Menggumuli Panggilan Sebagai Pendeta GKJW Pembinaan Pendeta GKJW Masa Pelayanan 0-1 Tahun.

5 August 2017

Sebanyak 32 pendeta mengikuti “Pembinaan Kompetensi Organisatotris Pendeta GKJW”. Mereka adalah para pendeta GKJW yang ditahbiskan pada tahun 2016 dan 2017 (Masa pelayanan 0-1 tahun).
Pembinaan ini diadakan oleh Komisi Manajemen dan Sumber Daya Manusia (MSDM) GKJW di Malang pada tanggal 2-4 Agustus 2017. Tujuan pembinaan ini adalah untuk membekali para pendeta baru agar lebih memahami panggilannya sebagai pendeta dalam konteks GKJW.

Acara pembinaan dibuka dengan kebaktian yang dilayani oleh Pendeta Em. Iman Santoso Puro. Dalam khotbahnya, beliau mencontohkan empat orang penandu yang berusaha membawa orang lumpuh kepada Yesus (Markus 2: 1-12). Segala cara mereka tempuh termasuk membongkar atap rumah agar si lumpuh bisa berjumpa Kristus. Kristus pun akhirnya bersedia menyembuhkan orang lumpuh setelah melihat keyakinan dan kreativitas para penandu.

Seperti para penandu, menjadi Pendeta menuntut pula kreativitas agar bisa mendekatkan Jemaat kepada sang Kristus. Kreativitas sangat dimungkinkan di dalam gereja. Gereja bukan hanya institusi, tetapi juga arena penggembalaan. Kreativitas penggembalaan itulah yang bisa mendekatkan orang-orang “lumpuh” kepada Kristus.

 

Mandiri dan Menjadi Berkat

Pendeta Tjondro F. Gardjito, Ketua Majelis Agung GKJW dalam pembinaan tersebut mengingatkan para pendeta baru agar terus menggumuli panggilan Tuhan sebagai pendeta GKJW. Pemahaman yang benar akan membuat seorang pendeta tahu apa yang harus dilakukan untuk pelayanannya di jemaat.

“Panggilan pelayanan di GKJW hanya dikonsepkan dalam dua frasa : ‘Mandiri dan Menjadi Berkat’”, demikian Pendeta Tjondro mengingatkan. Itu berarti, pendeta bersama-sama warga jemaat harus berusaha mewujudkan kemandirian di segala bidang. Selain itu, pendeta juga harus mengajak jemaat yang dipimpinnya untuk menjadi jalan berkat bagi semua.

Lebih jauh Pendeta Tjondro mengingatkan bahwa jabatan pendeta di GKJW adalah jabatan melekat. Itu artinya, ada peran Tuhan yang memanggil seseorang menjadi pendeta. Campur tangan Tuhan itulah yang menjadikan seorang pendeta bisa menghayati panggilan masing-masing.

Baca Juga:  Pendeta Sumardijana Masuki Masa Purna Tugas

Pergumulan akan panggilan Tuhan pada hakekatnya adalah proses yang tidak pernah berakhir. Seorang pendeta dituntut kesetiaannya akan panggilan tersebut. Hal ini kemudian terkait dengan spiritualitas si pendeta. “Kalau tidak pernah berdoa, bagaimana bisa kita bisa setia dengan panggilan tersebut?” tanya Pendeta Tjondro.

Oleh karena itu tidak dikenal istilah “melamar pekerjaan” sebagai pendeta di GKJW. GKJW hanya memberikan kesempatan melayani kepada orang yang telah menerima panggilan khusus tadi. Di GKJW, bukan pendeta yang datang untuk membentuk jemaat. Melainkan Tuhan yang berproses memanggil orang-orang tertentu sebagai pendeta untuk memelihara jemaat yang sudah ada.

Itu berarti, panggilan sebagai pendeta GKJW tidak mengenal jenjang karier. Tidak ada promosi, atau demosi bagi pendeta. “Ini bukan pekerjaan. Ini melayani Tuhan” tegas Pendeta Tjondro. Setelah penahbisan, semua pendeta harus siap melayani dimanapun baik itu di lingkup majelis jemaat, majelis daerah, maupun majelis agung.

Untuk dapat menjawab panggilan tersebut, seorang pendeta GKJW harus memperlekapi diri dengan pemahaman tentang organisasi GKJW, Tata Pranata GKJW, wawasan GKJW, dan etika sebagai pendeta. Dibutuhkan pula pemahaman tentang liturgi dan dogma, system administrasi kesekretariatan dan keuangan serta perubahan konsep diri dari warga biasa menjadi seorang pendeta.

Dengan berbagai pemahaman diatas, diharapkan para pendeta baru ini dapat menjawab panggilan dengan setia, rendah hati dan dapat mengendalikan diri dengan baik.

 

Masa Emas

Dalam kesempatan yang sama, Pendeta Sumardiyono, Wakil Ketua Majelis Agung GKJW mengibaratkan usia 0-1 tahun sebagai “masa emas” pelayanan seorang pendeta. “Masa emas” itu hendaknya dikelola agar spiritualitas sebagai pendeta tetap membara hingga akhir masa pelayanan. Spiritualitas awal ketika seorang baru ditahbiskan sebagai pendeta harus sama dengan spiritualitas di pertengahan dan di akhir masa pelayanan.

Baca Juga:  Keputusan Bidang Personalia Sidang ke-115 Majelis Agung GKJW

Untuk menjaga hal itu, GKJW membentuk Komisi MSDM yang bertugas menolong seorang pendeta dalam melaksanakan tugasnya. “Kunci kehidupan gereja terletak pada sumber daya manusia” kata Pendeta Sumardiyono. Kehidupan jemaat yang semula tertata baik bisa rusak hanya karena adanya sumber daya manusia yang tidak baik.

Kegiatan pembinaan ini diakhiri dengan diskusi para pendeta dalam kelompok kecil bersama Tim Pendamping Pendeta (TIMPING) dan Komisi MSDM. Hal ini untuk mengendapkan semua wawasan yang didapat dan mempertajam tujuan pelayanan para pendeta ke depan.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak