Historisitas Gereja selalu berakar kuat, jalin-menjalin dalam konteks di mana Gereja itu lahir, tumbuh, dan berkembang. Demikian pula, salah satu Gereja yang adalah milik Tuhan, Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Eksistensi GKJW pada dasarnya ada sejak berdirinya Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan yang menyatakan diri berhimpun dan bersekutu sebagai satu persekutuan melalui pernyataan tekad kebersamaan dalam persidangan gerejawi pada 11 Desember 1931. Lahirnya Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan sendiri dimulai dari pengabaran Injil seorang Kristen bangsa Jerman penganut paham pietis, bernama Johanes Emde dan seorang Eurasia Jawa Kristen bernama C.L Coolen. Dengan cara masing-masing, mereka mengabarkan Injil kepada orang Jawa. Oleh pengabaran Injil mereka, pada tanggal 12 Desember 1843 di Gereja Protestan Surabaya di Héren Straat dekat Jembatan Merah Surabaya, ada 35 orang Jawa dibaptis. 34 orang dari Wiyung (Pak Dasimah, dkk) dan 1 orang dari Ngârâ (Yakobus Singâtrunâ). Baptisan pertama ini diikuti oleh baptisan kedua pada tahun 1844. Setelah itu kemudian berdiri 2 (dua) Pasamuwan Kristen Jawi, yaitu di Wiyung dan Sidâkaré.
Tahun 1848, Badan Pengabaran Injil Belanda (NZG) berhasil menempatkan seorang zendeling atau pengabar Injilnya, yaitu J.E. Jellesma di Surabaya. Pada mulanya, ia “ditempatkan” dalam arti nunut di Gereja Protestan Surabaya, sebab masa itu Pemerintah Hindia Belanda “melarang” adanya Pengabaran Injil di Pulau Jawa. Oleh Gereja Protestan Surabaya zendeling Jellesma ditugaskan menjadi juru tuai, yaitu membaptis orang Jawa yang ingin masuk Kristen. Pertama-tama ia membaptis 56 jiwa di Mâjâwarnâ, selanjutnya di Sidâkaré dan tempat-tempat lain di pedalaman Jawa Timur. Dia memanfaatkan tugas sebagai juru tuai untuk adaptasi dengan dunia Jawa sekaligus menjalin kerjasama dengan orang-orang Kristen Jawi di Wiyung, Sidâkaré, Tôgôgan-Srengat-Kediri. Langkah yang ia ambil itu merupakan bukti bergabungnya NZG ke dalam Pasamuwan Kristen Jawi. Kemudian ia mendirikan Pamulangan/sekolah untuk membentuk Pamulang Pasamuwan/Guru Injil. Lulusan pamulangan tersebut diutus mengajar dan mengabarkan Injil ke berbagai tempat di pedalaman Jawa Timur maupun ke Jawa Tengah. Oleh pekerjaan pengabaran Injil mereka, kemudian lahir atau berdiri Pasamuwan-Pasamuwan Kristen Jawi. Sampai dengan tahun 1900 di Jawa Timur telah berdiri lebih dari 31 Pasamuwan Kristen Jawi yang tersebar di Resort/daerah Penginjilan Mâjâwarnâ, Kediri, dan Swaru-Malang.
Pada tahun 1878, Badan Pengabar Injil Java Comite mengutus zendelingnya untuk mengabarkan Injil kepada orang Madura, tetapi di sana dia mendapat banyak perlawanan atau ditentang. Orang Madura pertama yang masuk Kristen adalah Pak Ebing..Kemudian Java Comite menempatkan zendeling di Bôndôwôsô ia sering berkegiatan di Sumberpakem. Dia tidak khusus PI kepada orang Madura, melainkan juga melayani pemeliharaan rohani orang-orang Kristen Jawi yang bekerja di perkebunan kopi di wilayah Situbôndô. Mereka adalah orang Kristen Jawi pindahan dari wilayah PI NZG. Tahun 1900 di perkebunan kopi Kayumas berdiri Pasamuwan Kristen Jawi. Dari perkembangan ini kemudian terjalinlah hubungan antara Badan Pengabaran Injil NZG dan Java Comite.
Jumlah orang Kristen Jawi yang pindah ke daerah Timur makin banyak, mereka juga giat mengabarkan Injil. Dari itu kemudian lahirlah Pasamuwan-pasamuwan Kristen di wilayah timur Jawa Timur antara lain, Tunjungrejâ, Rejâagung, Sidârenâ, dst.
Sejak tahun 1901-1926, setahun sekali zendeling NZG mengumpulkan seluruh Pamulang Pasamuwan Jawi Wetan (Guru Injil) untuk pembinaan perilaku, penguatan iman, koordinasi strategi Pengabaran Injil dan cara membangun pasamuwan. Pertemuan bertempat di salah satu Pasamuwan secara bergiliran.
Pada tahun 1918 Pasamuwan Mâjâwarnâ telah memiliki Majelis Pasamuwan dan kemudian pada bulan Juni tahun 1923 menjadi sebuah gereja atau Pasamuwan mandiri dengan bentuk presbiterial. Itu diharapkan bisa menjadi contoh bagi pasamuwan Kristen Jawi yang lainnya.
Para Zendeling NZG secara rutin berkoordinasi melalui Konferensi zendeling. Pada tahun 1928 Konferensi zendeling membentuk Panitia Penyusunan Tata Gereja untuk Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan. Panitia dipimpin oleh zendeling B.M. Schuurman dosen Baléwiyâtâ. Tata Gereja ini dimaksudkan sebagai alat untuk mendasari pembentukan Pasamuwan mandiri/dewasa dan atau sebuah gereja.
Oleh karena Panitia Penyusunan Tata Gereja belum berhasil, kemudian NZG meminta bantuan DR. Hendrik Kraemer seorang ahli bahasa dan budaya Jawa dari Lembaga Alkitab Belanda/NBG untuk meneliti keadaan sosial budaya Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan. Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus 1930.
Pada Februari 1931 Hasil Penelitian dibahas bersama dengan para tokoh orang Kristen Jawi untuk selanjutnya dibuatkan konsep Tata Gereja. Pembahasan dilakukan di Konsistori gedung gereja Pasamuwan Talun-Malang. Konsep Tata gereja bersifat sementara dengan usul mengenai institusi Sinode.
Atas usul Konferensi zendeling, NZG menyetujui dan memutuskan untuk mendirikan Sinode dan menetapkan Tata Gereja Sementara yang diharapkan akan menjadi pedoman bagi Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan dalam melangkah ke arah kehidupan gereja yang mandiri.
Pada hari Jumat tanggal 11 Desember 1931, Zendings-Consul atas nama NZG dan Java Comite melantik dan meresmikan berdirinya Majelis Agung dan menyerahkan kekuasaan/kepemimpinan atas Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan dari NZG dan Java Comite kepada Ketua Majelis Agung, yang saat itu sudah ditunjuk, yaitu C.W.Nortier. Hal itu diperlukan sebab secara institusi/lembaga, Majelis Agung merupakan representasi patunggilan atau persekutuan dari Pasamuwan-pasamuwan Kristen Jawi Wetan, yang pada saat itu terdiri atas 55 Pasamuwan dengan 23.080 jiwa warga.
Atas perkenan Tuhan, GKJW bertumbuh, berkembang menuju kedewasaannya. Pada tahun 2023 ini GKJW memasuki usia 92 tahun perjalanan. Perjalanan Gereja sebagai organisme sekaligus sebagai organisasi dalam seluruh dinamika yang dialami.
Soli Deo Gloria.