Berpengharapan pada Kedatangan Hari Tuhan Khotbah Minggu 10 Desember 2023

27 November 2023

Minggu Adven 2
Stola Ungu

Bacaan 1: Yesaya 40 : 1 – 11
Bacaan 2: 2 Petrus 3 : 8 – 15
Bacaan 3: Markus 1 : 1 – 8

Tema Liturgis: GKJW Bersiap Menyambut Kedatangan Kristus
Tema Khotbah: Berpengharapan pada Kedatangan Hari Tuhan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 40 : 1 – 11
Yesaya menubuatkan bahwa bangsa Israel akan kembali mengalami pembuangan dan diperbudak karena dosa mereka. Nabi Yesaya melayani di kaum Yehuda di kerajaan Selatan. Bangsa Israel sudah terpecah menjadi dua kerajaan yaitu kerajaan Utara (Israel) dan kerajaan Selatan (Yehuda) karena Tuhan menghukum Raja Salomo yang hatinya menyimpang dari Tuhan dengan menyembah berhala. Nabi Yesaya mulai dipanggil Tuhan ketika matinya raja Uzia. Tuhan memanggil Yesaya untuk menyampaikan berita penghukuman bagi orang Israel dan Yehuda. Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan akan menghukum umat-Nya yang menyimpang dan berzinah kepada ilah lain, yang beribadah kepada Tuhan, tetapi hatinya jauh daripada-Nya.

Karena itu nabi Yesaya mulai memberitakan bahwa Tuhan akan menghukum orang Yehuda. Yesaya mengatakan bahwa negerinya akan menjadi sunyi sepi, kota-kota akan habis terbakar, orang-orang asing akan memakan hasil tanah, dan suasana negeri itu akan menjadi sunyi seolah-olah ditunggangbalikkan oleh orang asing. Suasana negeri ini akan sama seperti Sodom dan Gomora bila Tuhan tidak meninggalkan sedikit orang yang terlepas. Yesaya menubuatkan bangsa Asyur akan menyerang orang Yehuda dan kemudian bangsa Babel akan mengangkut mereka ke Babel. Karena dosa, maka orang Yehuda mengalami pembuangan. Karena dosa, mereka mengalami penjajahan kembali. Mereka mengalami perbudakan kembali. Bahkan di saat Babel, orang Yehuda dipaksa untuk menyembah dewa-dewi Babel. Orang Yehuda tidak bisa beribadah kepada Allah Israel yang hidup. Tuhan seakan-akan jauh dari mereka. Karena dosa, Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, menghukum mereka kembali, sehingga mereka kembali diperbudak dan menjadi hamba bangsa Babel.

Keadaan diperbudak oleh bangsa lain secara fisik dapat menggambarkan juga keadaan bagaimana dosa berkuasa memperbudak manusia secara rohani. Alkitab mengajarkan bahwa manusia di dalam dosa adalah hamba dosa. Dosa seperti seorang tuan yang memaksa hambanya untuk patuh. Dalam dosa, kita terikat, terbelenggu, tersiksa, tidak ada harapan, kosong, dan sia-sia. Dosa itu mengakibatkan kita menjadi letih dan lesu. Di dalam dosa, kita tidak bebas melainkan terikat oleh kuasanya yang akan membawa manusia terus kepada maut.

Tuhan Allah adalah Tuhan yang setia. Dia setia akan janji kepada umat-Nya. Tuhan sudah berjanji kepada Abraham bahwa dari keturunannya seluruh bangsa akan diberkati. Tuhan sudah berjanji kepada Daud bahwa Ia akan mengokohkan kerajaan keturunannya untuk selama-lamanya. Tuhan adalah Tuhan yang berpegang pada janji-Nya. Janji-Nya adalah murni dan benar. Sehingga melalui nabi Yesaya, Tuhan memberikan berita pengharapan bagi bangsa Israel yang berada di pembuangan. Berita pengharapan ini dimulai dengan kalimat: ”Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu. Tenanglah hati Yerusalem dan serukan bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni!”(Ay. 1). Tuhan menjanjikan keselamatan umat-Nya yang ada di dalam pembuangan. Tuhan mendeklarasikan bahwa penghambaan umat-Nya akan berakhir. Tuhan menjanjikan adanya pemulihan. Tuhan menjanjikan adanya restorasi bagi bangsa yang dibuang.

2 Petrus 3 : 8 – 15
Kitab 2 Petrus merupakan surat yang ditulis oleh Rasul Petrus, salah satu murid Yesus (1:1).  Surat ini ditujukan kepada orang percaya yang ada di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama. Tujuan Petrus menyampaikan surat ini agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus. Selain itu Petrus juga ingin menolak dan menentang tindakan para nabi palsu di kalangan gereja Asia Kecil yang mencoba meruntuhkan kebenaran Injil. Petrus menasihatkan agar orang percaya senantiasa waspada, supaya mereka tidak terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengenal hukum. Selain itu, Petrus ingin agar mereka bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat, Yesus Kristus. Khusus dalam pasal 3 ini, Petrus menentang keraguan para nabi palsu akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan memastikan bahwa Yesus akan datang untuk kedua kalinya, untuk mengadakan penghakiman kepada segenap umat manusia. Petrus memaparkan gambaran suasana di mana hari Tuhan itu akan terjadi. Petrus tidak hanya memberi penjelasan kepada mereka, namun sekaligus mempersiapkan segenap orang percaya untuk mengambil sikap yang benar di hadapan Tuhan. Mereka harus mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh dan tidak mudah digoyahkan ajaran-ajaran sesat, sehingga ketika tiba hari Tuhan, maka mereka beroleh hidup dan melihat langit baru dan bumi baru yang penuh sukacita.

Akan tetapi kedatangan hari Tuhan itu akan benar-benar menyentak semua orang. Petrus mengumpamakannya seperti kedatangan pencuri. Tentu pencuri biasanya datang ketika semua orang terlelap menikmati tidurnya, demikian Allah akan datang dengan tiba-tiba saat manusia menikmati hidupnya. Yang menikmati hidup dalam Tuhan akan bersukacita, sementara orang yang masih asyik menikmati hidup dalam kesibukan dan dosa-dosanya akan tersentak, karena tidak ada lagi waktu kedua kalinya untuk berbalik dan bertobat. Yang ada adalah hukuman kekal yang akan menyiksanya. Hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, bumi dan segala yang ada di atasnya akan lenyap. Untuk itu Petrus mengajarkan agar mereka tetap mempertahankan kesucian dan kesalehan hidup mereka selama masa penantian Tuhan datang. Hidup orang percaya harus dipusatkan pada Allah dan pengharapan akan menerima hidup baru di dalam-Nya.

Markus 1 : 1 – 8
Yohanes Pembaptis, tokoh yang sudah sejak lama dinubuatkan menjadi utusan yang mempersiapkan jalan bagi datangnya Tuhan. Yohanes tampil dengan pakaian yang ‘nyentrik’ dan makanan yang ‘khusus’, memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan (Ay. 6). Yohanes menyerukan: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan penduduk Yerusalem mendatanginya di padang gurun minta dibaptis olehnya sebagai tanda bertobat demi pengampunan dosa.

Uraian mengenai Yohanes Pembaptis sebenarnya dimaksud guna menyoroti siapa yang akan datang nanti, yakni Yesus. Dia ini tokoh yang jauh lebih besar yang diumumkan oleh Yohanes sendiri. Sehingga Yohanes mengatakan mengenai yang akan datang: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

Inti berita Yohanes Pembaptis agar umat mempersiapkan kedatangan Tuhan dengan cara bertobat, tetapi bagi orang Israel pada waktu itu bertobat adalah suatu kata yang asing dan membingungkan. Sebab mereka selalu berpikir, kami umat pilihan Allah, keturunan Abraham, Bapak orang beriman. Pertobatan adalah untuk orang yang melakukan kejahatan di mata Allah, orang yang membunuh, mencuri, merampok, berzinah dsb. Kami bukan orang yang seperti itu. Tetapi berita pertobatan adalah berita yang terus-menerus diserukan Yohanes dengan tujuan agar umat kembali kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Ada aspek hubungan yang dipulihkan dengan Allah, tetapi juga ada wujud kehidupan yang menaati kehendak Allah. Kiranya dalam menantikan kedatangan-Nya kita juga memiliki hati siap dengan didahului dengan pertobatan yang benar.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Baik umat pada zaman Nabi Yesaya, umat pada zaman Yesus Kristus, maupun umat pada zaman gereja mula-mula (Rasul Petrus), semuanya mempunyai pengharapan pada kedatangan Hari Tuhan. Pada zaman Nabi Yesaya, umat berpengharapan pada kedatangan Hari Tuhan, pada diri Sang Pembebas. Pada zaman Yesus Kristus, umat berpengharapan pada kedatangan Hari Tuhan, pada diri Sang Mesias yang dijanjikan. Pada zaman gereja mula-mula (Rasul Petrus), umat berpengharapan pada Hari Tuhan, pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Apakah yang ditunggu para karyawan/buruh suatu perusahaan/instansi pada akhir Minggu atau akhir bulan? Pasti adalah waktunya gajian. Selama menunggu waktu gajian tersebut, seorang karyawan/buruh tidak bisa duduk diam saja sambil terpekur menghitung waktu, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Selama menunggu waktu itu, ia harus tetap bekerja dengan giat melakukan tugas yang diberikan pimpinan kepadanya, agar semua persyaratan mendapatkan gajian utuh dapat terpenuhi. Saat gajian tiba, maka bersukacitalah dia karena menerima gaji utuh. Momen sukacita inilah yang sebenarnya tidak selalu berlangsung lama, karena setelah menerima gajinya, karyawan/buruh yang baik akan melanjutkannya dengan penataan keuangan yang baik, terutama yang telah berkeluarga. Intinya waktu gajian yang dinantikan adalah waktu sekejap dalam kesukacitaan. Apakah hal itu juga sama dengan waktu yang dinantikan umat akan kedatangan hari Tuhan?

Isi
Pada zaman Nabi Yesaya, khususnya yang tertulis dalam Yesaya 40:1-11, umat Tuhan merindukan kedatangan Hari Tuhan, atas keadaan yang menyesakkan akibat pembuangan dan diperbudak oleh dosa mereka. Hari Tuhan yang dijanjikan mengandung berita pengharapan akan pembebasan mereka dari pembuangan dan dosa mereka. Berita pengharapan mengenai penghiburan ini mengandung arti yang lebih dalam dari sekedar perhambaan oleh bangsa Babel. Tuhan menjanjikan umat-Nya untuk bebas dari perhambaan dosa. Tuhan menjanjikan umat-Nya akan pengampunan dosa. Keselamatan bagi umat-Nya terutama adalah keselamatan dari dosa. Bagaimana kebebasan dari perhambaan dosa ini bisa terjadi? Dikatakan bahwa, ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Mrk. 1:3). Pada ayat ini dan Yesaya 40:9-10 mengatakan bahwa Tuhan akan datang melawat umat-Nya. “Hai Sion, pembawa kabar baik naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkan suaramu, jangan takut! Katakan kepada kota-kota Yehuda: “Lihat, itu Allahmu! Lihat itu Tuhan Allah, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa.”

Bagaimana Tuhan Sang Penyelamat datang? Apakah yang akan Dia lakukan? Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” (Yes. 40:11) Tuhan datang seperti seorang gembala yang menggembalakan ternak-Nya. Pengertian mengenai gembala mengesankan pada bangsa Israel, karena di Israel banyak terdapat peternakan domba sejak dahulu kala. Abraham, Ishak, dan Yakub pernah menjadi seorang gembala. Musa pernah menjadi seorang gembala selama 40 tahun dan Daud pernah menjadi seorang gembala sebelum ia pergi ke istana melayani Saul.

Pada zaman Yesus Kristus, khususnya yang tertulis dalam Markus 1:1-8, umat Tuhan merindukan Hari Tuhan, atas keadaan yang menyesakkan karena penjajahan Romawi dan praktek kehidupan keagamaan yang jauh dari keselamatan Tuhan. Yohanes Pembaptis tampil sebagai tokoh yang menyerukan pertobatan agar kehidupan keagamaan Yahudi bisa berbalik ke jalan keselamatan Tuhan. Ia juga merupakan tokoh yang sudah sejak lama dinubuatkan menjadi utusan yang mempersiapkan jalan bagi datangnya Tuhan. Uraian mengenai Yohanes Pembaptis sebenarnya dimaksud guna menyoroti siapa yang akan datang nanti, yakni Yesus. Dia ini tokoh yang jauh lebih besar yang diumumkan oleh Yohanes sendiri. Sehingga Yohanes mengatakan mengenai yang akan datang: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

Bagi orang Israel pada waktu itu bertobat adalah sesuatu kata yang asing dan membingungkan, sebab mereka selalu berpikir, kami adalah umat pilihan Allah, keturunan Abraham, Bapak orang beriman. Pertobatan adalah untuk orang yang melakukan kejahatan di mata Allah, orang yang membunuh, mencuri, merampok, berzinah dsb. Kami bukan orang yang seperti itu. Tetapi berita pertobatan adalah berita yang terus-menerus diserukan Yohanes dengan tujuan agar umat kembali kepada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Ada aspek hubungan yang dipulihkan dengan Allah, tetapi juga ada wujud kehidupan yang menaati kehendak Allah. Dalam menantikan kedatangan-Nya, maka kita juga harus memiliki hati yang siap, yang didahului dengan pertobatan yang benar.

Pada zaman gereja mula-mula, khususnya yang tertulis dalam 2 Petrus 3:8-15, umat Tuhan berpengharapan pada Hari Tuhan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Petrus menjelaskan bagaimana situasi kehidupan manusia sebelum masa Hari Tuhan itu datang. Para guru-guru palsu dan para pengejek-pengejek yang hidup menurut hawa nafsunya akan tampil untuk menggoyang iman percaya orang Kristen. Mereka akan mengatakan, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” Mereka sebenarnya sudah tahu bahwa hari Tuhan itu ada, namun karena tak kunjung datang, maka mereka tidak lagi percaya akan hari Tuhan, sebab jauh sebelum mereka lahir, tentang hari Tuhan telah dikumandangkan oleh para nabi. Untuk itu, Petrus menegaskan kembali agar segenap orang Kristen tidak tergoda oleh perkataan-perkataan itu. Hendaklah mereka senantiasa setia dalam penantian dengan tetap melakukan apa yang berkenan di hadapan Tuhan. Sehingga ketika hari Tuhan itu benar-benar datang, maka hari itu menjadi hari sukacita bagi mereka, tetapi kebinasaan bagi mereka yang melawan kehendak Tuhan. Petrus mengingatkan agar orang percaya tidak perlu menghitung-hitung hari untuk menentukan kapan Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Karena kedatangan Tuhan itu tidak dapat diperhitungkan atau diprediksi dengan perhitungan hari-hari manusia. Sesungguhnya di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Artinya, bahwa bagi Tuhan, pekerjaan seribu tahun bagi manusia dapat dia selesaikan dalam satu hari, dan sebaliknya. Dia bisa mengambil waktu seribu tahun untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya selesai dalam satu hari. Allah bisa saja menjadikan hari itu sebagai hari-Nya, namun Ia masih sabar terhadap umat-Nya. Ia menghendaki agar tidak ada umat-Nya yang binasa, sehingga Dia masih memberi waktu kepada umat-Nya untuk berbalik dan bertobat. Jadi Petrus ingin menyampaikan bahwa Allah sama sekali tidak lalai dengan apa yang diucapkan-Nya, namun manusia yang menganggap Allah itu lalai karena manusia membuat perhitungannya sendiri terkait kedatangan Tuhan itu.

Petrus tidak hanya mengingatkan dan meneguhkan iman orang percaya, namun juga mengajarkan mereka apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab mereka dalam menanti hari Tuhan. Petrus mengajarkan agar mereka tidak berdiam diri dan berpangku tangan dalam menanti kedatangan hari Tuhan. Petrus katakan, “… sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” Meskipun kedatangan hari Tuhan itu tidak pasti kapan, namun Petrus mengajarkan agar mereka senantiasa berusaha dan tetap hidup dalam kebenaran, sehingga kapanpun hari Tuhan itu datang, tidak menimbulkan keterkejutan. Ketika Tuhan datang, orang percaya didapati Tuhan tidak bercacat dan tidak bercela (perbuatannya) karena hidup berdamai dengan Allah dan sesama. Untuk itu, biarlah waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan itu dapat kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dengan hidup dalam Tuhan, agar keselamatan itu tetap berada dalam genggaman.

Penutup
Dalam masa Adven menjelang kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, apa sajakah yang sudah kita persiapkan untuk menyambut hari Tuhan dalam Natal di tahun 2023 ini? Apakah kita mengekspresikan sukacita kedatangan Hari Tuhan tersebut seperti para karyawan/buruh yang akan menyambut waktu gajian mereka? Sukacita sekejap dengan makan-makan penuh gairah lalu hilang tanpa makna? Ataukah kita memilih Natal 2023 ini sebagai Natal yang berpengharapan pada Hari Tuhan, seperti umat pada zaman Nabi Yesaya, Yesus Kristus maupun gereja mula-mula? Menyambut kelahiran Yesus Kristus sebagai Sang Pembebas, Mesias yang dijanjikan, yang akan memulihkan hidup kita dengan pertobatan yang sebenarnya. Amin. [tes].

 

Pujian :

  • KJ. 91 : 1, 2 Putri Sion, Nyanyilah
  • KJ. 123 : 1, 2 S’lamat, S’lamat Datang

 

Rancangan Khotbah : Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, seged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Punapa ingkang dipun tengga para tiyang ingkang nyambut damel wonten ing pabrik wekdal akhir Minggu utawi akhir wulan? Tamtunipun inggih wekdal bayaran. Wekdal nengga bayaran tumraping tiyang kang nyambut damel tamtu boten saged namung mendel ngetang wanci baka wanci. Ing wekdal nengga punika, piyambakipun kedah nindakaken jejibahanipun amrih pikantuk bayaran sawetahipun. Pas wanci nampi bayaran, tamtu para kadang punika ngraosaken sukarena awit nampi bayaran wetah. Titi wanci sukarena punika boten tamtu kalampahan ing wekdal ingkang lami, awit bibar nampi bayaran, piyambakipun badhe nglajengaken lumampahing gesang kanthi mranata rejeki peparingipun punika. Cekak aosipun wekdal bayaran ingkang dipun tengga punika kadosdene wekdal sukarena ingkang namung sekedhap. Punapa punika inggih sami kaliyan wekdal pangajeng-ajeng rawuhing dintenipun Gusti tumrap para umat?

Isi
Ing jaman Nabi Yesaya, mliginipun ingkang keserat ing Kitab Yesaya 40:1-11, umat kagunganipun Gusti klangenan tumrap rawuhing dintenipun Gusti. Dintenipun Gusti ingkang dipun janjikaken ngandhut pawartos pengajeng-ajeng medharaken piyambakipun sadaya saking pembucalan lan dosanipun piyambak. Pawartos pangajeng-ajeng ngengingi panglipuran punika ngandhut suraos ingkang langkung lebet tinimbang panindesing bangsa Babel. Gusti prajanji ngluwaraken umat kagunganipun saking panguaosing dosa. (Ay. 2). Kawilujengan kangge umat kagunganipun utaminipun inggih kawilujengan saking panguaosing dosa. Kados pundi kamardikan saking panguaosing dosa punika saged kalampahan? Kacariyos bilih wonten suwanten kang nguwuh-nguwuh, “Nyawisna margi kagem Sang Yehuwah ana ing pasamunan, ngencengna dalan gedhe kagem Allah kita ana ing ara-ara samun! (Mrk. 1:3) ing ayat punika lan ayat 9-10 nguningani menawi Gusti badhe rawuh nuweni umat kagunganipun. “He Sion, kang nggawa kabar becik, munggaha ing gunung kang dhuwur! He Yerusalem, kang nggawa kabar becik, ulukna swaramu kang sora, iya ulukna swaramu, aja wedi! Wartakna marang kutha-kutha ing Yehuda: “Delengen, iku Gusti Allahmu!”, “Delengen, iku Pangeran Allah. Anggone rawuh kalawan kekiyatan sarta ngasta pangwaos.”

Kados pundi Gusti Sang Juruwilujeng rawuh? Punapa ingkang badhe dipun tindakaken? “Kadosdene pangon Panjenengane anggone ngengen pepanthane, sarta iku padha diklempakake kalawan astane; cempene padha dipangku, embokne padha katuntun kalawan ngatos-atos.” (Yes. 40:11). Gusti rawuh kados setunggaling pangon ngangon sato kewanipun. Pangertosan ngengingi pangon punika nyengsemaken bangsa Israel awit ing tlatah Israel kathah pangangon mendha wiwit jaman rumiyin. Rama Abraham, Ishak, lan Yakub nate dados setunggaling pra pangon. Nabi Musa nate dados setunggaling pangon antawis 40 warsa lan Dawud nate dados setunggaling pangon saderengipun tindak dhateng Istana ngladosi Prabu Saul.

Ing jaman Yesus Kristus, mliginipun ingkang keserat ing Markus 1:1-8, umatipun Gusti klangenan dintenipun Gusti, ing kawontenan ingkang nyesekaken amargi penjajahan Romawi lan lumampahing gesang kapitadosan agami Yahudi ingkang tebih saking kawilujenganing Gusti. Yokanan Pambaptis rawuh ing satengahing bangsa Yahudi dados tokoh ingkang nguwuh-uwuh bab pamratobating gesang, supados gesang kapitadosan agami Yahudi saged wangsul dhateng margi kawilujenganing Gusti. Piyambakipun ugi dados tokoh ingkang sampun dangu katamtokaken dados utusan ingkang nyawisaken margi kagem rawuhipun Gusti. Pamratelaning bab Yokanan Pambaptis saleresipun kangge mawartosaken sinten ingkang badhe rawuh mangke, inggih punika Gusti Yesus. Panjenenganipun punika ingkang langkung ageng tinimbang Yokanan piyambak. Mila Yokanan mratelakaken bab ingkang badhe rawuh-Ipun: “Sawise aku bakal rawuh kang panguwaose ngluwihi aku. Bok tumungkul nguculi taline sepatune bae aku ora pantes. Aku mbaptis kowe nganggo banyu, nanging Panjenengane bakal mbaptis kowe kalawan Roh Suci.”

Kangge tiyang Israel ing wekdal semanten tembung tobat punika tembung ingkang asing lan mbingungaken, amargi piyambakipun rumaos, bilih bangsa Israel punika umat ingkang kapiji dening Allah, tedak turuning Rama Abraham, Ramanipun sadaya tiyang pitados. Pamratobating dosa punika kangge tiyang ingkang nglampahi piawon ing Ngarsaning Allah, tiyang ingkang mejahi, nyolong, njulig, laku jina lsp. Bangsa Israel sanes tiyang ingkang kados punika. Nanging pawartos pamratobating dosa punika pawartos ingkang makaping-kaping dipunuwuh-uwuh dening Yokanan, tujuanipun supados umat wangsul malih dhumateng Gusti Allah lan nglampahi karsa-Nipun. Wonten prekawis ingkang dipun pulihaken dening Allah, nanging ugi wonten wujud gesang ingkang wanuh dhumateng karsaning Allah. Mugi-mugi ing panganthi rawuhipun Gusti, kita ugi nggadhahi manah ingkang kacawisaken kangge mratobat.

Ing jaman pasamuwan wiwitan, mliginipun ingkang kaserat ing 2 Petrus 3:8-15, umatipun Gusti nggadhahi pangajeng-ajeng ing dintenipun Gusti menggah rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih. Rasul Petrus mratelakaken kados pundi kawontenan gesang manungsa saderengipun wekdal dintenipun Gusti rawuh. Para guru-guru palsu lan para padudon ingkang gesang miturut hawa nafsunipun badhe unjuk diri kangge ngatag iman kapitadosan tiyang Kristen. Piyambakipun sadaya badhe celathu, “Endi prasetya bakal rawuhe iku? Jalaran wiwit nalika ngajale para leluhurkita samubarang kabeh ajeg bae kaya nalika donya dititahake.” Piyambakipun sadaya sejatosipun sampun ngertos menawi dintenipun Gusti punika wonten, nanging amargi boten enggal rawuh, mila piyambakipun boten pitados malih tumrap dintenipun Gusti, amargi sampun lami saderengipun piyambakipun sadaya wiyos, bab dinten Gusti sampun dipun wartosaken dening para nabi.

Pramila Petrus tetela malih supados sadaya tiyang Kristen boten kagoda dening tetembungan punika. Kedahipun sadaya tiyang pitados tansah setya ing sajroning panganthi rawuhing dintenipun Gusti, kaliyan tetep nindakaken punapa ingkang dipun karsakaken Gusti. Matemah rikala dintenipun Gusti saestu rawuh, dinten punika dados dinten ingkang mbingahaken tumrap tiyang pitados, nanging dados panelangsaning raga kangge tiyang ingkang boten wanuh karsanipun Gusti.

Rasul Petrus ngengetaken para tiyang pitados supados boten sisah ngetang dinten kapan Gusti Yesus badhe rawuh ingkang kaping kalih. Amargi rawuhipun Gusti punika boten saged dipun etang utawi dipun kinten-kinten mawi petangan dinten-dintening manungsa. Sejatosipun ing ngarsaning Allah, satunggal dinten punika sami kaliyan satunggal ewu warsa lan satunggal ewu warsa sami kaliyan satunggal dinten. Tegesipun, kagem Gusti, pakaryaning manungsa sewu tahun saged karampungaken dening Gusti ing salebeting satunggal dinten, lan kosokwangsulipun. Gusti saged mendhet wekdal sewu warsa kagem pakaryanipun ingkang sejatosipun saged rampung sadinten mawon. Gusti Allah saged mawon dadosaken dinten punika dintenipun Gusti, nanging Gusti taksih sabar tumrap umat-Ipun. Gusti karsa supados umat-Ipun boten katilar, temah Gusti taksih paring wekdal kangge umat-Ipun wangsul lan mratobat. Dados Petrus mratelakaken bilih Gusti Allah boten badhe owah gingsir kaliyan titahipun, nanging manungsa nggadah pamanggih Gusti Allah punika kesupen, amargi manungsa damel pitungan piyambak bab rawuhipun Gusti punika.

Rasul Petrus boten namung ngengetaken lan ngatag kapitadosan pandherekipun Gusti, nanging ugi paring piwucal tumrap tiyang pitados punapa ingkang dados jejibahan lan tanggeljawabipun ing salebeting nengga rawuhipun dintening Gusti. Rasul Petrus ugi paring piwucal supados tiyang pitados boten namung mendel nengga rawuhing dintenipun Gusti. Dawuhipun Rasul Petrus, “Mulane para kekasih, sajrone kowe padha nganti-anti marang iku mau, padha mbudidayaa supaya tinemu tanpa cacad sarta tanpa blentong ana ing ngarsane kalawan tentrem-rahayu.” Senadyan rawuhing dintenipun Gusti punika boten tamtu wekdalipun, nanging Rasul Petrus mucal piyambakipun supados tansah ngupadi lan gesang ing margining bebener matemah titi wancinipun dintenipun Gusti punika rawuh, boten ndadosaken kageting pra umat. Rikala Gusti rawuh, tiyang pitados dipun panggih Gusti boten wonten cacadipun lan boten blentong (tumindakipun) amargi gesang kalawan tentrem-rahayu sajroning Allah lan sesami. Kangge punika, namung wekdal lan kadarman saking Gusti sami kita agem kanthi prayogi gesang ing salebeting Gusti, amrih kawilujengan punika tansah ing cepengan kita.

Panutup
Ing sajroning wekdal Adven, sadereng wiyosipun Gusti Yesus Kristus, Gusti kita, punapa kemawon ingkang sampun kita cawisaken kangge nyambeti dintenipun Gusti ing salebeting Natal 2023 punika? Punapa kita badhe mratelakaken sukabingah dintenipun Gusti punika kados dene para tiyang ingkang nyambut damel lan nampi bayaranipun? Sukarena sekedap mawi ngrahapi tetedan lajeng ical muspra tanpa gina? Utawi kita langkung remen Natal 2023 punika minangka Natal ingkang nggadhahi pangajeng-ajeng rawuhing dintenipun Gusti, kadosdene umat kala jaman Nabi Yesaya, Gusti Yesus Kristus saha pasamuwan wiwitan? Mangga sami mahargya dinten wiyosipun Yesus Kristus minangka Sang Pangluwar, Mesias aprajanji, ingkang badhe mangsulaken gesang kita kanthi wohing pamratobating kang tumemen. Amin. [tes].

 

Pamuji : KPJ. 225 : 1 – 4 Haleluya! Yesus Kristus

Renungan Harian

Renungan Harian Anak