Penyakit Itu Bernama Iri Hati Renungan Harian 4 Mei 2020

4 May 2020

Bacaan : Yehezkiel 34 : 17 – 23  |    Pujian : KJ. 366
Nats: “Oleh karena semua yang lemah kamu desak dengan lambungmu dan bahumu serta kamu tanduk dengan tandukmu, sehingga kamu menghalau mereka keluar dari kandang” (Ay. 21)

Sifat iri hati seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak yang memiliki sifat iri hati, maka ia akan selalu mempertengkarkan hal apapun dengan saudaranya.  Seperti dalam hal pemberian orang tua, dalam hal fasilitas yang digunakan, dalam hal makanan dan dalam banyak hal yang lainnya. Dia merasa kurang meskipun dia sudah mendapat bagian yang sama atau bahkan lebih dari saudaranya. Bahkan dia tidak segan-segan bertengkar dengan saudaranya. Oleh karena itu sifat iri hati selalu dihindari.

Laksana sebuah penyakit, sifat iri hati menjangkiti umat Israel. Nabi Yehezkiel memberikan kritik keras terhadap bangsa Israel yang pada waktu itu hidup di dalam pembuangan. Kesengsaraan tidak hanya dikarenakan para pemimpin bangsa Israel yang lalai menjalankan tugasnya sebagai gembala, melainkan juga datang dari umat Israel yang menindas umat lainnya yang lebih lemah (20-21). Nabi Yehezkiel menyerukan bahwa Allah tidak hanya menghakimi para pemimpin atau gembala Israel yang lalai menjalankan tugasnya, tetapi Allah juga akan menjadi hakim di antara domba dengan domba (22). Seruan ini mengajak segenap umat Israel untuk memperbaiki moral mereka, dengan berlaku baik kepada sesama umat Allah. Hal ini berarti mereka harus mau memperbaiki sifat buruk mereka. Ini juga menjadi prasyarat  janji Allah akan pemulihan Israel yang akan terjadi dan dialami oleh umat Israel.

Sifat iri hati seringkali menguasai hati dan kehidupan kita. Hal itulah yang seringkali membuat kita tidak bisa merasakan dan menyadari kasih dan pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan ini. Iri hati menjadi penghalang kita merasakan karya Tuhan di dalam kehidupan. Oleh karena itu, marilah kita menjauhi sifat iri hati yang menguasai hati dan kehidupan kita, sehingga kita mampu untuk senantiasa bersyukur, mensyukuri kasih dan pemeliharaan Tuhan yang nyata. Karena Tuhan Sang Gembala Agung tidak pernah berhenti berkarya di dalam kehidupan kita. (TP).

“Iri dan dengki hanya menjadi penghalang manusia untuk mensyukuri pemeliharaan Tuhan”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak