Selasa, 01 Desember 2020, sekitar jam 01.30 WIB terdengar suara guntur yang cukup keras di Bumi Pronojiwo. Tidak ada hujan yang menyertai. Ternyata itu pertanda bahwa Gunung Semeru memuntahkan lahar panas.
Di Dusun Sumbersari Desa Supiturang Kec Pronojiwo yang letaknya paling dekat dengan Gunung Semeru, tanah terasa bergetar, dan ternyata sejak sekitar jam 01.30 – 04.30 WIB atau sekitar 3 jam lahar panas mengalir dengan sangat cepat di Daerah Aliran Sungai Desa Supiturang, meliputi Daerah Aliran Sungai Sumbersari, Curahkoboan, hingga sampai di Sungai bawah Jembatan Gladak Perak.
Jam 05.30 WIB banyak penduduk Desa Supiturang menuju lokasi dekat aliran lahar, baik itu di Daerah Curahkoboan maupun Sumbersari, ternyata tumpukan material panas sudah menggunung. Menurut informasi penduduk setempat, ada satu orang korban meninggal yaitu sopir asal Probolinggo yang sedang mengoperasikan excavator.
Selain itu lahar panas membuat sebagian warga penduduk setempat kehilangan ladang karena ladang mereka ikut terbawa arus lahar panas. Pula beberapa ternak mati, seperti kambing, sapi, ditambah lagi area perkebunan milik warga setempat mengalami gagal panen karena lahar panas melewati area perkebunan mereka, tanaman lombok, kubis, padi, sengon, langsung hangus seketika. Ditambah lagi Hujan Abu dari Erupsi Semeru terbawa sekitar Kec Pronojiwo, Kec Pasirian Kab Lumajang bahkan terbawa sampai Kec Ampelgading serta Kec Dampit Kab Malang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kabupaten Lumajang segera sigap mengambil sikap dan langkah atas peristiwa bencana alam di Desa Supiturang Kec Pronojiwo. Tempat pengungsian segera ditentukan, Dapur Umum segera diadakan, Posko Penerimaan Bantuan pun segera didirikan. Lokasi pengungsi seperti di SD 04 Supiturang, pula di Balai Desa Supiturang. Posko Penerimaan Bantuan di Balai Desa Supiturang, dan Dapur Umum di lokasi lapangan Desa Supiturang.
Semua bahu membahu membantu warga terdampak erupsi Semeru, baik dari BPBD Kab Lumajang pula BPBD Provinsi Jawa Timur, dari TNI, dari Kepolisian, Pemerintah Desa Supiturang, Pemerintah Kec Pronojiwo, relawan dari berbagai unsur. Dukungan berupa daya, dana, bahan makanan, makanan siap saji, doa sungguh menjadi kekuatan dan berkat untuk penduduk setempat.
Tanggal 01 Desember – 07 Desember ditetapkan sebagai masa penanggulangan bencana. Ternyata status Gunung Semeru masih di Level 2 yaitu waspada sehingga masa darurat penanggulangan bencana di perpanjang sampai tgl 14 Desember 2020.
GKJW Majelis Daerah Malang (MD) IV segera merespon peristiwa bencana ini dengan bekerjasama dengan GKJW Jemaat Pronojiwo yang merupakan daerah/wilayah terdekat dengan lokasi kebencanaan (salah satu pepanthan wilayah pelayanan GKJW Pronojiwo yaitu Pepanthan Oro-oro Ombo bersebelahan dengan Desa Supiturang). Bersama dengan Tim Tanggul Bencana Daerah MD Malang IV, KPP-D, pada hari Kamis tanggal 03 Desember 2020 dikirimkan bantuan ke posko bantuan di Balai Desa Supiturang. Selain itu juga diberikan bantuan sembako untuk 3 KK warga GKJW Pronojiwo yaitu Pepanthan Oro-Oro Ombo, dengan cara berkunjung langsung ke rumah 3 KK tersebut: Keluarga Bapak Kaspar, Keluarga Bu Yayan, dan keluarga Bp Didin.
Karena perpanjangan masa penanggulangan bencana sudah ditetapkan, maka MD Malang IV juga memberikan respon. Rabu tanggal 09 Desember 2020 PHMD Malang IV, bersama dengan Tim Tanggul Bencana Malang IV, KPP Daerah Malang IV dan PHMJ GKJW Pronojiwo melakukan rapat. Rapat tersebut dilakukan setelah mendengar informasi bahwa Dapur Umum membutuhkan relawan untuk membantu menyiapkan bahan makanan.
Relawan dari GKJW membantu di dapur umum
Maka Majelis Daerah Malang IV merespon dengan cara menjadwal jemaat-jemaat se MD Malang IV untuk membantu di dapur umum yang berlokasi di Lapangan Desa Supiturang. Sejak kamis tgl 10 Desember – 14 Desember 2020 relawan dari GKJW membantu di lokasi dapur umum, setiap harinya 2 jemaat yang ditugaskan membantu, dengan ketentuan masing-masing jemaat mengirimkan personil 5-10 orang.
Pihak Dapur Umum sangat berterimakasih atas dukungan relawan di dapur umum dari GKJW. Setiap hari sekitar 2.200 nasi bungkusan dibagikan ke pengungsi. Relawan GKJW pun dengan sukacita membantu menyiapkan bahan mentah dan membungkus nasi.
Pula pada hari Sabtu 12 Desember 2020 jemaat-jemaat se MD Malang IV menghimpun dana untuk disalurkan ke warga masyarakat terdampak di RT 10 dan RT 11 Dusun Sumbersari Desa Supiturang. GKJW Pronojiwo diberi tugas untuk menyalurkan bantuan tersebut. Dana yang terkumpul pun dibelanjakan sembako, dan pada Sabtu siang jam 13.00 WIB disalurkan ke warga terdampak. MD Malang IV dalam menyalurkan bantuan bergabung dengan Komunitas Gowes Pronojiwo, sekitar 100 paket sembako disalurkan ke masyarakat terdampak.
Sekalipun hanya dalam rupa sembako, sekalipun hanya rupa tenaga di dapur umum, tetapi inilah persembahan yang bisa kami haturkan kepada Tuhan di tengah realitas bencana yang menimpa. Warga terdampak adalah sesama yang membutuhkan dukungan dari kita, sesama makhluk ciptaan Tuhan. Hal ini mengingatkan kita akan pertanyaan Ahli Taurat kepada Yesus “Siapakah Sesamaku manusia?” (bdk Luk 10:29b).
Pertanyaan yang sifatnya menguji tersebut oleh Yesus tidak dijawab dengan “sesama manusia adalah ini, sesama manusia adalah itu”. Jawaban Yesus yang menyentuh nurani pun di ungkapkan melalui perumpamaan, ada seorang Yahudi yang tertimpa musibah, bukan ditolong oleh Imam yang lewat ataupun seorang Lewi yang sedang melintas, justru pertolongan itu datang dari seorang Samaria yang murah hati.
Aksi konkret seperti Orang Samaria ini lah yang menggugah sisi kemanusiaan kita untuk memberi diri, membantu sesama. Menurut Yonky Karman, dalam buku “Merentang Sejarah Memaknai Kemandirian, hal 7, seharusnya manusia memperluas lingkaran sesamamu menjadi “siapa saja”, bukan dalam batas yang termasuk kelompoknya ditolong, dan yang bukan kelompoknya, diabaikan.
Siapa saja yang dalam kesusahan, siapa saja yang membutuhkan pertolongan, ya tolonglah!!! Pertanyaan seharusnya bukan siapa sesamaku, melainkan Apakah aku menjadi sesama bagi orang lain? Apakah aku menjadi sesama bagi yang mengalami penderitaan? Apakah aku menjadi sesama bagi yang tertimpa musibah? Itu yang patut dihayati di sepanjang kehidupan orang percaya. Dan pada akhirnya mimbar gereja membumi, ya benar-benar membumi, menyapa mereka yang menderita, merasakan kepedihan bersama mereka, kasih yang merangkul dan menguatkan, dengan tetap meyakini Allah menyertai kita, Imanuel. Selamat ulang tahun GKJW, selamat menyambut natal. Sukacita dan damai sejahtera kiranya dirasakan segenap makhluk.