MINGGU, 29 SEPTEMBER 2024
Judul: Aku anak baik
Tahun Liturgi: Penutupan Bulan Kitab Suci
Tema: Hidup Kudus
Bacaan Alkitab: Markus 9 : 38 – 50
Ayat Hafalan: Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Petrus 1: 14-16)
Lagu Tema: Mata Tuhan melihat
Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Murid-murid yang diwakili oleh Yohanes menyatakan keheranan karena ada orang, di luar kedua belas murid, yang berhasil mengusir setan dengan memakai nama Yesus. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Nampaknya ada perasaan iri atau perasaan takut tersaingi dalam diri para murid. Tetapi Yesus tidak keberatan bila orang itu memakai nama-Nya untuk mengusir setan. Dapat dipastikan bahwa orang tersebut adalah orang yang percaya pada Yesus walau ia tidak termasuk murid. Artinya orang itu bukan musuh Yesus. Yesus tidak mau para murid melihat pengusiran setan sebagai tindakan yang salah hanya karena orang itu tidak termasuk kedua belas murid. Karena dengan menolong orang lain, sesungguhnya orang itu telah melakukan perintah Allah.
Tuhan juga menghendaki umat-Nya untuk tidak melakukan dosa. Termasuk juga jika seseorang itu menyesatkan orang lain atau membuat orang lain jadi melakukan dosa. Dan orang menyesatkan orang lain itu patut mendapatkan hukuman. Bahkan bila salah satu anggota tubuh kita menyebabkan kita berbuat dosa, Tuhan menyuruh kita untuk memotong dan membuangnya. Tuhan ingin umat-Nya bisa mengendalikan semua anggota tubuhnya termasuk hati dan pikiran supaya tidak berbuat / menyebabkan dosa. Dalam kehidupan sebagai murid Tuhan, kita juga diharapkan menjadi garam atau bermanfaat secara positif bagi orang lain.
Refleksi Untuk Pamong
- Dalam pelayanan atau dalam hidup bergereja kita pasti akan berhadapan dengan pihak-pihak lain yang kita anggap tidak sejalan / sealiran dengan kita. Apakah kita kadang-kadang masih merasa bahwa kitalah yang paling benar dan pihak lain yang salah ?
- Sudahkah sebagai pamong kita mengajarkan pada anak-anak tentang Firman Tuhan dengan benar ?
TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA
Tujuan: Anak menyebutkan contoh sikap kudus
Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,
Minggu yang lalu kita punya salam istimewa ya, yuk kita ulangi lagi. (ajak anak-anak untuk mengucapkan kalimat “aku istimewa, kamu Istimewa” dengan gerakan sesuai kreativitas pamong). Kita semua di sini istimewa ya. Anak yang istimewa itu yang seperti apa sih? (beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab dan responlah jawaban mereka)
Kalau menurut Tuhan Yesus, anak yang istimewa itu seperti apa ya?
Kita cari jawabannya dari Alkitab yuk . Kita buka Injil Markus 9: 38-50. (tetaplah buka Alkitab untuk menunjukkan bahwa cerita yang akan disampaikan sumbernya benar-benar dari Alkitab).
Inti Penyampaian
Nah anak-anak, Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya supaya menjadi orang yang baik. Bagaimana ya caranya menjadi orang baik? ternyata kita harus menggunakan seluruh anggota tubuh kita dengan baik. Apa saja anggota tubuh kita? (bantu dan bimbing anak-anak untuk menjawab). Ya…. semua anggota tubuh kita, mata, telinga, mulut, kaki, tangan harus digunakan untuk melakukan kebaikan.
Apa ya kebaikan yang bisa dilakukan oleh anggota tubuh kita?
Kalau kita menolong teman yang jatuh, anggota tubuh apa yang kita gunakan? (anak-anak menjawab).
Yang kita gunakan semuanya ya. Mata kita gunakan untuk melihat teman yang jatuh. Lalu kaki kita gunakan untuk berjalan ke arah teman yang jatuh. Lalu tangan kita gunakan untuk mengandeng teman yang jatuh atau kita gunakan untuk menolongnya berdiri. Mulut kita gunakan untuk menghibur teman yang mungkin merasakan sakit karena jatuh.telinga kita gunakan untuk mendengarkan keluhannya. Mungkin dia mengatakan bagian mana yang sakit.(pamong bisa memberikan contoh yang lain atau yang lebih sesuai)
Penerapan
Jadi sekarang anak-anak sudah tahu kan, bagaimana menjadi anak yang baik seperti yang diajarkan Tuhan Yesus.
Aktivitas
Ajak dan bimbing anak-anak untuk membuat “kubus kebaikan”
Bagikan kubus kepada masing-masing anak. Mintalah anak-anak untuk menempelkan gambar-gambar tentang anak-anak yang melakukan kebaikan. (pamong sudah menyiapkan gambar-gambar kebaikan untuk ditempelkan di 6 sisi kubus). Kemudian mintalah anak-anak untuk menceritakan kebaikan yang ada disisi kubus tersebut. Tanyakan juga kebaikan yang mana yang pernah mereka lakukan.
TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA
Tujuan: Dengan kelompok anak menyusun contoh-contoh sikap kudus
Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,
Minggu yang lalu kita sudah belajar tentang nasihat atau pesan Yesus kepada murid-murid-Nya. Siapa yang masih ingat apa pesan Yesus? (jika anak-anak tidak bisa mengingatnya, berilah “clue” dari perikop minggu yang lalu). Ternyata pesan Yesus masih ada lanjutannya lho. Yuk kita lihat bersama-sama dari Injil Markus 9: 38-50
Inti Penyampaian
Nah sekarang anak-anak tahu ya, kalau Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya supaya menjadi orang yang baik. Hidup dalam kekudusan, atau yang sering disebut menjadi garam. Mengapa ya kok kebaikan itu disebut sebagai garam?
Apakah anak-anak pernah melihat garam? apa warnanya? bagaimana rasanya? Apa gunanya garam? (sampaikan pertanyaan –pertanyaan tersebut satu persatu dan beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab). Ya garam itu akan memberikan rasa yang enak pada makanan. Jadi garam itu memberi pengaruh yang baik pada makanan. Jadi yang dimaksud Yesus bahwa para murid termasuk kita semua harus menjadi garam adalah kita harus bisa memberi pengaruh yang baik, bagi orang-orang yang ada disekitar kita.
Bagaimana ya caranya menjadi garam atau hidup kudus? Ternyata kita harus menggunakan seluruh anggota tubuh kita dengan baik. Untuk melakukan kebaikan Apa saja anggota tubuh kita? (beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab). Ya…. semua anggota tubuh kita, mata, telinga, mulut, kaki, tangan harus digunakan untuk melakukan kebaikan. Apa ya kebaikan yang bisa dilakukan oleh anggota tubuh kita?
Kalau kita menolong teman yang jatuh, anggota tubuh apa yang kita gunakan? (anak-anak menjawab) Mata kita gunakan untuk melihat teman yang jatuh. Lalu kaki kita gunakan untuk berjalan ke arah teman yang jatuh. Lalu tangan kita gunakan untuk mengandeng teman yang jatuh atau kita gunakan untuk menolongnya berdiri. Mulut kita gunakan untuk menghibur teman yang mungkin merasakan sakit karena jatuh.telinga kita gunakan untuk mendengarkan keluhannya. Mungkin dia mengatakan bagian mana yang sakit. (pamong bisa memberikan contoh yang lain atau yang lebih sesuai)
Penerapan
Dengan menggunakan seluruh anggota tubuh kita untuk hidup dalam kekudusan, seperti yang diperintahkan Tuhan, berarti kita sudah menjadi garam bagi orang – orang disekitar kita.
Aktivitas
- Bentuklah beberapa kelompok.
- Bagikan kepada masing-masing kelompok sebuah jaring-jaring kubus.
- Mintalah anak-anak untuk menuliskan sikap hidup dalam kekudusan di tiap sisi kubus
- Anak membuat (melipat dan merekatkan) jaring-jaring kubus tersebut menjadi kubus.
- Masing-masing kelompok menceritakan tentang “ kubus kekudusan “ yang mereka buat.
Supaya lebih menarik dan menyenangkan, anak-anak bisa menulis dengan bolpoint / spidol warna –warni. Anak-anak juga bisa menghias kubusnya dengan stiker-stiker kecil (bunga, bintang, dsb)
TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA
Tujuan: Anak menjelaskan konsekuensi hidup jauh dari firman Tuhan
Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak,
Minggu yang lalu kita sudah belajar tentang nasihat atau pesan Yesus kepada murid-murid-Nya. Siapa yang masih ingat apa pesan Yesus? (jika anak-anak tidak bisa mengingatnya, berilah “clue” dari perikop minggu yang lalu) Ternyata pesan Yesus masih ada lanjutannya lho. Yuk kita lihat bersama-sama dari Injil Markus 9: 38-50
Inti Penyampaian
Nah sekarang anak-anak tahu ya, kalau Yesus berpesan kepada murid-murid-Nya supaya menjadi orang yang baik. Hidup dalam kekudusan, atau yang sering disebut menjadi garam. Mengapa ya kok kebaikan itu disebut sebagai garam?
Apakah anak-anak pernah melihat garam? apa warnanya? bagaimana rasanya? Apa gunanya garam? (sampaikan pertanyaan –pertanyaan tersebut satu persatu dan beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab).
Ya garam itu akan memberikan rasa yang enak pada makanan. Jadi garam itu memberi pengaruh yang baik pada makanan. Jadi yang dimaksud Yesus bahwa para murid termasuk kita semua harus menjadi garam adalah kita harus bisa memberi pengaruh yang baik, bagi orang-orang yang ada disekitar kita.
Bagaimana ya caranya menjadi garam atau hidup kudus? Ternyata kita harus menggunakan seluruh anggota tubuh kita dengan baik. Untuk melakukan kebaikan Apa saja anggota tubuh kita? (beri kesempatan pada anak-anak untuk menjawab). Ya…. semua anggota tubuh kita, mata, telinga, mulut, kaki, tangan harus digunakan untuk melakukan kebaikan. Apa ya kebaikan yang bisa dilakukan oleh anggota tubuh kita?
Kalau kita menolong teman yang jatuh, anggota tubuh apa yang kita gunakan? (anak-anak menjawab) Mata kita gunakan untuk melihat teman yang jatuh. Lalu kaki kita gunakan untuk berjalan ke arah teman yang jatuh. Lalu tangan kita gunakan untuk mengandeng teman yang jatuh atau kita gunakan untuk menolongnya berdiri. Mulut kita gunakan untuk menghibur teman yang mungkin merasakan sakit karena jatuh.telinga kita gunakan untuk mendengarkan keluhannya. Mungkin dia mengatakan bagian mana yang sakit. (pamong bisa memberikan contoh yang lain atau yang lebih sesuai)
Penerapan
Jadi artinya menjadi garam adalah hidup dalam kekudusan sesuai dengan perintah Tuhan dan memberi pengaruh yang baik pada orang di sekitar kita.
Dan untuk bisa hidup dalam kekudusan, kita harus dekat denganTuhan, rajin berdoa dan membaca Alkitab.
Aktivitas
(pamong memasang gambar pohon/tanaman yang layu)
- Bagikan “ post it “ (jika tidak ada bisa diganti dengan kertas lipat warna-warni yang digunting) pada anak.
- Anak-anak menuliskan konsekuensi hidup jauh dari Firman Tuhan. ( menjadi garam yang hambar/tidak asin lagi ).
- Anak-anak menjelaskan dari apa yang telah ditulisnya.
- Menempelkan tulisan tersebut di sekitar gambar tanaman yang layu.
- Setelah semua anak menempelkan kertas/tulisannya, pamong memberikan penjelasan bahwa anak yang jauh dari Firman Tuhan akan menjadi seperti tanaman yang layu. Tidak bisa berbuah, tudak ada gunanya. Dan akhirnya akan mati. (pamong bisa mengembangkan penjelasan tersebut dengan melihat/ menyesuaikan dari tulisan anak-anak)