Bayi Tidak Perlu Dipaksa untuk Dapat Menyusu Renungan Harian 28 April 2020

28 April 2020

Bacaan : 1 Petrus 2  : 1 – 3  | Pujian : KJ. 380
Nats:
Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,…” (Ay. 2)

Setiap bayi yang baru dilahirkan di dunia ini tidak perlu mendapatkan pendidikan bagaimana caranya menyusu kepada Ibunya. Secara otomatis, sesaat ketika dia dilahirkan, dia akan menangis dan merasa lapar kemudian mencari susu untuk mengenyangkan perutnya. Apabila dia sudah kenyang dia akan menghentikan aktivitas menyusunya. Apabila terus dipaksa, bisa saja dia muntah (gumoh). Sebaliknya, apabila sang orang tua memaksa si bayi untuk menghentikan aktifitas menyusunya, pasti dia akan menangis, karena dia belum merasa kenyang.

Bagaimana sikap hidup orang percaya dalam iman dan percayanya? Bayi yang baru lahir tidak semata-mata digunakan oleh penulis untuk mengajak kita lahir baru seperti bagian-bagian kitab yang lain. Nampaknya penulis melihat kenyataan yang terdapat dalam diri seorang yang  “lahir baru” ketika menginginkan susu kemudian menariknya pada refleksi iman yang mendalam:

  1. Bayi yang baru lahir tidak perlu disuruh ataupun dipaksa untuk mencari susu ibunya, itu akan terjadi secara otomatis karena keinginannya sendiri. Begitulah seharusnya kerinduan orang percaya untuk selalu memperoleh harta yang murni dan bersifat rohani dalam kehendak Tuhan, haruslah berawal dari kesadaran dan keinginan diri bahwa itu adalah benar-benar dibutuhkannya.
  2. Bayi menginginkan susu bukan untuk kesenangan semata, melainkan dalam ketidaksadarannya susu itulah yang membuatnya bisa melangsungkan hidup dan bertumbuh. Orang Kristen harus  mencari kehendak Tuhan, supaya ia bisa bertumbuh olehnya; bukan sekedar untuk kesenangan atau kegembiraan saat ini, tetapi di atas segala-galanya, supaya ia bisa bertumbuh dan beroleh keselamatan.

Beriman kepada Tuhan haruslah didasari oleh keinginan diri yang kuat dan kesadaran bahwa itu menjadi kebutuhan bagi diri kita, bukan atas keterpaksaan atau karena motivasi yang lain. Jika dasar yang benar itu sudah kita miliki, maka untuk merubah diri kepada arah yang lebih baik (hidup baru) bukanlah perkara yang berat lagi, karena kita menjalaninya dengan kesukacitaan. Selamat menghayati hidup beriman layaknya seorang bayi yang baru lahir dan menyusu. (OCEP)

“Hanya dengan didasari kesadaran dan keinginan diri sendirilah orang dapat merubah hidupnya”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak