sampah di sungai”. Namun, masih saja ada orang yang tidak memperhatikan tulisan tersebut sehingga tetap membuang sampah di sungai.

Atau melewati daerah Alun-alun kota Malang dan berencana duduk santai bersama keluarga di tempat tersebut. Coba amati, di bagian pinggir alun-alun tersebut ada papan yang bertuliskan “Dilarang berjualan di tempat ini”. Pernahkan bapak, ibu melihat tulisan tersebut saat singgah atau lewat Alun-Alun tersebut? (coba tanyakan dan minta warga meresponnya). Nah, apa yang terjadi dengan perintah larangan tersebut? Ditaatikah? Nyatanya tidak. Masih banyak yang tidak menaatinya, bahkan secara terang-terangan melanggar larangan tersebut. Sebenarnya, apa yang terjadi sehingga masih banyak orang memaknai suatu peraturan atau larangan dengan mudah melanggarnya?

Isi

Saudara-saudara yang terkasih,

Hukum atau peraturan dibuat untuk mengatur sikap dan kehidupan manusia supaya lebih baik. Hukum disusun dengan pertimbangan yang serius dan bertujuan supaya manusia bisa lebih tertib dan baik dalam kehidupannya. Akan tetapi, karena manusia memiliki kehendak bebas untuk bersikap dan bertindak maka seringkali tidak mau ditata, tidak mau sadar hukum dan bahkan secara nyata berusaha melanggarnya. Sikap yang demikian, tidak hanya terjadi pada kehidupan sehari-hari saja namun juga berpengaruh pada kehidupan iman seseorang. Apabila seseorang mudah melanggar hukum yang dibuat manusia, bagaimanakah dengan hukum Tuhan? Apakah masih merasa benar dalam kehidupan iman yang tidak sesuai dengan perintah Allah ?

Hari ini kita akan belajar mengenai peraturan atau hukum yang dibuat oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Injil ini. Jangan membunuh, jangan berzinah, dan bersumpah adalah bagian yang mengisi bacaan kita hari ini. Selain hukum yang disampaikan tersebut, Tuhan Yesus menambahkan hukum perintah Allah. Hukum tambahan itu merupakan jiwa yang mendasari dan mencegah pelangaran terhadap hukum perintah Allah tersebut. Hukum tambahan Kristus juga diberikan dengan maksud supaya umat jangan mudah melanggar hukum Allah. Sebab konsekwensi atau hukuman terhadap pelanggaran itu sangat berat. Dalam bacaan 1 (Ulangan 30: 15-20) disebutkan konsekwensi pelanggaran itu, yakni kecelakaan atau kematian atau kutukan. Hukum tambahan Kristus diberikan dengan dasar kasih-Nya kepada umat. Tuhan Yesus menginginkan umat-Nya bisa terhindar dari hukuman berat, dari kematian akibat melanggar hukuman Allah.

Terhadap hukum “Jangan membunuh” Tuhan Yesus menambahkan  bahwa setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum. Sebab, kemarahan adalah penyebab awal terjadinya pembunuhan. Tidak ada pembunuhan yang terjadi tanpa adanya kemarahan pada diri pelakunya, baik yang membunuh orang lain, membunuh dirinya sendiri atau yang terlibat dalam peristiwa pembunuhan.

Begitu juga yang menghina saudaranya yang mengatakan saudaranya “kafir” atau “jahil” juga harus dihukum. Dua kata hinaan itu bisa memicu kemarahan dan kemudian jika memuncak akan menyebabkan orang melakukan pembunuhan. Jadi, perkataan atau perbuatan yang menyebabkan orang menjadi marah, apalagi kemudian menyebabkan orang melakukan  pembunuhan adalah termasuk kejahatan yang harus dihukum. Karena itu, sebaiknya kita senantiasa bisa menjaga setiap perkataan dan perbuatan kita supaya senantiasa membawa damai sejahtera bagi orang lain. Dan senantiasa meminta tuntunan Roh Kudus dalam kehidupan kita setiap harinya.

Karena itu dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa sebelum menghadap hadirat Tuhan dengan membawa persembahan kita harus berdamai lebih dahulu, jika kita sedang berselisih dengan orang lain. Kedamain itu harus segera dilakukan sebelum perselisihan itu berkembangan semakin sengit/ buruk yang bisa menyebabkan orang melakukan pembunuhan. Tuhan tidak menghendaki perselisihan di atara umat-Nya, apalagi jika itu terjadi di antara umat tebusan-Nya. Itulah sebabnya, Paulus (dalam bacaan 2 : 1 Kor 3:1-9) menegur jemaat di Korintus untuk tidak terpecah dengan menggolong-golongkan dirinya sendiri menjadi golongan Apolos atau Paulus, golongan Kefas atau golongan Kristus. Paulus mengajak umat di Korintus untuk bersatu, sebab setiap pelayan itu melakukan hukum Allah dan bersama-sama melakukan pelayanan sesuai dengan firman Tuhan Yesus Kristus.

Terhadap hukum “Jangan berzinah” Tuhan Yesus menambahkan “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”. Pandangan mata dengan orang lain disertai nafsu itulah yang menjadi awal penyebab terjadinya perzinahan. Tuhan menghendaki kesucian hidup umat-Nya, kesucian dan kesatuan hidup rumah tangga bentukan-Nya supaya jangan sampai terjadi perceraian. Oleh karena itu, Tuhan Yesus menghendaki para pengikut-Nya mengendalikan mata dan seluruh anggota tubuhnya supaya jangan sampai terjatuh pada perzinahan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terhadap perintah “Jangan bersumpah” Tuhan Yesus menambahkan perintah “Jika Ya, hendaklah kamu katakan Ya. Jika tidak hendaklah kamu katakan tidak”. Tuhan Yesus menghendaki kejujuran ada dalam diri setiap umat-Nya. Tuhan Yesus memberikan teladan perbuatan baik melebihi dari hukum yang tertulis dengan tindakan nyata dan bukan hanya sebuah hukum yang dihafalkan tetapi tanpa dikerjakan.

Penutup

Masih banyak kita temui bahwa kita mengetahui tindakan baik di sekitar kita namun kita seringkali enggan melakukannya. Ketika kita mendapati sebuah hukum atau perintah untuk melarang kita berbuat sesuatu yang merugikan maka sadar ataupun tidak kita masih seringkali melanggarnya. Dan tindakan itu selalu kita lakukan walaupun kita sudah tahu kalau itu adalah tindakan yang tidak benar. Demikian juga dalam menjalankan firman Allah di dalam kehidupan kita. Kita masih sering melanggarnya dan tidak setia dengan firman tersebut karena merasa berat menjalaninya. Padahal kita tahu konsekuensi yang akan kita terima apabila kita tidak setia pada firman-Nya, yakni kutuk atau kematian. Maka, lewat fiman hari ini mari kita berkomitmen untuk setia kepada firman Allah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Yaitu dengan tindakan kecil yang berdampak positif di lingkungan sekitar kita, juga setia dengan firman Allah yang menjadi jalan berkat dalam kehidupan kita. Supaya nyata bahwa kita memilih kehidupan, yakni setiap umat percaya mampu menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan firman Tuhan dan setia melakukannya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.  (FNS)

Pujian  : KJ.  446   “Setialah”

RANCANGAN KHOTBAH  : Basa Jawi

Pambuka

Para sadherek ingkang dipuntresnani Gusti Yesus,

Nalika wonten ing papan panggenan tiyang kathah, mestinipun kita nate manggihi wonten tembung-tembung pepenget ing tembok utawi kori nalika badhe mlebet ‘lingkungan umum’ kangge maringi pepenget bab satunggal prekawis. Umpaminipun, nalika kita wonten ing papan ingkang ngangge air condition  utawi AC ingkang tamtunipun mboten wonten tiyang ingkang ngrokok. Taksih asring kita panggihi tembung ‘dilarang merokok’ kaliyan wonten gambaripun supados sangsaya terang larang punika. Ananging kasunyatanipun taksih kathah tiyang ingkang mboten migatosaken prentah punika. Conto sanesipun nalika wonten ing tretek sakngisoripun wonten lepen ingkang toyanipun resik lan deres dipunpasang tulisan “dilarang membuang sampah di sungai”. Ananging, taksih wonten kemawon ingkang mboten migatosaken tembung punika satemah tetep kemawon mbucal sampah ing lepen punika. Utawi nalika nglangkungi Alun-alun kutha Malang lan kepingin lereh ing alun-alun kaliyan brayat. Cobi panjengengan pirsani, ing pinggir alun-alun punika wonten katrangan “Dilarang berjualan di tempat ini”. Menapa bapak, ibu, nate mirsani tulisan mekaten? (cobi para warganing pasamuwan dipun paringi pitakenan punika lan nenggo responipun) Nah, menapa ta ingkang kadadosan kaliyan prentah larangan kalawau? Punapa dipuntaati? Kasunyatanipun mboten. Taksih kathah tiyang ingkang dereng saged nglampahi prentah punika kathi leres. Pramila, sejatinipun, punapa ta ingkang dados pemanggihipun satemah prentah punika mboten dipuntaati?

Isi

Para sadherek ingkang kinasih,

Pepaken utawi prentah dipundamel kangge nata tumindak lan gesanging manungsa supados langkung sae. Pepaken dipundamel klayan bebuden ingkang utama lan teges supados manungsa saged lumampah kanthi tertib ing gesangipun. Ananging, amargi manungsa katitahaken sarana kehendak bebas pramila asring mboten remen dipuntata, mboten purun tertib hukum, langkung-langkung kasunyatanipun kepengen nglanggar. Tumindak ingkang kados mekaten, mboten namung kalampahan ing gesang padintenan kemawon ananging ugi saged kalampahan ing iman kapitadosan umatipun Gusti. Menawi tetiyang gampil nglanggar pepaken ingkang dipundamel manungsa kanthi kahanan rumaos leres, kados pundi kaliyan pepaken saking Gusti Yesus? Punapa taksih saged rumaos leres?

Dinten punika kita sinau bab pepaken saking Gusti Yesus wonten ing Injil punika. ‘Aja memateni, aja laku jina, lan aja sumpah’ punika perangan ingkang wonten ing waosan kita dinten punika. Ing sisih sanesipun, Gusti Yesus paring pepaken tambahan saking titah ingkang sampun kaparingaken Gusti Allah. Pepaken tambahan punika dados jiwa ingkang nalesi lan nyegah panerak dhateng angger-anggeripun Allah.

Pepaken tambahipun Sang Kristus punika kaparingaken supados umat sampun ngantos nerak angger-anggeripun Gusti Allah. Awit, paukuman tumrap panerak punika awrat sanget. Ing waosan kapisan (Pangandaring Toret 30:15-20) kasebataken bilih paukumanipun punika bilai utawi pati utawi wewelak. Pepaken tambahipun Sang Kristus kaparingaken adhedasar sih katresnanipun dhateng para umat. Gusti Yesus ngersakaken umatipun saged kalis saking paukuman awrat punika, saking pati ganjaraning panerak tumrap angger-anggeripun Allah.

Tumrap angger-angger ‘aja memateni’ Gusti Yesus dawuhi bilih saben tiyang ingkang nesu dateng sedherekipun kedah dipun ukum. Awit, nesu punika dados jalaran wiwitan dumadining tumindak mejahi. Boten wonten tumindak mejahi tanpa wonten raos nesu, dadosa mejahi tiyang sanes utawi mejahi diri pribadi (bunuh diri) utawi ingkang terlibat ing tumindak mejahi.

Mekaten tumindak ingkang moyoki sadherekipun, ingkang ujar “kapir” utawi “jahil” kedah dipunukum. Kalih tembung poyokan punika gampil njalari kanepson lajeng yen muntap saged njalari tiyang nindakaken tumindak mejahi. Dados, tumindak utawi pitembungan ingkang njalari tiyang sanes dados nesu, punapa malih ngantos njalari tiyang mejahi, punika kalebet piawon ingkang kedah diukum. Pramila, kita tansah kasagedaken njagi pitembungan lan tumindak ing saben dinten supados saged mujudaken tentrem rahayu kangge tiyang sanes. Lan tansah nyenyuwun pitulunganipun Sang Roh ingkang Suci wonten ing gesang kita saben dintenipun.

Karana saking punika, Gusti Yesus dhawuh bilih sakderengipun kita sowan ing ngarsanipun Allah ngaturaken pisungsung, kita kedah rerukunan langkung rumiyin menawi kita saweg cecongkrahan kaliyan tiyang sanes.  Rerukunan punika kedah enggal-enggal katindakaken sakderengipun cecongkrahan punika dados saya sengit ingkang njalari tiyang tumindak mejahi. Gusti boten ngersakaken cecongkrahan ing antawisipun para umat tebusanipun. Pramile saking punika, Rasul Paul (ing waosan 2: 1 Kor 3 : 19) melehaken warga pasamuwan Korinta kinen manunggil, boten pecah srana nggolong-golongaken dhiri dados golongan Apolos, golongan Paulus, golongan Kefas lan golongan Kristus. Rasul Paul ngajak para umat ing pasamuwan Korinta supados manunggil, sabab saben pelados punika nglampahi peladosan saking pepaken Allah lan sareng-sareng nglampahi peladosan laras kaliyan sabdanipun Gusti Yesus Kristus.

Tumrap angger ‘aja laku jina’ Gusti Yesus dawuhi : “Sing sapa mandang wong wadon kanthi rasa sir, wong mau wis laku jina karo wong wadon mau ing sajroning atine”. Panyawanging mripat dhateng tiyang sanes kanthi raos kepencut punika dados wiwitaning jalaran laku jina. Gusti ngersakaken kasucening gesangipun para umat, kasucen lan wetahing gesang bebrayatan pakaryanipun Gusti, supados sampun ngantos pegatan. Ingkang punika Gusti Yesus ngersakaken para pandherekipun ngendaleni kanthi rosa tumrap mripat lan sadaya gegelitaning badan. Sadaya kedah dipun kendhaleni supados sampun wonten ingkang nasaraken utawi njalari tumindhaking dosa nerak angger-anggeripun Allah.

Tumrap pepaken ‘aja sumpah’ Gusti Yesus nandesaken, “Yen iya, kandhaa : ya, yen ora, kandhaa : ora!” Gusti Yesus ngersakaken kejujuran ingkang sejati wonten ing diri pribadi para kagunganipun. Gusti Yesus nerangaken tuladha sae nglangkungi pepaken ingkang kaserat ing saben tumindak nyata lan boten namung ing prentah ingkang dipun serat kemawon nanging boten saged kalampahan.

Panutup

Ing kasunyatanipun, taksih kathah saking kita mangertosi bilih tumindak sae ing gesang dereng saged kita wujudaken. Nalika kita manggihi pepaken utawi prentah supados nyegah tumindak ingkang boten sae, asring kita taksih nerak pepaken punika. Tumindak ala punika asring kita lampahi sanadyan ta kita sampun mengertosi bilih tumindak punika klentu. Makaten ugi anggen kita nglampahi pepaken saking Gusti Allah ing pigesangan kita. Kita taksih asring nerak pepaken punika lan boten setya tuhu kaliyan pepaken kalawau amargi rumaos awrat nindakaken. Sanadyan kita mangertosi akibatipun ingkang badhe kita tampeni yen kita boten setya ing sabdanipun Gusti, inggih punika nampeni wewelak. Pramila, saking sabdanipun Gusti ing dinten punika sumangga kita paring prasetya supados setya tuhu nindakekn pepakenipun Gusti Allah ing gesang padintenan. Inggih punika mujudaken tumindak  sederhana ingkang nggadahi dampak positif ing pigesangan kita,  ugi kita purun setya ing sabdanipun Gusti ingkang dados margi berkah wonten ing pigesangan kita. Supados nyata bilih kita saged milih gesang, inggih punika saben tiyang pitados kasagedaken nindakaken gesang padintenan laras kaliyan sabdanipun Gusti lan setya anggenipun mujudaken bab punika. Gusti Yesus amberkahi kita. Amin. (FNS)

Pamuji : KPJ. 342  ”Karsaa Mirsani”

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak