Bacaan : 1 Timotius 1 : 12 – 17 | Pujian: KJ 364
Nats: ” …dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani.” [ayat 15-16]
Mungkin kita pernah mengamati jalannya sebuah proses hukum di pengadilan. Seringkali jika seorang terdakwa mengakui secara jujur kesalahan yang dia lakukan, justru akan mendapatkan pertimbangan khusus dari majelis hakim yang memimpin persidangan. Kejujuran yang diberikan akan memperingan hukuman yang akan diberikan.
Paulus tanpa basa-basi mengungkapkan masa hidupnya yang kelam dalam suratnya di kitab 1 Timotius. Dia tidak malu untuk mengatakan bahwa dirinya adalah pribadi yang kejam dan jahat. Bahkan dengan jelas Paulus mengatakan bahwa di antara seluruh orang-orang yang ada di sekitarnya, dialah yang paling berdosa. Mungkin ini berkaitan dengan tugasnya yang memimpin “pasukan khusus” untuk menganiaya dan membunuh para pengikut Yesus. Namun kita semua tahu bahwa perjumpaannya dengan Yesus membuat dia berubah 180 derajat dan pada akhirnya menjadi pribadi yang baik dan setia kepada Yesus.
Melalui surat ini, Paulus mengajak kita untuk tidak perlu malu mengakui kejelekan dan keburukan kita di masa lalu. Setiap orang memiliki sisi hidup yang kelam dan bahkan mungkin memalukan. Namun jika kita berani mengakui kesalahan yang kita perbuat, lalu dengan kesungguhan untuk merubah hidup menuju ke arah yang lebih baik, maka Tuhan Yesus yang penuh kasih itu akan menolong kita dan bahkan memberikan kasihNya yang begitu besar bagi kita. Kunci utamanya adalah keterbukaan dan kesungguhan untuk memperbaiki diri.
Sikap Paulus ini benar-benar layak untuk kita teladani. Berani jujur dan terbuka atas kehidupan masa lalu yang kelam bukanlah akhir dari segalanya. Justru dengan keberanian kita untuk belajar dari kelamnya kehidupan kita di masa lalu akan membawa energi yang baik dan positif untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Mulailah jujur dan terbuka tentang masa lalu kita yang kelam kepada anak dan keluarga kita untuk menjadi pelajaran. [Oka]
“Belajar dari masa lalu, fokus pada masa depan adalah kunci untuk mewujudkan perubahan hidup.”