Aku mau meneladani Yesus Kristus! Tuntunan Ibadah Anak 31 Desember 2023

18 December 2023

Tahun Gerejawi: Minggu pertama setelah Natal
Tema: Tuhan Maha Kuasa
Judul: Aku mau meneladani Yesus Kristus!

Bacaan Alkitab: Filipi 2:5-11
Ayat Hafalan: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)

Lagu:

  1. Ku Heran Allah Mau Memb’ri (KJ 387)
  2. ‘Ku Berbahagia (KJ 392)

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Mari mengawali dengan pertanyaan, “Apakah kita mengetahui kehendak Kristus?
Bagaimana membedakan dan memastikan bahwa apa yang kita ketahui adalah kehendak Kristus sendiri dan bukan kehendak kita yang seolah-olah kita anggap sebagai kehendak Kristus?

Jika kita menyimak surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Paulus mengungkapkan beberapa gagasan teologis penting yang dapat kita gunakan untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama. Di tengah konteks perbedaan yang meruncing yang menyebabkan pertikaian dan perselisihan di tengah jemaat, Paulus menegaskan pentingnya melepaskan keakuan (egosentrisme-keterpusatan pada diri sendiri) dan menaruh perhatian terhadap kepentingan orang lain (ayat 1-4). Kedua. Bagaimana melepaskan keakuan? Kita dapat melepaskan keakuan ketika kita mau membuka diri terhadap Sang Kristus Yesus sebagai Sang Kebenaran sejati (lihat Yohanes 14:6).

Jika kita membuka diri terhadap Sang Kristus Yesus, maka Roh Kudus yang adalah Roh Kristus, akan hadir untuk mendiami dan melingkupi kita. Sang Roh Kudus yang mendiami diri kita akan membimbing kita ke dalam seluruh kebenaran, mengaruniakan hikmat, pengertian, pengetahuan, dan penghiburan yang membuat kita dapat mengetahui kedalaman hati dan kehendak Sang Kristus. Jadi, hanya melalui pertolongan Sang Roh Kudus sajalah, kita dapat menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ayat 5). Artinya melalui Roh Kudus, kita dapat memiliki keserupaan perilaku dengan Sang Kristus Yesus. Dan melalui pertolongan Roh Kudus kita dapat dengan jernih membedakan manakah kehendak Kristus dan manakah yang sebenarnya bersumber dari keinginan/hasrat kita sendiri.

Ketiga. Sang Kristus Yesus memberikan teladan dan pedoman perilaku yang sangat jelas, yakni melalui pengosongan diri Allah (kenosis). Karena cinta-Nya yang begitu besar kepada dunia, Tuhan Allah Sang Pencipta yang Maha Tinggi bersedia mengosongkan diri-Nya, rela mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, dan merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di kayu salib (ayat 6-11). Semua itu Tuhan Allah lakukan demi mencintai dan merengkuh dunia.

Refleksi Untuk Pamong

Jika Tuhan Yesus meneladankan pengosongan diri kerendahan hati dan ketaatan untuk memanggul salib, maka kiranya semangat yang sama juga dapat kita hidupi secara serius. Sebagai pamong, mari memberikan keleluasaan ruang pada Sang Roh Kudus untuk memimpin kita sebagai pelayan yang siap mengosongkan diri demi merengkuh sesama dan membagikan cinta kasih-Nya kepada anak-anak secara total. Di tengah dunia yang sibuk meraup materi, berlomba menawarkan pemujaan terhadap diri sendiri secara narsistik dan berebut mengedepankan tampilan (performance), mari menghidupi spiritualitas kerendahan hati dan pengosongan diri, yang tidak sekadar mementingkan diri, melainkan memperhatikan kepentingan sesama.


TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA

Tujuan: Anak mampu meneladani kerendahan hati Yesus Kristus

Alat Peraga: Crown/mahkota raja (bisa dibuat dari kertas)

Pendahuluan
Sebagai pendahuluan, pamong menunjuk beberapa anak untuk memakai mahkota raja secara bergantian. Aturannya adalah saat anak menggunakan mahkota maka anak boleh memerintah semua orang dan melakukan apapun secara bebas, seperti layaknya seorang raja.

Inti Penyampaian
Anak-anak yang dikasihi oleh Tuhan Yesus…

Apakah yang anak-anak rasakan ketika anak-anak menjadi seperti raja?

Menjadi seorang raja itu enak dan menyenangkan ya? Ya! menjadi seorang raja itu memang sangat enak, bisa memerintah, meminta apa pun, punya banyak hak istimewa, dan bisa melakukan apapun semau kita sendiri, betul tidak?

Dalam bacaan Alkitab kita pada hari ini, yang terambil dari Filipi 2:5-11, Rasul Paulus memberitahu kepada jemaat di Filipi bahwa meskipun Yesus serupa dengan Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Bapa sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Yang Yesus Kristus lakukan malah sebaliknya, Ia membuat dirinya menjadi bukan siapa-siapa. Yesus tidak menggunakan hak istimewanya sebagai raja alam semesta untuk keuntungan-Nya sendiri. Yesus bahkan malah melepaskan mahkota-Nya untuk menjadi sama seperti manusia. Yesus “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” dan tidak memilih untuk menjadi raja semesta alam yang berkuasa.

Penerapan
Melalui Firman Tuhan hari ini, kita diingatkan kembali akan sifat rendah hati yang Yesus Kristus miliki.

Bagaimana caranya agar anak-anak dapat mengikuti teladan Yesus, menjadi anak-anak yang rendah hati dalam kehidupan kita sehari-hari? Caranya adalah dengan mengasihi, menghormati, tidak memandang rendah orang lain, atau tidak gampang mengejek kawan atau bikin sedih teman yang kondisi di keluarganya tidak seberuntung kalian. Jangan lupa untuk juga membantu kawan yang sedang sedih dan membutuhkan pertolongan ya. Dengan cara yang semacam itu, semoga kita dapat menjadi anak-anak Allah yang menghidupi kerendahan hati. 

Aktivitas
Membuat crown/mahkota raja. Bahan dan model yang digunakan disesuikan dengan kondisi di masing-masing tempat (silahkan pamong berkreativitas).

Setelah crown jadi, ingatkan kembali kepada anak bahwa:

“Yesus tidak menggunakan hak istimewanya sebagai raja semesta alam untuk keuntungan-Nya sendiri. Yesus bahkan melepaskan semuanya untuk menjadi sama seperti manusia “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” demi merengkuh dan mencintai dunia dan kita semua.


TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA

Tujuan: Anak meneladani kerendahan hati Yesus Kristus

Alat Peraga: Crown/mahkota raja (bisa dibuat dari kertas)

Pendahuluan
Sebagai pendahuluan, pamong menunjuk beberapa anak untuk memakai mahkota raja secara bergantian. Aturannya adalah saat anak menggunakan mahkota maka anak boleh memerintah semua orang dan melakukan apapun secara bebas, seperti layaknya seorang raja.

Inti Penyampaian
Anak-anak yang dikasihi oleh Tuhan Yesus…

Apakah yang anak-anak rasakan ketika anak-anak menjadi seperti raja?

Menjadi seorang raja itu enak dan menyenangkan ya? Ya! menjadi seorang raja itu memang sangat enak, bisa memerintah, meminta apa pun, punya banyak hak istimewa, dan bisa melakukan apapun semau kita sendiri, betul tidak?

Dalam bacaan Alkitab kita pada hari ini, yang terambil dari Filipi 2:5-11, Rasul Paulus memberitahu kepada jemaat di Filipi bahwa meskipun Yesus serupa dengan Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Bapa sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Yang Yesus Kristus lakukan malah sebaliknya, Ia membuat dirinya menjadi bukan siapa-siapa. Yesus tidak menggunakan hak istimewanya sebagai raja alam semesta untuk keuntungan-Nya sendiri. Yesus bahkan malah melepaskan mahkota-Nya untuk menjadi sama seperti manusia. Yesus “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” dan tidak memilih untuk menjadi raja semesta alam yang berkuasa.

Penerapan
Melalui Firman Tuhan hari ini, kita diingatkan kembali akan sifat rendah hati yang Yesus Kristus miliki.

Bagaimana caranya agar anak-anak dapat mengikuti teladan Yesus, menjadi anak-anak yang rendah hati dalam kehidupan kita sehari-hari? Caranya adalah dengan mengasihi, menghormati, tidak memandang rendah orang lain, atau tidak gampang mengejek kawan atau bikin sedih teman yang kondisi di keluarganya tidak seberuntung kalian. Jangan lupa untuk juga membantu kawan yang sedang sedih dan membutuhkan pertolongan ya. Dengan cara yang semacam itu, semoga kita dapat menjadi anak-anak Allah yang menghidupi kerendahan hati.

Aktivitas

  1. Membuat crown/mahkota raja. Bahan dan model yang digunakan disesuikan dengan kondisi di masing-masing tempat (silahkan pamong berkreativitas).
  2. Setelah crown jadi, ingatkan kembali kepada anak bahwa: “Yesus tidak menggunakan hak istimewanya sebagai raja semesta alam untuk keuntungan-Nya sendiri. Yesus bahkan melepaskan semuanya untuk menjadi sama seperti manusia “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” demi merengkuh dan mencintai dunia dan kita semua.

TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA

Tujuan:

  1. Anak jenjang madya mampu memahami konsep Tuhan Allah yang menjadi manusia di dalam Yesus Kristus
  2. Anak jenjang madya belajar menghidupi kerendahan hati sebagaimana teladan Yesus Kristus

Alat Peraga
alat tulis dan kertas manila besar

Pendahuluan
Pamong mempersilahkan setiap anak secara bergantian untuk menuliskan di kertas manila besar tentang “teladan Yesus Kristus,” berdasarkan pengetahuan yang pernah mereka baca dari Alkitab!

Inti Penyampaian
Filipi 2:5-11, mengisahkan tentang teladan Yesus Kristus yang perlu kita tiru dan hidupi, yakni sifat kerendahan hati.

Di ayat ke-5, Rasul Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Filipi untuk selalu rendah hati dan memiliki pola pikir yang sama seperti Yesus Kristus.

Dalam ayat ke 6-7, Rasul Paulus memberitahu kepada jemaat di Filipi bahwa meskipun Yesus serupa dengan Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Bapa sebagai sesuatu yang harus dipertahankan.  Sebalinya, Yesus Kristus justru membuat dirinya menjadi bukan siapa-siapa. Yesus tidak menggunakan hak istimewanya sebagai raja alam semesta untuk keuntungan-Nya sendiri. Yesus bahkan malah melepaskan mahkota-Nya untuk menjadi sama seperti manusia. Yesus “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” dan tidak memilih untuk menjadi raja semesta alam yang berkuasa.

Kristus Yesus memberikan teladan dan pedoman perilaku yang sangat jelas, yakni melalui pengosongan diri-Nya (kenosis). Mengapa demikian? Karena cinta-Nya yang begitu besar kepada dunia, Tuhan Allah Sang Pencipta yang Maha Tinggi bersedia menjadi rendah. Tuhan Allah rela mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri-Nya bahkan sampai mati di kayu salib (ayat 8-11).

Semua itu Tuhan Allah lakukan demi mencintai dan merengkuh dunia.

Penerapan
Melalui Firman Tuhan hari ini, kita diingatkan kembali akan sifat rendah hati yang Yesus Kristus miliki. Lantas, bagaimana caranya agar anak-anak madya dapat mengikuti teladan kerendahan hati sebagaimana yang telah ditampakkan oleh Yesus Kristus?

Salah satu caranya adalah belajar mengendalikan diri dari kecenderungan untuk flexing. Flexing adalah pamer tentang harta, pencapaian, dan berbagai hal lainnya kepada orang lain. Flexing biasanya dilakukan oleh orang yang dianggap punya terhadap banyak hal. Biasanya merujuk pada orang yang punya harta banyak, prestasi banyak, dan pencapaian lainnya.

Mengapa flexing tidak baik, sebab dapat menggerus empati dan menjerumuskan kita ke dalam kesombongan, arogansi, yang bertentangan dengan kehendak Kristus. Jika Yesus Kristus saja memilih mengambil rupa seorang hamba, lantas mengapa kita gemar menepuk dada dan ingin mengambil rupa sebagai seorang tuan? Mari sejak sekarang dan seterusnya, kita semakin bersemangat untuk menghidupi kerendahan hati!

Aktivitas

  1. Setiap anak menuliskan komitmen: ”Mulai hari ini saya berjanji menjadi anak Tuhan yang rendah hati, dengan cara: …
  2. Persilakan anak-anak untuk secara kreatif mengisi titik-titik di atas. Alternatif jawabanya misalnya, tetap rajin belajar walaupun sering mendapat nilai bagus, menolak sombong, mengendalikan diri untuk tidak pamer, membantu teman bila ada yang mengalami kesulitan belajar, tidak menyepelekan pelajaran, semangat mengerjakan tugas di sekolah, dan sebagainya. Silakan mengkompilasi tulisan-tulisan tersebut menjadi satu dalam selembar kertas manila besar, yang dapat ditempel sebagai semacam mading di ruang kelas jenjang madya.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak