Tahun Gerejawi: Pra Paskah V
Tema: Yesus diurapi oleh Maria dari Betania
Bacaan: Yohanes 12: 1-8
Ayat Hafalan: “… Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itulah ibadahmu yang sejati …” (Roma 12:1)
Lagu Tema: KJ 363 Bagi Yesus kuserahkan
Tujuan:
- Remaja menjelaskan tentang makna kisah Pengurapan Yesus di Betania
- Remaja membuat program sederhana untuk aksi Paskah di jemaat sebagai wujud pemberian dan penghormatan kepada Yesus Kristus.
Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Yohanes 12:1-8 menceritakan tentang peristiwa yang terjadi enam hari sebelum perayaan Paskah – di mana Yesus datang ke Betania, sebuah desa dekat Yerusalem. Betania merupakan tempat tinggal Lazarus, yang telah dibangkitkan dari kematian oleh Yesus. Selanjutnya, Yesus diundang perjamuan makan malam dalam rangka memberikan penghormatan kepada Yesus yang dianggap sebagai sosok istimewa oleh mereka. Lazarus turut hadir sebagai salah satu tamu dan Maria, saudara perempuan Lazarus, mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal dan menyeka dengan rambutnya.
Yudas Iskariot yang sebagai salah satu murid Yesus, mengkritik tindakan Maria tersebut. Dia mengatakan bahwa minyak itu seharusnya dijual dan hasilnya diberikan kepada orang miskin – sepintas ketika dirasakan, apa yang dikatakan oleh Yudas itu baik, namun yang menjadi penting adalah motivasi dan dasar pikiran Yudas. Kritikan yang dilontarkan Yudas bukan didasari kepeduliaan terhadap orang miskin, melainkan karena karakter Yudas yang adalah seorang yang tamak akan materi.
Yesus yang melihat hal itu, memberikan pembelaan kepada Maria dan menegaskan bahwa apa yang dilakukan Maria adalah hal yang istimewa. Tindakan Maria ini dihayati sebagai tanda persiapan akan sengsara, kematian sampai Yesus dikuburkan. Poin ini menjadi penting karena pernyataan Yesus, bahwa orang miskin akan selalu ada di sekitar mereka, tetapi Dia sendiri tidak akan selalu berada di tengah-tengah mereka. Hal ini dimaksudkan bahwa Maria benar-benar melakukan yang terbaik sebelum peristiwa via dolorosa yang akan dialami oleh Yesus.
Upaya dan tindakan Maria untuk mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu merupakan salah satu bentuk penghormatan dan persiapan simbolis dalam penderitaan penyaliban dan kematian Yesus. Minyak narwastu yang mahal menjadi sebuah simbol pengorbanan yang istimewa dan penghormatan yang mendalam kepada sosok Yesus. Secara sederhana, poin ketulusan dan dedikasi dari Maria menjadi hal yang perlu dimaknai, meskipun (terkadang) bagian itu memunculkan kritik dan konsekuensi. Selanjutya, poin yang dilakukan oleh Yesus yang menghargai tindakan penghormatan yang tulus juga menjadi hal penting karena dianggap bagian ini semakin lama, menjadi bagian yang pudar dan semakin hilang.
Refleksi Untuk Pamong
Kisah tentang peristiwa Yesus diurapi oleh Maria dari Betania mengajak pamong untuk setidaknya menghayati aspek penting mengenai cinta, pengorbanan, dan penghormatan dalam kehidupan iman dan spiritual. Pertama, Pengorbanan Sejati – Tindakan Maria mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang mahal bukan sekadar aksi fisik, melainkan merupakan simbol dari cinta dan pengorbanan yang mendalam! Minyak ini bukan hanya berharga secara materi, melainkan juga melambangkan nilai spiritual. Ketika bagian ini dikaitkan dalam kehidupan para pamong, nampaknya perlu untuk menggumuli pertanyaan, “Apakah ada kesediaan diri untuk memberikan yang terbaik dari apa yang ada dalam diri kita, bahkan ketika bagian itu berarti mengorbankan kenyamanan dan sumber daya yang dimiliki?” Pengorbanan yang tulus, seperti yang ditunjukkan oleh Maria, adalah bentuk penyembahan yang mengungkapkan kesetiaan dan kasih yang mendalam.
Kedua, Kritik dan Pembelaan – Ketika Yudas Iskariot mengkritik tindakan Maria, bersama diajak melihat (terkadang) tindakan kasih yang tulus sering kali tidak dipahami oleh yang lain. Yudas, mewakili suara rasionalitas duniawi, memandang pengorbanan Maria sebagai pemborosan dan kesia-siaan. Namun, Yesus membela Maria dan mengakui bahwa tindakan tersebut mempersiapkan-Nya untuk pengorbanan terbesar – pengorbanan diri-Nya di kayu salib. Hal ini mengajak para pamong untuk tetap tahan uji meskipun kritik, tekanan, ketidakpahaman sering kali menjadi masalah dalam hal pemberian diri di hadapan Allah.
Ketiga, Keistimewaan Perjumpaan dengan Dia – Yesus menyatakan bahwa “orang miskin selalu ada di sekitar, tetapi Yesus tidak selalu ada di tengah-tengah mereka”. Bagian ini membawa pada pendalaman tentang pentingnya sebuah perjumpaan dengan Dia. Rutinitas seringkali memperangkap manusia dan menjadikannya abai akan momen berharga bersama Allah. Hal ini menjadi sebuah peringatan untuk terus bisa peka akan kesempatan dan waktu yang diberikan dan semakin mengenal dan melayaniNya selama masih ada kesempatan.
Tiga poin perenungan di atas memberikan daya bagi para pamong senantiasa mengasah hati untuk selalu memiliki kesediaan diri dalam memberikan yang terbaik bagi Dia, mengutamakan relasi bersama denganNya, serta meneladan kasih dan rengkuhanNya yang melegakan. Bersama melangkah dalam semangat untuk terus meneladan ketulusan, pengorbanan, cinta, serta rengkuhan yang dilakukan Yesus dan Maria dalam setiap sudut dan aspek kehidupan.
Pendahuluan
Pamong bisa mempersiapkan pelayanan dengan drama singkat. Adapun tokoh-tokohnya adalah
(1) Tina: sebagai seorang remaja yang sangat sibuk dengan kegiatan di media sosialnya
(2) Ibu Tina: sebagai seorang wanita sederhana yang selalu mengutamakan keluarga
(3) Teman-teman Tina
Judul Drama: Pemberian yang Bermakna
Adegan 1: Tina dan teman-temannya sedang berdiskusi tentang ulang tahun Ibu Tina yang semakin dekat.
Rina : “Kalian tahu nggak, minggu depan ibuku ulang tahun. Aku bingung mau kasih hadiah apa ya? Ibuku suka barang-barang sederhana, tapi aku pengen kasih sesuatu yang spesial tahun ini.”
Teman 1: “Kamu bisa kasih kue spesial, atau mungkin baju yang ibu kamu suka?”
Teman 2: “Atau kalau mau yang lebih berkesan, buatkan pesta kejutan besar untuk ibu kamu!”
(Tina tampak berpikir, tapi tetap belum menemukan jawaban yang tepat.)
Adegan 2: Di rumah, Tina melihat ibunya yang sibuk merapikan rumah dan memasak untuk keluarga. Di sudut ruangan, tampak sebuah kaleng berisi uang tabungan yang dikumpulkan oleh Tina untuk keperluan sekolah.)
Tina (berpikir sendiri): “Kalau aku pakai semua uang tabungan ini, mungkin aku bisa beli hadiah atau kue ulang tahun, tapi… apakah itu yang ibu benar-benar inginkan?”
(Tina teringat percakapan dengan ibunya beberapa hari sebelumnya, di mana Ibunya bercerita bahwa yang paling berharga baginya adalah waktu yang dihabiskan bersama keluarga.)
Adegan 3: Hari ulang tahun Ibu Tina tiba. Bukannya memberikan hadiah mahal, Tina memutuskan untuk melakukan hal yang berbeda. Ia mematikan ponselnya dan menghabiskan seharian penuh bersama ibunya – membantu pekerjaan rumah, memasak bersama, dan mendengarkan cerita ibunya. Di akhir hari, Ibu Tina terlihat sangat bahagia.
Ibu Tina: “Terima kasih, nak. Hari ini hadiah terindah bagi ibu bukan benda mahal, tapi waktu yang kau sedikan sehingga kitab bisa Bersama-sama sepanjang hari ini. Kamu memberi yang terbaik dari dirimu.”
Cerita
Teks Yohanes 12:1-8 disuguhkan sebuah tindakan luar biasa dari Maria. Di tengah-tengah jamuan makan, Maria datang membawa minyak narwastu yang sangat mahal, lalu menuangkannya ke kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya. Hal ini tentunya bukan hanya tindakan yang mengejutkan, melainkan juga sebuah tindakan yang berani dan penuh makna. Perlu diketahui bahwa, minyak narwastu yang Maria gunakan sangat mahal – bahkan setara dengan upah kerja selama setahun. Banyak orang di sekitar mereka, termasuk Yudas, melihat tindakan ini sebagai pemborosan. Mereka berpikir, “Kenapa tidak dijual saja minyak itu dan uangnya diberikan kepada orang miskin?” Dalam pandangan mereka, hal itu adalah cara yang lebih “bermakna-berguna”. Namun, Yesus melihatnya dengan cara yang berbeda. Dia tidak memandang nilai material dari minyak tersebut, melainkan melihat hati Maria. Yesus memahami bahwa apa yang dilakukan Maria bukanlah sekadar tindakan fisik, tetapi adalah ekspresi kasih yang tulus dan penghormatan yang mendalam.
Maria memberi yang terbaik dari dirinya kepada Yesus, bukan hanya sekadar wujud barang yang mahal (minyak narwatsu), melainkan dirinya sendiri. Maria memberikan kasihnya, penghargaannya, dan penghormatannya kepada Yesus. Tindakan ini adalah simbol dari pengabdian total Maria kepada Tuhan, yang jauh lebih berharga dari apapun yang bisa diberikan. Maria tidak hanya memberi minyak, tetapi dia memberi hatinya kepada Yesus.
Lantas untuk para remaja milik Kristus, bagian apa yang dapat dipelajari?
Sebagai remaja, tentu seringkali berpikir bahwa untuk menghormati Tuhan, harus melakukan hal-hal besar atau spektakuler! Tidak jarang muncul pikiran bahwa untuk mencapai sesuatu yang luar biasa harus memiliki sesuatu yang mahal dan berharga secara material untuk bisa menunjukkan penghormatan kita kepada Tuhan. Namun, dari kisah Maria, ada sebuah pembelajaran bahwa penghormatan sejati kepada Tuhan. Tuhan melihat hati, niat, ketulusan, dan bagaimana memberikan diri dengan total kepada-Nya.
Berangkat dari apa yang dilakukan Maria, pemberian terbaik itu bukan fisik yang menjadi utama atau terlihat besar di mata yang lain – pondasi utamanya adalah hati dan ketulusan tentang pemberian tersebut. Ketika bagian itu sudah digarap dengan baik, maka hal sederhana apapun bisa menjadi bermakna besar sebagai cerminan penghormatan dan pemberian kepada Tuhan (bdk. cerita Tina yang memberikan waktunya untuk ibu).
Aktivitas
Teman-teman remaja berdiskusi mengenai program AKSI PASKAH yang akan mereka laksanakan di jemaat sebagai bentuk pelayanan kepada sesama. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk mengadakan kegiatan sosial yang sederhana namun bermakna, kepada keluarga yang membutuhkan di sekitar gereja, Selain itu, mereka juga berencana untuk mengunjungi-menghibur para adi-usia jemaat dengan lagu-lagu rohani. Harapannya dengan melakukan aktivitas-kegiatan ini, para remaja dapat membawa sukacita sekaligus menumbuhkan semangat peduli dan melayani sebagai bentuk pemberiaan yang terbaik dari diri.