Tidak Besar Kepala – Jimat Andhap Asor Renungan Harian 20 April 2020

20 April 2020

Bacaan : Hakim-hakim 6 : 36 – 40  | Pujian : KJ. 408 : 1, 2
Nats:
“Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: “Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu,…” (Ay. 36)

Beberapa waktu yang lalu, jagat maya digegerkan dengan pernyataan mengejutkan artis tersohor Agnez Monica. Dalam sebuah wawancara dengan media luar negeri, Agnez mengeluarkan pernyataan bahwa dalam dirinya tidak memiliki darah asli Indonesia. Pernyataan ini menuai reaksi yang mencengangkan karena semua komentar yang bernada miring. Miris dengan berbagai komentar tanpa disadari telah membunuh ketenangan Agnez yang sebenarnya adalah keluarga atlet tenis meja di era 70an yang membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. Betapa sembrononya semua komentar yang ditujukan kepadanya tanpa analisa yang utuh dan berimbang.

Segala informasi yang diterima terlebih di jaman milenial memang seharusnya tidak ditelan mentah-mentah yang menyebabkan kerugian di pihak lain. Jaman semakin maju tetapi nalar semakin mundur. Ironis memang, dengan berbagai fasilitas teknologi informasi yang memudahkan tetapi tidak seluruhnya membuahkan hasil yang memuaskan. Tantangan ini tak pelak juga melanda kehidupan umat percaya dan gereja. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap?

Gideon tidak serta merta terbuai dengan kebanggaan, karena dipilih langsung oleh Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari musuhnya. Ia menguji apa yang dipercayakan Tuhan dengan cermat. Inilah yang membuat Gideon tetap berada di garis kebenaran Allah. Apa yang ia lakukan bukanlah sebuah sikap ketidakpercayaannya, namun ia menguji apakah kepercayaan yang diperolehnya benar-benar berasal dari Allah.

Gereja kita memiliki kiat jitu yang dapat membantu supaya kiprah pelayanan dan kehidupan umat tidak terjebak dalam dalam arus penghakiman dan keangkuhan. Rapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui kehendak Tuhan, disanalah harga diri, kerendahan hati, penalaran, keadilan, kemanfaatan, kasih pada sesama, sabar, ngalah dipertaruhkan demi kelangsungan hidup dan kebersamaan dan terpagari dengan kasih serta keikhlasan. Rembugkan juga menjadi media komunikasi non-formal yang tak kalah penting dalam menjalin dan melangsungkan kehidupan bersama di antara warga jemaat. Kita bersyukur memiliki pewarisan luhur sebagai bagian budaya yang mengedepankan kehidupan harmoni. Sudahkah kita memanfaatkannya supaya terbebas dari keangkuhan diri? (japri)

“Sing pada rukun, kabeh pada sedulur”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak