Bacaan : Yeremia 32 : 1 – 9 | Pujian: KJ 250
Nats: “Sesungguhnya, Hanameel, anak Salum, pamanmu, akan datang kepadamu dengan usul: Belilah ladangku yang di Anatot itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak tebus membelinya.” [ayat 7]
Yeremia dilahirkan di kampung Anatot Yehuda, 5 km sebelah utara Yerusalem. Wilayah tersebut mempunyai adat bahwa hanya keluarga dekat yang mempunyai hak tebus terhadap suatu tanah warisan yang akan dijual. Dalam hal ini Yeremialah yang mempunyai hak tebus terhadap tanah keluarga Hanameel, anak pamannya. Di bacaan kita menggambarkan bahwa Yeremia mempunyai kemampuan bernubuat. Pada nubuat pertama yang disampaikan kepada Raja Zedikia, Yehuda akan mendapat hukuman dari Tuhan dengan hancurnya Yehuda oleh serangan Babel yang disertai pembuangan warganya. Hal ini Tuhan lakukan karena penolakan dan pemberontakan warga dan Raja Yehuda kepada Tuhan dan penolakan untuk bertobat.
Dalam nubuat yang kedua, Yeremia diperintahkan membeli tanah Hanameel saudara sepupunya untuk masa depan penduduk dengan membagi-bagikan kepada mereka setelah pulang dari pembuangan. Yeremia menyadari bahwa perintah itu adalah Firman Tuhan, maka ia melaksanakan dan bahkan akan membeli rumah, ladang dan kebun anggur untuk penduduk yang sudah berputus asa tersebut. Yeremia yakin bahwa kehendak Tuhan bagi dia untuk membeli ladang dan memberikan kepada penduduk adalah suatu pengharapan. Namun di lain pihak Yeremia juga mengalami keraguan atas rencana tersebut, karena banyak orang buangan di Babel mulai bertanya-tanya apakah ada harapan kemerdekaan dari pembuangan bangsa mereka setelah dibinasakan Babel tersebut. Di dalam doanya Yeremia mendapat jawaban Ilahi bahwa Tuhan menjanjikan pemulihan bangsa Yehuda pada masa depan. Tuhan memikirkan masa depan bangsa itu.
Marilah kita, dalam melakukan segala kegiatan pribadi, keluarga, gereja dan masyarakat, memikirkan masa depan. Jangan hanya memikirkan dan melakukannya demi masa kini. Itu berarti, kita harus memikirkan anak-cucu kita, generasi penerus kita. Jangan sampai mereka mengalami penderitaan seperti yang sedang kita alami atau mungkin akan kita alami. Amin. [Sri]
“Orang yang tidak egois selalu memikirkan orang lain dan masa depan.”