GKJW Merawat Patunggilan Kang Nyawiji Khotbah Ibadah Syukur HUT ke-92 GKJW 11 Desember 2023

3 December 2023

HUT Ke-92 GKJW
Stola   Putih

Bacaan 1:  Yesaya 26 : 7 – 15
Bacaan 2:  Kisah Para Rasul  2 : 37 – 42
Bacaan 3: 

Tema Liturgis: GKJW Merawat Patunggilan Kang Nyawiji
Tema Khotbah: GKJW Merawat Patunggilan Kang Nyawiji

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 26 : 7 – 15
Yesaya 26 masuk ke dalam kelompok Yesaya 24-27. Bagian ini tidak lagi berisi nubuat melawan bangsa-bangsa, melainkan sudah beralih ke nubuat tentang akhir zaman. Bagian ini termasuk tulisan Yesaya yang paling muda. Gagasan Yesaya 24-27 mirip dengan kisah air bah dalam Kejadian 6-9. Sedangkan Yesaya 26 merupakan gambaran akan pengadilan terakhir seperti Kejadian 7:1. Sementara Yesaya 26:1-21, terdiri atas 3 bagian. Pertama, ayat 1-6, merupakan Mazmur kepercayaan kepada TUHAN dalam bentuk nyanyian kesukacitaan dan pengucapan syukur. Di tengah-tengah manusia yang rusak dan pantas diceburkan ke dalam api (Yes. 24:6), gempa bumi (Yes. 24:17-20), banjir besar (Yes. 25:11), Yehuda menemukan pengungsian di kota Allah (Yes. 26:1-2). Yerusalem yang dilindungi TUHAN menjadi pengungsian bagi orang benar (orang yang teguh hati, teguh iman, dan teguh berpegang pada tujuan (Ay. 3). Yerusalem dilawankan dengan “kota yang berbenteng” (Ay. 5), yaitu kota kacau riuh yang dihancurkan pada Yesaya 24:7-16.

Kedua, ayat 7-19, bacaan kita ayat 7-15 merupakan penggalan dari bagian 2. Bagian 2 merupakan doa puji-pujian kepada TUHAN yang telah melepaskan, memberi kesentosaan, dan hidup yang baru. Jika Tuhan Allah sudah menjadi jaminan keamanan, maka orang benar tidak memerlukan tembok (beteng) perlindungan. Tuhan Allah memberi perlindungan bukan karena orang itu berada di tempat tertentu dan sahabat-Nya. Sehingga ayat 7-9 tidak membedakan subyek dalam bentuk tunggal (aku) dan jamak (jamak). Yang berlaku bagi kota Allah juga berlaku bagi setiap umat, kalau umat berada pada jalan lurus. Penghakiman Allah terlaksana menurut keadilan (Ay. 7-10), dan menjamin umat-Nya dibebaskan dan dimuliakan (Ay. 11-15). Perhatikan ayat 15, “Ya TUHAN, Engkau telah membuat bangsa ini bertambah-tambah, ya, membuat bertambah-tambah umat kemuliaan-Mu; Engkau telah sangat memperluas negerinya.” Lantas diungkapkan pencobaan saat sekarang menyiapkan pemulihannya kelak (Ay. 16-19), tidak termasuk bacaan namun perlu diperhatikan. Diungkapkan juga “sakit beranak” (Ay. 17). Ungkapan ini menjadi kiasan yang lazim untuk menggambarkan pencobaan menjelang kedatangan Mesias. Orang Israel telah lama bekerja dengan sia-sia untuk mendapatkan keselamatan. Dan hanya Tuhan Allah yang menyelamatkan Israel (Ay. 19). Ketiga, ayat 20-21 merupakan ajakan untuk umat mencari tempat perlindungan selama Tuhan Allah menjalankan penghukuman atas orang fasik.

Dari uraian di atas, Yesaya 26:7-15 merangkum satu kata “damai sejahtera”. Damai sejahtera adalah utuh, sempurna, selaras. Damai sejahtera itu diberikan kepada kita melalui yang kita kerjakan – orang yang teguh hati, teguh iman, dan teguh berpegang pada tujuan, orang yang berjalan di jalan lurus- (Ay. 12).

Kisah Para Rasul 2 : 37 – 42
Harusnya Kisah Para Rasul 2:36, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus,” menjadi kunci untuk memahami Kisah Para Rasul 2:37-41. Perikop ini memberikan gambaran dampak dari khotbah Petrus. Kuasa Roh Kudus memampukan Petrus menjadi saksi karya Allah dalam Yesus Kristus, sehingga hadirin terkesan. Beberapa dari mereka bertanya, apa yang harus mereka lakukan. Jawab Petrus kepada mereka meliputi 4 hal. Pertama, bertobat, yang dimaksud adalah menentukan arah baru dalam kehidupan dengan mempercayakan diri kepada Yesus Kristus. Kedua, pembaharuan dan penyerahan diri ditandai dengan baptisan untuk pengampunan dosa. Ketiga, menerima karunia Roh Kudus. Keempat, “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini” artinya menjadi manusia baru.

Menjadi manusia baru dalam uraian di atas tidak dapat dipisahkan dari 4 unsur penting, pertama bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Ini bukan pekabaran Injil, tetapi lebih ke pendalaman makna Kitab Suci dalam terang kuasa Roh Kudus yang isinya Kisah PR 2:36. Bandingkan dengan alenia 1 dan 2 Pembukaan Tata Panata 1996. Kedua, bertekun dalam persekutuan. Di GKJW lebih dipahami sebagai patunggilan kang nyawiji. Ketiga, bertekun memecahkan roti, yang dimaksud bukan hanya perjamuan kudus saja, tetapi juga makan bersama. Ini juga wujud dari patunggilan kang nyawiji. Keempat, bertekun berdoa. Doa bukan hanya mengucapkan doa, tetapi mewujud-laksanakan dalam kehidupan nyata. 

Benang Merah Dua Bacaan:
Orang yang teguh iman, teguh hati, dan berpegang teguh pada tujuan, disebut juga orang yang lurus. Meskipun dia hidup dalam dunia yang mengalami kacau balau, dia tetap damai sejahtera. Karena dia mempunyai tempat perlindungan, yaitu Tuhan Allah sendiri. Damai sejahtera itu utuh, sempurna, dan selaras diberikan oleh Tuhan Allah kepada manusia melalui yang dikerjakan manusia (Yes. 26:12). Dan TUHAN membuat bangsa ini, umat kemuliaan-Mu bertambah-tambah; telah sangat memperluas negerinya (Yes. 26:15). Damai sejahtera tersebut diungkapkan secara baru dalam Kisah PR 2: 37-42 melalui pertobatan, artinya berani menentukan arah baru dengan mempercayakan diri kepada Yesus Kristus. Dia alami pembaharuan dan penyerahan diri melalui baptisan, Dia menerima karunia Roh Kudus, dan menjadi manusia baru melalui tekun dalam pengajaran, dalam patunggilan kang nyawiji, dalam perjamuan, makan bersama, dan melaksanakan kebaktian.

 

Rancangan Khotbah:  Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Jemaat kekasih Tuhan Yesus.

Dua bacaan kita hari ini mengedepankan pewartaan sebagai berikut: Orang yang teguh iman, teguh hati, dan berpegang teguh pada tujuan, disebut juga orang yang lurus. Meskipun dia hidup dalam dunia yang mengalami kacau balau, dia tetap damai sejahtera. Karena dia mempunyai tempat perlindungan, yaitu Tuhan Allah sendiri. Damai sejahtera itu utuh, sempurna, dan selaras diberikan oleh Tuhan Allah kepada manusia melalui yang dikerjakan manusia (Yes. 26:12). Dan TUHAN membuat bangsa ini, umat kemuliaan-Mu bertambah-tambah; telah sangat memperluas negerinya (Yes. 26:15). Damai sejahtera tersebut diungkapkan secara baru dalam Kisah PR 2: 37-42 melalui pertobatan, artinya berani menentukan arah baru dengan mempercayakan diri kepada Yesus Kristus. Dia alami pembaharuan dan penyerahan diri melalui baptisan, Dia menerima karunia Roh Kudus, dan menjadi manusia baru melalui tekun dalam pengajaran, dalam patunggilan kang nyawiji, dalam perjamuan, makan bersama, dan melaksanakan kebaktian. Lantas bagaimana kita memaknai pewartaan kehendak Tuhan hari ini dalam melaksanakan kegiatan 92 tahun hari jadi Greja Kristen Jawi Wetan?

Isi
Jemaat kekasih Tuhan Yesus.

Di hari ulang tahun ke 92 GKJW ini (8 tahun lagi sudah 1 abad) kita diajak menghubungkan makna bacaan hari ini dengan tema “Merawat Patunggilan Kang Nyawiji”. Maka ada tiga hal yang perlu kita perhatikan.

Pertama, hari ulang tahun adalah waktu untuk mengucap syukur kepada Tuhan Allah karena kehidupan dan penyertaan yang dianugerahkan-Nya kepada GKJW.

Dimulai dengan penginjilan yang dilakukan oleh C.L. Coolen yang sesuai dengan konteks hidup dan kehidupan orang Jawa. Dan penginjilan yang dilakukan oleh J. Emde di Penelih yang penganut paham pietisme. Keduanya kemudian menyatu membangun persekutuan orang Jawa Kristen.  Persekutuan ini meluas meliputi wilayah Jawa Timur. Dan pada tanggal 11 Desember 1931 diserahkan oleh 2 Badan Pekabar Injil dan meresmikan diri menjadi Greja Jawi Wetan. Perjumpaan orang Jawa dengan Yesus Kristus menghasilkan kehidupan kekristenan yang unik. Diakui ataupun tidak diakui, orang Jawa tidak dapat melepaskan diri dari kejawaannya.

Setelah orang Jawa menerima baptis kudus, mereka menjadi suatu bagian dari persekutuan kristiani universal. Dari tahun 1931 sampai dengan 2023, perjalanan GKJW berhadapan dengan berbagai tantangan dan hambatan. Namun semua tantangan dan hambatan tersebut dapat diatasi oleh karena penyertaan Tuhan Allah, Tuhan Yesus, dan Tuhan Roh Kudus. Maka sudah selayaknya kita bersyukur, karena melalui yang kita lakukan, anugerah Tuhan Allah dinyatakan kepada kita.

Rasa syukur itu dikaitkan dengan dua hal. Pertama adanya persekutuan antara orang Jawa dengan Yesus Kristus. Kedua adanya orang-orang Jawa yang bersekutu dengan Yesus Kristus saling mengikatkan diri satu sama lain. Kedua wujud persekutuan ini harus dipertahankan, bahkan dikembangkan, disesuaikan dengan masa transisi perubahan zaman. Jika salah satu wujud persekutuan ini ditiadakan atau sekurang-kurangnya diperlemah, maka akan mempengaruhi yang satunya. Salah satu lemah, maka kedua-duanya akan ambyar. Persekutuan dengan Yesus Kristus lemah, juga akan melemahkan mewujudkan kasih, sukacita, keadilan, kebenaran, damai sejahtera bagi seluruh kehidupan.

Kedua, hari ulang tahun adalah waktu untuk melakukan refleksi atas kehidupan yang telah kita lewati, dan komitmen untuk melaksanakan tugas panggilan.

Sebagaimana Yesaya 26:12 “Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.” Munculnya Kelompok Orang Saleh Surabaya dihimpun oleh J. Emde, pembukaan hutan Ngoro oleh C.L. Coolen, bergabungnya murid Coolen dengan Adolf Gunsch di perkebunan Sidokare, pembukaan hutan Keracil (Sambi) oleh Ditotruna sampai menjadi persekutuan Mojowarno yang diperkuat dengan hadirnya Karolus, Paulus Tosari. Penginjilan di Dogogan oleh Eliazar Kunta dan Matius Anip dengan tantangannya. Penginjilan oleh Sadin/Pak Ebing di Sumberpakem dengan tantangannya. Kesemuanya kemudian menyatu menjadi Greja Jawi Wetan. Dalam perjalanannya, GKJW mengalami awan gelap zaman pendudukan tentara Jepang, mengalami agresi Belanda, dan mengalami berbagai perubahan sistem pemerintah dari Merdeka sampai sekarang, mengalami sampai 4 kali amandemen UUD 1945, mengalami pemerintahan Orde Lama, Orde Baru dan zaman Reformasi sampai saat ini.

GKJW terus berusaha mengerjakan keselamatan, namun harus diakui bahwa yang mengerjakan keselamatan adalah Tuhan Allah sendiri. Artinya Tuhan Allah mengerjakan keselamatan itu melalui pekerjaan kita umat-Nya. Dari pengertian ini, maka kita sebagai gereja yang sudah mencapai usia 92 ini tidak boleh diam, tidak boleh santai-santai. Kita terus harus mau membaca tanda-tanda zaman, menafsirkannya, dan mengambil tindak laku, tidak hanya untuk saat ini melainkan untuk yang akan datang. Maka GKJW membuat program Jangka Panjang dulu Pokok-pokok Rencana Kegiatan Pembangunan GKJW 1987-2016 (30 tahun), sekarang Program Pembangunan Jangka Panjang 2017-2034 (18 tahun). Setiap Jemaat harus bertanya, 30 tahun atau sekurang-kurangnya 18 tahun yang akan datang, jemaat beriman yang bagaimanakah Jemaat Greja Kristen Jawi Wetan ini?

Pergumulan pada butir dua ini juga merupakan wujud dari rasa syukur merawat persekutuan, merawat patunggilan kang nyawiji. Tidak hanya melihat yang ada saat sekarang, tetapi juga menggagas untuk 30 tahun mendatang.

Ketiga, hari ulang tahun adalah waktu untuk belajar dari masa lalu agar mampu menjadi kawan sekerja Tuhan secara lebih baik di hari esok.

Kita saat ini hidup dalam dunia yang mengalami perubahan sangat cepat. Perkembangan teknologi dari mesin sampai dengan informasi membawa perubahan hidup dan kehidupan manusia. Dunia saat ini terasa sebuah desa, semua serba cepat diketahui. Di tengah dunia yang sangat cepat berubah ini, gereja mau tidak mau juga harus menjadi “pendatang di negeri asing” (1 Petrus 1:1, 17; 2:11). Itu berarti GKJW di tengah perubahan zaman ini menjadi gereja pengembara, menjadi gereja peziarah, sebagai gereja mesianis (tidak hanya menilai uang menurut nilai mesianis seperti dalam pranata keuangan, tetapi juga dalam semua segi kehidupan warga dan lembaga).

Dalam diri kita orang beriman, Allah adalah Roh yang memberi kekuatan dan mendorong kita untuk berprakarsa. Maka, sebagai gereja pengembara, GKJW hidup di wilayah Republik Indonesia, GKJW mengambil bagian ke dalam segala sesuatu sebagaimana lazimnya warga negara, namun juga menanggung segala hal sebagai orang asing, harus mempunyai prakarsa. Warga GKJW sebagaimana jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul yang tekun dalam pengajaran, dalam patunggilan kang nyawiji, dalam perjamuan, makan bersama dan melaksanakan kebaktian hari ini tidak untuk hari ini. Kita harus tekun dalam pengajaran, dalam patunggilan kang nyawiji, dalam perjamuan, makan bersama dan melaksanakan kebaktian untuk masa depan.

Pintu Gerbang telah dibuka oleh Tuhan Yesus supaya orang-orang benar masuk ke dalam wilayah Kerajaan Allah. Bersamaan dengan itu, orang-orang benar juga harus melakukan kebenaran untuk menyatakan keberadaan Kerajaan Allah. Kita sangat rindu Tuhan Allah segera mewujudkan keadilan di dunia ini, sehingga ada stabilitas. Sekaligus kita dilibatkan dalam rencana karya Tuhan Allah untuk memberlakukan keadilan.

Dengan demikian warga GKJW yang merawat patunggilan akan semakin mampu menjadi kawan sekerja Tuhan secara lebih baik di hari esok.

Penutup
Akhirnya kita boleh menyimpulkan, usia GKJW masih 92 tahun. Perjalanan mengembara di dunia masih panjang. Maka tiga hal ini sebagai ringkasan renungan kita.

  1. Kita bersyukur karena Tuhan Allah berkenan mendirikan Greja Kristen Jawi Wetan dimana kita menjadi warganya. Kita pertahankan dan kembangkan persekutuan kita dengan Yesus Kristus. Persekutuan kita satu sama lain supaya kasih, sukacita, keadilan, kebenaran, damai sejahtera berlaku dalam seluruh kehidupan kita dan sesama.
  2. Merawat patunggilan kang nyawiji mendorong kita tidak hanya melihat yang ada saat ini, tetapi mau membaca tanda-tanda zaman, menafsirkannya dan mengambil tindak laku, tidak hanya untuk saat ini, melainkan untuk yang akan datang. Sehingga lahir jemaat beriman yang tahan menghadapi perubahan zaman di masa depan.
  3. Menyadari diri bahwa kita adalah gereja pengembara, gereja zaman mesianis, jemaat yang dinamis, jemaat berprakarsa untuk mendatangkan damai sejahtera. Tuhan Yesus menyertai kita. Amin. [gonk].

 

Pujian: KJ. 343 : 1 – 3   Dunia dalam Rawa Paya

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, seged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Pasamuwan kekasihipun Gusti Yesus.

Waosan kalih ing dinten punika nengenaken pewarta ingkang mekaten. Wong kang teguh iman, teguh ati lan teguh/kekeh ing tujuan, kasebut ugi tiyang ingkang lurus-leres. Senadyan piyambakipun gesang ing jagad ingkang ngalami worsuh, piyambakipun tetep tentrem rahayu. Awit piyambakipun gadhah papan nglindung, inggih punika Gusti Allah pribadi. Tentrem rahayu punika wutuh, sampurna, lan selaras, dipun paringaken dening Gusti Allah dhateng manungsa lumantar pedamelanipun manusia (Yes. 26:12). Dhuh Yehuwah, bangsa punika sampun Paduka damel saya wewah-wewah, umating kamulyan Paduka sampun Paduka damel saya kathah; nagaranipun sampun Paduka wiyaraken sanget. (Yes. 26:15). Tentrem Rahayu punika kawartosaken kanthi cara enggal ing Lelakone PR 2:37-42 inggih punika wontenipun pamratobat, tegesipun kendel namtokaken ener enggal kanthi masrahaken diri dhateng Gusti Yesus Kristus. Piyambakipun ngalami kaanyaraken lan pasrah diri wonten ing pambaptisan. Piyambakipun nampi peparing Roh Suci, lan dados manungsa anyar kawujudaken ing anggenipun ngantepi ing piwulang, ing nindakaken patunggilan kang nyawiji, wonten ing bujana suci, kembul dhahar sesarengan lan nindakaken pangabekti. Punapa maknanipun pewarta karsanipun Gusti Allah punika tumrap Greja Kristen Jawi Wetan ingkang ngancik umur 92 taun?

Isi
Pasamuwan kekasihipun Gusti Yesus.

Ngancik umur 92 taun punika (8 tahun malih sampun 1 abad) GKJW ngajak lan kaajak nindakaken pawarta ing Kitab Suci waosan dinten punika kaliyan tema “Ngrawat Patunggilan Kang Nyawiji”. Mila wonten prekawis tiga ingkang perlu kita gatosaken.

Sepisan, dinten kalairan punika wektu kangge ngucap sokur dhateng Gusti Allah karana Gusti Allah sampun maringi gesang lan pangreksa dhateng GKJW sampun 92 taun.

Kawiwitan ing Pakabaran Injil ingkang dipun tindakaken C.L. Coolen ing Ngoro mawi cara ingkang trep kangge kawontenanipun gesang lan pigesangan tiyang Jawi. Ugi Pakabaran Injil ingkang dipun tindakaken J. Emde ing Penelih ingkang ngugemi paham pietisme. Kekalihipun lajen nyatunggil mbangun patunggilan tiyang Jawi Kristen. Patunggilan punika sumebar ing tlatah Jawi Wetan. Lan nalika tanggal 11 Desember 1931 dipun srahaken dening Badan Pekabar Injil kalih lan ngresmekaken diri dados Greja Jawi Wetan. Pepanggihanipun tiyang Jawi kaliyan Gusti Yesus Kristus ngasilaken pigesangan kekristenan ingkang unik. Dipun akeni utawi boten, tiyang Jawi boten saged misahaken diri saking kejawenipun.

Sasampunipun tiyang Jawi nampi pratandha baptis suci, piyambakipun dados gegelitanipun patunggilan kristiani universal. Wiwit taun 1931 ngantos taun 2023, ing lampah GKJW aben-ajeng kaliyan werni-werni tantangan lan pambengan. Nanging sadaya tantangan lan pambengan wau saged dipun prantasi amargi Gust Allah, Gusti Yesus, lan Gusti Sang Roh Suci ngreksa. Mila pantes kita saos sokur, awit lumantara sadaya ingkang kita tindakaken, kanugrahanipun Gusti Allah dipun luberaken dhateng kita.

Raos syukur punika kagandhengaken kaliyan prekawis kalih. Sepisan, wontenipun patunggilan ing antawisipun tiyang Jawi kaliyan Gusti Yesus Kristus. Kaping kalih, wontenipun tiyang-tiyang Jawi ingkang tunggil kaliyan Gusti Yesus Kristus sami ngiketaken diri kaliyan sesaminipun. Wujud patunggilan kekalih punika kedah dipun jagi, kepara dipun kiyataken, lan dipun tuwuhaken cunduk kaliyan mangsa transisi ewah-ewahaning jaman. Menawi salah satunggil wujud patunggilan punika dipun icali atawi apes-apesipun dipun kirangi, tartamtu badhe ngreridu ingkang satunggalipun. Salah satunggal ringkih, tamtu kekalihipun badhe ambyar. Patunggilan kaliyan Gusti Yesus Kristus ringkih, tamtu badhe mrantak ringkih ugi anggen kita mujudaken katresnan, sukarena, kaadilan, kaleresan, tentrem tumrap sadaya pigesangan.

Kaping kalih, dinten ambal warsa punika waktu kangge nindakaken  refleksi ing bab pigesangan ingkang sampun kapengker, lan komitmen kangge ngecakaken tugas timbalan.

Kados Yesaya 26:12 “Dhuh Yehuwah, kawula sami Paduka cawisi tentrem rahayu, amargi samubarang ingkang kawula lampahi, sadaya sami Paduka tindakaken kangge kawula sadaya.” Kelompok Orang Saleh Surabaya ingkang dipun impun dening J. Emde, babad alas Ngoro dening C.L. Coolen, murid Coolen nggabung kaliyam Adolf Gunsch ing kebunan Sidokare, babad alas Keracil (Sambi) dening Ditotruna ngantos dados gerombolan Mojowarno ingkang dipun sengkuyung kaliyan rawuhipun Karolus, Paulus Tosari lan sanesipun. Pekabaran Injil ing Dogogan dening Eliazar Kunta dan Matius Anip. Pekabaran Injil dening Sadin/Pak Ebing ing Sumberpakem. Sadaya punika lajeng nyatunggil dados Greja Jawi Wetan. Ing lampah, GKJW ngalami mendhung peteng jaman pendudukan tentara Jepang, ngalami agresi Belanda, lan ngalami ewah-ewahan sistem pemerintah wiwit mardika ngantos dinten samangke, ngalami amandemen UUD 1945 ngantos kaping sekawan, ngalami pemerintahan Orde Lama, Orde Baru lan jaman Reformasi ngantos samangke.

GKJW kanthi sadaya cara terus makarya nggayuh kaslametan, nangging kedah dipun akeni, bilih ingkang maringi keslametan inggih punika Gusti Allah pribadi. Tegesipun Gusti Allah maringi kaslametan punika migunakaken pambudidaya kita umat kagunganipun. Saking pangertosan punika, mila kita minangka pasamuwan ingkang sampun ngancik umur 92 taun punika boten pareng kendel, boten pareng sakpenake. Kita terus kedah purun maca pratandaning jaman, nafsiraken lan jumangkah mlampah, boten namung kangge wektu samangke, nanging ugi kanggke wetu ingkang badhe kalampahan. Mila GKJW ngengreng program Jangka Panjang ingkang wiwitan kasebut Pokok-pokok Rencana Kegiatan Pembangunan (PRKP) GKJW 1987-2016 (30 tahun), samangke Program Pembangunan Jangka Panjang (PPJP) 2017-2034 (18 tahun). Saben pasamuwan kedah pitaken, 30 taun utawi sithik-sithike 18 tahun ingkang badhe kalampahan, pasamuwanipun wong pracaya kang kayangapa Greja Kristen Jawi Wetan iki?

Reraosan ingkang angka kalih punika ugi wujuding pangucap syukur ngrawat patunggilan kang nyawiji. Ora mung deleng kang ana ing dina iki, ananging uga nggagas kanggo 30 taun kang bakal kelakon.

Kaping tiga, dinten ambal warsa punika wektu kangge nggegulang kawruh saking mangsa ingkang sampun kapengker, supados langkung sae malih anggen kita makarya dados rencang damelipun Gusti  Allah ing dinten benjing.

Kita samangke gesang wonten ing donya ingkang rikat sanget nglami ewah-ewahan. Kemajengan teknologi wiwit mesin ngantos informasi ambekta ewah-ewahan gesang lan pigesanganipun manungsa. Donya ing samangke krasa kados sawijing ndesa, sadaya sarwa rikat saget dipun sumerepi. Ing alam donya ingkang ngalami ewah-ewahan ingkang rikat sanget punika, pasamuwan gelem ora gelem kedah dados “wong neneka ing nagara liya” (1 Petrus 1:1, 17; 2:11). Tegesipun GKJW ing kawontenan ewah-ewahanipun jaman punika dados greja mbebara, dados greja peziarah, ugi minangka greja mesianis (boten namung regane duwit ingkang kabiji miturut nilai mesianis, kados ing pranata bab keuangan, nanging ugi wonten ing sadhengah patrap pigesanganipun warga lan lembaga Greja).

Ing saben tiyang pitados, Gusti Allah inggih Sang Roh ingkang maringi kakiyatan lan nyurung majeng tiyang pitados supados gadhah niyat. Mangka, minangka greja mbebara, GKJW gesang ing tlatah Republik Indonesia, GKJW ndherek ngudi wonten ing sadhengah patrap kados dene limrahipun warga negari, nanging ugi nanggung samudaya minangka tiyang mbebara, kedah gadhah niyat. Warga GKJW kadosdene pasamuwan wiwitan ing Lelakone Para Rasul, inggih pasamuwan ingkang ngantepi ing piwulang, wonten ing patunggilan kang nyawiji, wonten ing bujana suci, kembul bujana, lan nindakaken kebaktian ing dinten punika nanging boten kangge dinten punika. Kita kedah ngantepi ing piwulang, wonten ing patunggilan kang nyawiji, wonten ing bujana suci, kembul bujana, lan nindakaken kebaktian kangge dinten benjing.

Gapura sampun kabuka dening Gusti Yesus supados tiyang-tiyang ingkang benar mlebet ing tlatah Kratoning Allah. Sesarengan kaliyan punika, tiyang-tiyang ingkang benar ugi kedah nindakaken punapa ingkang bener kangge mujudaken wontenipun Karatoning Allah. Kita kangen sanget Gusti Allah enggal-enggal mujudaken kaadilan ing donya punika, satemah wonten kowontenan ingkang tentrem lan aman. Lan kita katimbalan ndherek makarya wonten rantaman karyanipun Gusti Allah kangge nindakaken lan nglampahi keadilan.

Kanthi mekaten warga GKJW ingkang ngrawat patunggilan badhe sangsaya kuwawa dados rencang damelipun Gusti Allah langkung sae ing dinten benjing.

Panutup
Pasamuwan kekasihipun Gusti Yesus.

Cekak aosing carita, umuripun GKJW taksih 92 taun. Margi ingkang badhe dipun lampahi ing jagad taksih panjang. Mila prekawis tiga punika minangka ringkesaning sangu kangge mbebara/ziarah, inggih punika.

  1. Kita saos sokur awit Gusti Allah rena ayasa Greja Kristen Jawi Wetan ing pundi kita dados warga. Kita jagi lan kita jembaraken patunggilan kita kaliyan Gusti Yesus Kristus, lan ugi patunggilan kita satunggal lan satunggalipun supados katresnan, sukarena, kaadilan, keleresan, tentrem rahayu lummampah ing sadaya pigesangan kita lan sesami.
  2. Ngrawat patunggilan kang nyawiji nyurung kita majeng boten namung ningali ingkang wonten ing wektu punika, nanging purun maca pratanda jaman, nafsiraken maknanipun lan jumangkah nglampahi, boten namung kangge ing samangke, nanging ugi kangge ing wektu ingkang badhe kalampahan. Satemah lair pasamuwan kanthi pangandel ingkang tangguh ngadhepi ewah-ewahaning jaman ing tembe.
  3. Eling bilih kita punika greja mbebara, greja jaman mesianis, pasamuwan ingkang dinamis, pasamuwan sugih rantaman kangge mawujudaken tentrem rahayu. Gusti Yesus nganthi kita. Amin. [gonk].

 

Pamuji: KPJ. 368 Rukun Agawe Santosa

Renungan Harian

Renungan Harian Anak