Sombong vs Rendah Hati Tuntunan Ibadah Anak 26 Oktober2025

13 October 2025

Judul: Sombong vs Rendah Hati
Tahun Liturgi: Bulan Ekumene
Tema: Rendah Hati dan Saling Menghargai (Belajar untuk tidak merasa lebih baik dari orang lain, tetapi hidup dalam kasih dan pengharapan)

Bacaan Alkitab: Lukas 18:9-14
Ayat Hafalan: “…. Sebab, siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. (Lukas 18:14b)

Lagu Tema: Kidung Siwi 30 “You and I”

Penjelasan Teks (hanya untuk pamong)
Belas kasihan Tuhan akan diberikan kepada orang yang bukan hanya percaya kepada-Nya tetapi juga kepada orang yang benar-benar merendahkan hati kepada Tuhan dan sesamanya. Oleh karena itu Yesus memberikan perumpamaan yang menggambarkan sikap benar sendiri dan rendah hati. Hal itu digambarkan Yesus dengan sikap doa dari orang Farisi dan Pemungut Cukai yang menjadi contoh khas dari orang saleh dan orang berdosa pada jaman itu.

Orang Farisi ini sebenarnya tidak membutuhkan Tuhan, karena doa hanya menjadi rutinitas yang lebih banyak menekankan kesombongan atas keagamaannya, bahwa dia telah melakukan semua kewajiban agama dengan baik. Dengan kata lain ingin dikatakan orang yang saleh. Doanya seakan-akan adalah ucapan syukur tetapi kenyataan hanya memuji diri sendiri, bahkan dia menghina Pemungut Cukai yang berdoa kepada Tuhan. Dia tidak menyadari sifat sombong dalam doanya yang memandang diri paling benar di hadapan Tuhan sehingga merendahkan orang lain. Sedangkan pemungut cukai mendekatkan diri kepada Tuhan dengan kerendahan hati yaitu dengan mengakui dosanya dihadapan Tuhan. Bahkan dia tidak berani menengadahkan kepalanya, karena menyadari bahwa dia membutuhkan Tuhan dan hanya memohon belas kasihan dari Tuhan. Pemungut Cukai ini menggambarkan orang yang merendahkan hati, mengakui dosa dan memohon pengampunan di hadapan Tuhan karena merasa sebagai manusia yang tidak layak dihadapan Tuhan.

Menariknya bahwa orang Farisi yang merasa diri paling benar malah pulang ke rumah dengan tidak mendapat belas kasihan Tuhan. Sedangkan Pemungut Cukai yang merasa tidak layak dan berdosa, malah pulang ke rumah dengan mendapat belas kasihan Tuhan. Perumpamaan ini menekankan bahwa sikap rendah hati dan pengakuan dosa dengan sungguh-sungguh itulah yang berkenan kepada Tuhan serta mendapat belas kasihan-Nya.

Refleksi untuk pamong:
Belas kasihan Tuhan akan diberikan kepada orang yang bukan hanya percaya kepada-Nya tetapi juga kepada orang yang benar-benar merendahkan hati kepada Tuhan dan sesamanya. Melalui perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut Cukai ini bisa diketahui bahwa bukan orang yang sombong, merasa diri benar dan merendahkan sesama yang mendapat belas kasihan Tuhan. Melainkan orang yang rendah hati dan mengakui dosanya dengan sungguh-sungguh, itulah yang mendapat belas kasihan Tuhan. Disinilah pamong diingatkan untuk terus menjadi teladan bagi anak-anak agar mereka dapat menjadi rendah hati dan berani mengakui kesalahannya dengan sungguh-sungguh baik kepada sesama maupun kepada Tuhan.


TUNTUNAN IBADAH ANAK BALITA

Tujuan:

  1. Anak dapat menyebutkan dua tokoh dalam cerita (Orang Farisi dan Pemungut Cukai).
  2. Anak dapat memahami bahwa Tuhan mengasihi semua orang.

Alat Peraga: 

  1. Gambar anak katak.
  2. Gambar anak sapi.

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang terkasih,

Hari ini kakak akan bercerita tentang dongeng “Anak Katak Yang Sombong”. Siap-siap mendengarkan semua ya!!

Di sebuah sungai ada seekor anak katak yang bernama Keiko (pamong menunjukkan gambar anak katak). Keiko memiliki badan yang paling besar dan paling kuat dibanding teman-temannya. Sehingga menjadikan Keiko sombong, karena dia merasa dialah yang paling hebat, paling kuat dan paling besar diantara anak katak lainnya. Tidak ada satupun anak katak yang bisa mengalahkannya dan menandinginya. Sebenarnya kakak Keiko selalu mengingatkan agar Keiko tidak sombong dan mau menghormati teman-teman lainnya, tetapi nasihat itu tidak pernah didengar oleh Keiko. Karena kesombongannya, anak-anak katak yang lain malas jika harus bermain dengan Keiko. Jika ada Keiko mendekat, mereka akan segera pergi karena sudah bosan dan malas mendengar kesombongan Keiko.

Suatu hari ada seekor anak sapi yang sedang minum di pinggir sungai (pamong menunjukkan gambar anak sapi). Keiko melihat anak sapi itu, dia lalu berpikir siapa ya makhluk itu kok tubuhnya lebih besar daripada dia.

Keiko berkata “huh, berani sekali makhluk itu menyaingi aku, bagaimanapun aku adalah yang paling besar dan paling kuat disini”. Keiko tidak mau disaingi oleh anak sapi, dia harus tetap menjadi yang paling besar dan paling kuat. Sehingga kemudian dia menggembungkan dirinya agar bisa menjadi lebih besar dari anak sapi. Melihat Keiko menggembungkan diri, kakaknya bertanya “Keiko, kenapa kamu menggembungkan diri seperti itu?”. Keiko lalu menjawab “ada makhluk di pinggir sungai yang mau menyaingi aku, tetapi aku tidak mau kalah dengan dia, akulah yang paling besar dan paling kuat disini”. Kakak Keiko lalu melompat, melihat ke pinggir sungai, tempat dimana anak sapi itu minum. Kakak Keiko kembali melompat menuju tempat Keiko sambil berkata “Keiko, itu namanya anak sapi, memang ukuran badannya lebih besar daripada kita, kamu tidak bisa menyainginya. Sudah hentikan, jangan menggembungkan diri lagi, bahaya”. Tetapi Keiko tidak mau mendengar kakaknya, dia tetap harus menjadi yang paling besar dan paling kuat. Dia terus menggembungkan dirinya, terus dan terus sampai akhirnya terdengar suara “DUAR”. Ternyata tubuh Keiko meledak karena dia memaksa untuk terus menggembungkan dirinya.

Inti penyampaian
Anak-anak yang terkasih,

Keiko yang sombong akhirnya mendapat upah dari kesombongannya itu. Berarti tidak menyenangkan ya menjadi anak yang sombong itu. Sama seperti orang Farisi yang sedang berdoa. Saat berdoa, dia berdiri dan berkata dengan suara keras menyombongkan dirinya. Orang Farisi itu menyombongkan diri karena merasa sudah melakukan ibadah dengan baik. Dia menyebutkan apa yang sudah dilakukannya di dalam ibadah seperti berdoa dan memberi perssembahan dengan rajin, berpuasa, tidak mencuri (pamong bisa membahasakan dari ayat 11-12). Selain itu dia merendahkan orang lain. Orang Farisi merasa bahwa ibadahnya paling hebat dibandingkan dengan orang lain.

Di dekat orang Farisi itu, ada Pemungut Cukai yang juga sedang berdoa. Tetapi cara berdoanya berbeda dengan orang Farisi. Dia menjauh dari banyak orang dan dia memohon ampun kepada Tuhan karena dia menyadari dirinya bahwa dia adalah orang yang berdosa. Kalian tahu tidak pekerjaan Pemungut Cukai itu apa? Pekerjaan Pemungut Cukai adalah menarik pajak untuk orang Romawi, tetapi kadang mereka menarik pajaknya dilebihkan dan dipakai untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, Pemungut Cukai memohon pengampunan dari Tuhan karena dia sudah berdosa memeras orang lain dan dia berjanji tidak melakukan perbuatannya lagi. Di dalam doanya, Pemungut Cukai tidak sombong dan tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.

Penerapan
Anak-anak yang terkasih,

kalau melihat cara berdoanya Orang Farisi dan Pemungut Cukai, kira-kira Yesus memilih yang mana ya untuk didengarkan? Iya, Yesus lebih memilih Pemungut Cukai. Mengapa? Karena dia mau merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyesali dosa-dosanya. Yesus mengasihi semua orang. Sedangkan orang Farisi menyombongkan diri, dia merasa diri paling benar dan paling saleh. Yesus tidak suka dengan orang yang menyombongkan diri, apalagi jika orang itu merasa diri paling hebat dibanding orang lain. Sama seperti Keiko tadi, saat dia menyombongkan diri, tidak ada satupun teman yang mau bermain dengan dia.

Kita semua diajak untuk belajar rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Walaupun mungkin anak-anak memiliki prestasi yang tidak dimiliki teman lainnya. Tetap anak-anak harus belajar rendah hati, tidak sombong apalagi merendahkan teman. Jika sombong, teman-teman malas bermain dengan anak-anak. Bahkan kalau anak-anak sedang mengalami kesulitan, tidak ada teman-teman yang perduli atau mau membantu. Oleh karena itu kita semua harus selalu belajar rendah hati dan tidak sombong. Karena Tuhan Yesus mengasihi semua orang, tetapi Tuhan Yesus suka kepada orang yang rendah hati dan tidak sombong.

Aktivitas
Anak-anak bermain lempar bola dengan mengenali sikap sombong dan rendah hati.

Bahan :

  1. 2 buah kaleng yang diberi tulisan sombong dan rendah hati.
  2. Beberapa buah bola yang diberi beberapa tulisan.

Cara Bermain :

  1. Kaleng disusun bersebelahan antara yang bertuliskan sombong dan rendah hati.
  2. Ada beberapa tulisan yang ditempel di bola, diantaranya :
    1. Tidak mau mendengarkan orangtua.
    2. Merasa diri paling pintar di kelas.
    3. Meminjamkan mainan kesayangan.
    4. Membantu teman yang kesulitan belajar.
    5. Selalu menceritakan kehebatan diri.
    6. Selalu menceritakan barang-barang yang dimiliki.
    7. Berbagi makanan dengan teman.
    8. Mengejek teman.
    9. Bersyukur dengan yang dimiliki.
    10. Selalu merasa disaingi teman.
    11. Menerima nasihat orang lain.
    12. Tidak usil saat bermain.
    13. (pamong bisa menambahkan lainnya).
  3. Anak-anak bergantian melemparkan bola-bola tersebut. Mereka membaca (jika yang belum bisa membaca, bisa dibantu) tulisan yang ada di bola lalu melemparkan ke kaleng sombong atau rendah hati.

TUNTUNAN IBADAH ANAK PRATAMA

Tujuan:

  1. Anak dapat menceritakan kembali perumpamaan dalam Lukas 18:9-14.
  2. Anak dapat menjelaskan mengapa sikap sombong itu tidak baik.
  3. Anak dapat membedakan sikap rendah hati dan sikap sombong.

Alat Peraga: 

  1. Gambar anak katak.
  2. Gambar anak sapi.

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang terkasih,

Hari ini kakak akan bercerita tentang dongeng “Anak Katak Yang Sombong”. Siap-siap mendengarkan semua ya!!

Di sebuah sungai ada seekor anak katak yang bernama Keiko (pamong menunjukkan gambar anak katak). Keiko memiliki badan yang paling besar dan paling kuat dibanding teman-temannya. Sehingga menjadikan Keiko sombong, karena dia merasa dialah yang paling hebat, paling kuat dan paling besar diantara anak katak lainnya. Tidak ada satupun anak katak yang bisa mengalahkannya dan menandinginya. Sebenarnya kakak Keiko selalu mengingatkan agar Keiko tidak sombong dan mau menghormati teman-teman lainnya, tetapi nasihat itu tidak pernah didengar oleh Keiko. Karena kesombongannya, anak-anak katak yang lain malas jika harus bermain dengan Keiko. Jika ada Keiko mendekat, mereka akan segera pergi karena sudah bosan dan malas mendengar kesombongan Keiko. Suatu hari ada seekor anak sapi yang sedang minum di pinggir sungai (pamong menunjukkan gambar anak sapi). Keiko melihat anak sapi itu, dia lalu berpikir siapa ya makhluk itu kok tubuhnya lebih besar daripada dia. Keiko berkata “huh, berani sekali makhluk itu menyaingi aku, bagaimanapun aku adalah yang paling besar dan paling kuat disini”. Keiko tidak mau disaingi oleh anak sapi, dia harus tetap menjadi yang paling besar dan paling kuat. Sehingga kemudian dia menggembungkan dirinya agar bisa menjadi lebih besar dari anak sapi. Melihat Keiko menggembungkan diri, kakaknya bertanya “Keiko, kenapa kamu menggembungkan diri seperti itu?”. Keiko lalu menjawab “ada makhluk di pinggir sungai yang mau menyaingi aku, tetapi aku tidak mau kalah dengan dia, akulah yang paling besar dan paling kuat disini”. Kakak Keiko lalu melompat, melihat ke pinggir sungai, tempat dimana anak sapi itu minum. Kakak Keiko kembali melompat menuju tempat Keiko sambil berkata “Keiko, itu namanya anak sapi, memang ukuran badannya lebih besar daripada kita, kamu tidak bisa menyainginya. Sudah hentikan, jangan menggembungkan diri lagi, bahaya”. Tetapi Keiko tidak mau mendengar kakaknya, dia tetap harus menjadi yang paling besar dan paling kuat. Dia terus menggembungkan dirinya, terus dan terus sampai akhirnya terdengar suara “DUAR”. Ternyata tubuh Keiko meledak karena dia memaksa untuk terus menggembungkan dirinya.

Inti penyampaian
Anak-anak yang terkasih,

Keiko yang sombong akhirnya mendapat upah dari kesombongannya itu. Berarti tidak menyenangkan ya menjadi anak yang sombong itu. Sama seperti orang Farisi yang sedang berdoa. Saat berdoa, dia berdiri dan berkata dengan suara keras menyombongkan dirinya. Orang Farisi itu menyombongkan diri karena merasa sudah melakukan ibadah dengan baik. Dia menyebutkan apa yang sudah dilakukannya di dalam ibadah seperti berdoa dan memberi perssembahan dengan rajin, berpuasa, tidak mencuri (pamong bisa membahasakan dari ayat 11-12). Selain itu dia merendahkan orang lain. Orang Farisi merasa bahwa ibadahnya paling hebat dibandingkan dengan orang lain.

Di dekat orang Farisi itu, ada Pemungut Cukai yang juga sedang berdoa. Tetapi cara berdoanya berbeda dengan orang Farisi. Dia menjauh dari banyak orang dan dia memohon ampun kepada Tuhan karena dia menyadari dirinya bahwa dia adalah orang yang berdosa. Anak-anak tahu tidak pekerjaan Pemungut Cukai itu apa? Pekerjaan Pemungut Cukai adalah menarik pajak untuk orang Romawi, tetapi kadang mereka menarik pajaknya dilebihkan dan dipakai untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, Pemungut Cukai memohon pengampunan dari Tuhan karena dia sudah berdosa memeras orang lain dan dia berjanji tidak melakukan perbuatannya lagi. Di dalam doanya, Pemungut Cukai tidak sombong dan tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.

Penerapan
Anak-anak yang terkasih,

Kalau melihat cara berdoanya Orang Farisi dan Pemungut Cukai, kira-kira Yesus memilih yang mana ya untuk didengarkan? Iya, Yesus lebih memilih Pemungut Cukai. Mengapa? Karena dia mau merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyesali dosa-dosanya.

Yesus mengasihi semua orang. Sedangkan orang Farisi menyombongkan diri, dia merasa diri paling benar dan paling saleh. Yesus tidak suka dengan orang yang menyombongkan diri, apalagi jika orang itu merasa diri paling hebat dibanding orang lain. Sama seperti Keiko tadi, saat dia menyombongkan diri, tidak ada satupun teman yang mau bermain dengan dia.

Begitu juga anak-anak, kita semua diajak untuk belajar rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Walaupun mungkin anak-anak memiliki prestasi yang tidak dimiliki teman lainnya. Tetap anak-anak harus belajar rendah hati, tidak sombong apalagi merendahkan teman. Jika sombong, teman-teman malas bermain dengan anak-anak. Bahkan kalau anak-anak sedang mengalami kesulitan, tidak ada teman-teman yang perduli atau mau membantu. Oleh karena itu kita semua harus selalu belajar rendah hati dan tidak sombong. Karena Tuhan Yesus mengasihi semua orang, tetapi Tuhan Yesus suka kepada orang yang rendah hati dan tidak sombong.

Aktivitas
Anak-anak bermain lempar bola dengan mengenali sikap sombong dan rendah hati.

Bahan :

  1. 2 buah kaleng yang diberi tulisan sombong dan rendah hati.
  2. Beberapa buah bola yang diberi beberapa tulisan.

 

Cara Bermain :

  1. Kaleng disusun bersebelahan antara yang bertuliskan sombong dan rendah hati.
  2. Ada beberapa tulisan yang ditempel di bola, diantaranya :
    1. Tidak mau mendengarkan orangtua.
    2. Merasa diri paling pintar di kelas.
    3. Meminjamkan mainan kesayangan.
    4. Membantu teman yang kesulitan belajar.
    5. Selalu menceritakan kehebatan diri.
    6. Selalu menceritakan barang-barang yang dimiliki.
    7. Berbagi makanan dengan teman.
    8. Mengejek teman.
    9. Bersyukur dengan yang dimiliki.
    10. Selalu merasa disaingi teman.
    11. Menerima nasihat orang lain.
    12. Tidak usil saat bermain.
    13. (pamong bisa menambahkan lainnya).
  3. Anak-anak bergantian melemparkan bola-bola tersebut. Mereka membaca (jika yang belum bisa membaca, bisa dibantu) tulisan yang ada di bola lalu melemparkan ke kaleng sombong atau rendah hati.

TUNTUNAN IBADAH ANAK MADYA

Tujuan:

  1. Anak dapat memahami bahwa Tuhan lebih menghargai hati yang rendah daripada kesombongan.
  2. Anak dapat membedakan sikap rendah hati dan sikap merendahkan orang lain.
  3. Anak dapat merefleksikan apakah dirinya sudah bersikap rendah hati dan menghargai orang lain.

Pendahuluan
Selamat pagi anak-anak yang terkasih,

Siapakah dari anak-anak yang pernah memiliki prestasi? Entah itu juara kelas, juara olahraga, juara menyanyi, dll. (pamong menunggu jawaban anak-anak). Bagaimana perasaannya saat menjadi juara karena prestasi yang diraih?  (pamong bertanya kepada anak yang memiliki prestasi). Tentu perasaannya senang sekali ya. Kali ini kakak punya cerita tentang seornag anak yang selalu juara kelas.

Dani adalah seorang anak yang selalu menjadi juara kelas sejak dia duduk di bangku kelas 1 sampai dengan kelas 6. Setiap meraih juara kelas, Dani selalu mendapat piala dari wali kelasnya. Dia sangat bangga sekali karena sudah ada 11 buah piala yang dipasang di meja belajarnya. Saat Dani melihat bahwa di meja belajar Dina adiknya hanya ada 2 piala, dia lalu bertanya kepada mamanya. “Mama, kenapa di meja belajar Dina hanya ada 2 piala? Kan sekarang Dina sudah kelas 4, harusnya kan ada 7 piala”. Sang mama hanya tersenyum mendengar hal itu, sambil menunggu kelanjutan pertanyaan Dani. “kenapa ma? Apakah Dina tidak sepandai Dani? apakah Dina malas belajar tidak seperti Dani yang rajin? apa mama tidak malu punya anak yang jarang juara kelas? Ah seharusnya Dina mencontoh aku yang selalu juara kelas sejak kelas 1”. Sambil tersenyum mama menjawab pertanyaan Dani yang beruntun “nak, tau tidak semua anak itu diciptakan dengan kehebatannya masing-masing. Dani hebat di bidang pelajaran sehingga bisa selalu juara kelas. Jika Dina, adikmu tidak selalu juara kelas, bukan berarti dia tidak hebat, bukan berarti dia tidak pandai, Tetapi Dina diciptakan dengan kehebatan dan kepandaian yang lain yang berbeda dengan Dani. Jadi Dani tidak boleh menyombongkan diri akan kehebatan dan kepandaian Dani, karena orang lain juga memiliki kehebatan dan kepandaiannya sendiri-sendiri.”.

