Bacaan: 1 Raja-raja 18 : 1 – 19 | Pujian: KJ. 357 : 1
Nats: “ …, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, ….” (Ay 12)
Ada seorang teman yang berprofesi sebagai prajurit TNI. Ia pernah mengatakan bahwa ketika seorang komandan memberikan perintah kepadanya, ia harus menjawab siap. Tidak ada rumus untuk bertanya macam-macam, walaupun perintah tersebut dirasa berat, bahkan sangat berbahaya, sehingga bisa saja mengancam keselamatannya. Sebagai seorang prajurit yang patuh kepada pimpinan, maka ia senantiasa mengikuti apa yang menjadi perintah komandannya.
Ketika Elia menerima perintah dari Tuhan untuk memperlihatkan diri kepada Ahab, ini bukanlah perintah yang mudah bagi Elia. Sebab saat itu Elia sedang dalam persembunyian dari kejaran Ahab yang berambisi untuk menghabisi nabi-nabi Tuhan, termasuk Elia. Di mata Ahab, Elia dipandang sebagi sosok yang telah mencelakakan Israel, sehingga harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Maka jika Elia menunjukkan dirinya kepada Ahab, hal itu sama saja Elia menyerahkan dirinya untuk dihabisi. Namun sekalipun sangat berisiko, Elia tetap siap untuk menjalankan perintah Tuhan. Ia meminta kepada Obaja, seorang pegawai Ahab supaya memberitahukan dimana posisinya. Namun Obaja tidak percaya dengan apa yang diminta oleh Elia, sehingga Elia berusaha untuk meyakinkan Obaja bahwa dirinya benar-benar siap untuk bertemu dengan Ahab. Melalui kisah ini, kita mendapatkan sebuah gambaran tentang Elia yang taat menjalankan perintah Tuhan. Meskipun ia harus menghadapi resiko yang berat, Elia tidak ragu untuk mengatakan “siap” atas perintah Tuhan. Elia tidak gentar dengan resiko yang harus dihadapi. Sebenarnya bisa saja Elia tidak menuruti perintah Tuhan, toh Obaja hampir saja tidak menuruti permintaan Elia.
Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita siap melakukan perintah Tuhan? Atau sebaliknya kita malah masih mencari banyak alasan? “Masih repot Tuhan, tidak bisa Tuhan,” dan bisa jadi kita menjadikan orang lain sebagai alasan kita untuk tidak melakukan perintah Tuhan. Saat ini kita diingatkan, sebagai anak-anak Tuhan ketika kita mendapatkan perintah dari Tuhan, maka kita harus “siap” meskipun perintah itu berisiko, kita harus tetap melaksanakannya, pantang mundur, dan tidak ragu-ragu, sama seperti Elia. Yakinlah bahwa Tuhan yang memerintah, pastilah Ia senantiasa melindungi dan menolong kita. Amin. [GL].
“Siap” adalah jawaban kita ketika Tuhan memberi perintah, tidak ada jawaban lainnya.”