Majelis Agung dalam Sidang ke-109/2014 telah memutuskan untuk mendirikan koperasi guna mendukung program peningkatan ekonomi warga dan untuk membantu pembiayaan operasional GKJW di luar persembahan.
Setiap orang memiliki niat baik dalam rangka membangun kualitas hidup, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi sesamanya dan lingkungannya. Namun tidak semua orang berhasil mewujudkan niat baik tersebut, karena banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara untuk mewujudkan niat baiknya itu.
Clinical Pastoral Education (CPE) Kuarter Mojowarno telah berlangsung pada tanggal 28 Maret- 2 Juni 2016. Kegiatan ini merupakan program kerjasama di bidang pastoral antara Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW), RSK. Mojowarno dan United Evangelism Mission (UEM). CPE merupakan warna baru dalam dunia
1. PENGANTAR Seorang teolog bernama Paul Tillich menyatakan bahwa karakteristik dasar manusia adalah nalurinya untuk mengasuh dan mendampingi. Naluri ini muncul dalam berbagai wujudnya sepanjang rentang kehidupan manusia.[1] Sebagai salah satu contoh, mari kita lihat bagaimana naluri pribadi dan juga komunitas kita
“Seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya” (Maz.131:2) Demikian tema renungan yang disampaikan oleh Pdt. Sumardiyono pada saat ibadah pembukaan pelaksanaan proses Crash Program Pendeta Angkatan (CPPA) GKJW tahun 2016 ini. Program CPPA ini adalah keputusan Sidang Majelis Agung GKJW ke 111/2015 yang
Mesin waktu seolah membawa kita kembali ke tahun 1880-an saat memasuki gedung gereja GKJW Jemaat Mojowarno. Tidak banyak yang berubah dari tahun ke tahun. Mimbar kayu berukir, deretan bangku jemaat dan jendela masih tetap asli seperti saat Paulus Tosari berkarya di jemaat
Menurut Kamus[1], kata spirit itu berarti: roh atau semangat; sedangkan spiritual itu berarti: berhubungan dengan kejiwaan. Maka istilah spiritualitas itu biasanya dipahami sebagai: penjiwaan atau kesungguhan. Pada kenyataannya tidak ada suatu definisi yang secara luas disepakati bersama mengenai spiritualitas ini, sebab spiritualitas
Ekofeminisme adalah suatu gerakan yang menghubungkan antara feminisme dengan ekologi. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh penulis Prancis Françoise d’ Eaubonne dalam bukunya, Le Féminisme ou la Mort (1974). Ekofeminisme membahas di satu pihak, eksploitasi dan dominasi perempuan terhadap lingkungan; dan di
Sehubungan dengan peristiwa yang terjadi di Tolikara, Papua pada tanggal 17 Juli 2015 yang lalu, perkenankan Pelayan Harian Majelis Agung GKJW menyampaikan beberapa hal sebagai berikut: Majelis Agung GKJW menyesalkan dan turut prihatin atas terjadinya peristiwa di Tolikara, Papua yang tentunya mencederai