Inti penyampaian
Sama seperti Dani, orang Farisi merasa diri paling hebat saat dia berdoa. Orang Farisi adalah tokoh agama yang tahu Kitab Suci dan sangat disegani oleh banyak orang, dia adalah orang yang sangat saleh dan taat menjalankan peraturan agama dengan ketat. Sehingga dia merasa wajar di dalam doanya bersyukur karena bisa melakukan perintah agama dengan taat, seperti : rajin persembahan, tidak mencuri, dll (pamong bisa membahasakan ayat.11-12). Lalu apa yang menjadi masalah dari doa orang Farisi itu? Motivasi dari doanya adalah untuk menyombongkan diri, membanggakan diri di hadapan Allah. Dia menganggap dirinya paling benar dan paling saleh. Selain menyombongkan dirinya yang bisa melakukan perintah agama (ibadah) dengan saleh dan taat, orang Farisi itu merendahkan orang lain yaitu Pemungut Cukai. Pemungut Cukai adalah orang yang dibenci oleh orang Yahudi karena mereka menarik pajak untuk pemerintahan Romawi dengan cara yang kejam, bahkan mereka tega memeras bangsanya sendiri dengan menaikkan pajak yang harus dibayar. Dengan pekerjaannya itu, Pemungut Cukai dianggap berdosa dan tidak layak beribadah di Bait Allah. Sehingga saat berdoa, dia tidak berani menengadahkan kepala ke atas dan dia memohon belas kasihan Allah karena dia adalah orang yang berdosa. Dia bertobat di hadapan Allah dan membuka diri untuk mendapatkan belas kasihan Allah. Karena itulah Allah mengindahkan doanya.

Penerapan
Apa yang bisa kita pelajari hari ini? Allah menghargai sikap doa Pemungut Cukai dibanding orang Farisi karena Allah menghargai orang yang rendah hati, Allah tidak menyukai orang yang sombong apalagi merendahkan orang lain. Hal ini karena semua manusia diciptakan sangat berharga oleh Allah. Apakah anak-anak pernah bersikap sombong? Siapa yang bisa memberi contoh sikap sombong? Contoh sikap sombong adalah tidak mau mendengarkan nasihat orang lain, selalu membanggakan diri paling pandai dan paling hebat, dll (pamong bisa memberi contoh yang lain). Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita diajak untuk belajar rendah hati. Dengan rendah hati, anak-anak belajar untuk tidak sombong, tidak angkuh dan tidak merendahkan orang lain. Dengan rendah hati, anak-anak pun akan mau mendengar nasihat dari orang lain, selain itu juga berani mengakui kesalahan. Yesus pun berkata dalam Lukas 18:14 “sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. Kiranya kita semua dimampukan menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak sombong serta meremehkan orang lain.

Aktivitas
Anak-anak mengidentifikasi sikap sombong dan sikap rendah hati yang pernah dilakukannya serta merefleksikan dampak dari sikap tersebut kepada orang lain. No 1 adalah contoh. Masing-masing anak bisa mengidentifikasi 3-5 sikap sombong dan 3-5 sikap rendah hati yang pernah dilakukan.

No Sikap Rendah Hati Dampak Yang Dirasakan
1. Mau mendengar nasihat orangtua Bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

 

No Sikap Sombong Dampak Yang Dirasakan
1. Membanggakan diri paling jago main bola. Tidak ada teman-teman yang mau bermain bola bersama saya.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak