Bacaan: Lukas 16 : 19 – 31 | Pujian: KJ. 376
Nats: “Tetapi kata Abraham: Mereka memiliki Musa dan para nabi. Hendaklah mereka mendengarkannya.” (Ayat 29)
Merenungkan cara orang memandang kehidupan di zaman sekarang, banyak yang memiliki pemikiran bahwa kekayaan adalah segala-galanya. Di tengah individualitas yang semakin nyata, begitu banyak orang berlomba-lomba mengejar kekayaan, sampai terkadang tidak memedulikan orang lain sama sekali. Apalagi mereka yang sudah menutup telinga dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain.
Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang diceritakan dalam Lukas 16:19-31, Yesus memberikan pelajaran penting tentang kehidupan setelah kematian, keadilan Allah, dan bagaimana kita harus hidup di dunia ini. Orang kaya dalam perumpamaan ini hidup dalam kemewahan dan kesenangan setiap hari. Sementara Lazarus, seorang miskin yang penuh dengan borok, hanya berharap mendapat sisa makanan dari meja orang kaya. Namun, di mata Tuhan, harta duniawi bukan ukuran keselamatan. Orang kaya ini tidak peduli pada Lazarus, yang setiap hari ada di dekatnya. Ini menjadi pengingat bahwa berkat materi yang kita miliki seharusnya tidak membuat kita buta terhadap penderitaan sesama. Ketika keduanya meninggal, keadaan berbalik. Lazarus dibawa ke pangkuan Abraham, tempat yang penuh kenyamanan, sementara orang kaya itu mengalami penderitaan di dunia orang mati. Ini menunjukkan bahwa setelah kehidupan di dunia, akan ada penghakiman Tuhan yang adil. Orang kaya yang sedang menderita meminta agar Lazarus diutus untuk memperingatkan saudara-saudaranya. Namun, Abraham menegaskan bahwa mereka sudah memiliki hukum Musa dan kitab para nabi sebagai peringatan. Jika mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan, bahkan jika seseorang bangkit dari kematian pun, mereka tidak akan percaya. Ini adalah peringatan bahwa pertobatan harus dilakukan selama kita masih hidup, karena setelah kematian, tidak ada lagi kesempatan kedua.
Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya sekedar tentang kekayaan dan kesenangan duniawi, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan hidup kita untuk menyenangkan Tuhan dan mengasihi sesama. Setelah kematian, tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Karena itu, marilah kita hidup dengan bijaksana, mencari kekayaan yang kekal, dan memerhatikan sesama yang membutuhkan, terlebih kita mau mendengarkan dan melakukan firman Tuhan dalam hidup kita. Amin. [dvd].
“Manfaatkan waktu di dunia dengan sebaik-baiknya untuk diri dan sesama.”