Sambut Dia Dengan Langkah Dan Upaya Nyata Tuntunan Ibadah Remaja 13 April 2025

31 March 2025

Tahun Gerejawi: Minggu Palmarum
Tema: Sambutlah Sang Mesias

Bacaan: Lukas 19: 28-40
Ayat Hafalan: “…Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang Mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: “Hosana bagi remaja Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!”…” (Matius 21:9 )

Lagu Tema: KJ 314 Pujilah Sumber Hidupmu

Tujuan:

  1. Remaja mampu menjelaskan cerita dan memaknai Peristiwa Minggu Palmarum
  2. Remaja menyatakan penyambutan Yesus Kristus dalam tindakan nyata dalam aspek kehidupan mereka

Penjelasan Teks (Hanya Untuk Pamong)
Lukas 19:28-40 menceritakan tentang peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem, yang dikenal sebagai “Minggu Palmarum.” Bagian teks ini tidak sekadar menggambarkan kedatangan Yesus ke Yerusalem, akan tetapi lebih dalam dari itu juga mengandung makna teologis dan simbolis yang menandakan momen penting dalam perjalanan-Nya menuju penyaliban. Peristiwa ini terjadi menjelang Paskah di saat Yesus akan menghadapi via dolorasa. Hal ini menjadi momen yang menegangkan, baik secara politik maupun spiritual. Perlu diingat bahwa Yerusalem adalah pusat agama Yahudi dan kedatangan Yesus ke sana membawa harapan, sekaligus juga tantangan.

Ketika akan memasuki Yerusalem, Yesus mengutus dua murid-Nya untuk mengambil seekor keledai yang terikat di desa terdekat. Perintah ini menunjukkan otoritas Yesus – Dia mengetahui di mana keledai itu berada dan siap untuk dipakainya – keledai dalam hal ini bukan hanya simbol tentang kerendahan hati, namun juga menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja yang datang dengan cara yang sederhana dan damai. Hal ini menjadi poin penting, di mana cara Allah berkarya (terkadang) bertentangan dengan ekspektasi manusia yang menginginkan kekuatan dan kejayaan. Semakin menarik ketika melihat respon dari pemilik keledai. Ketika murid menjelaskan bahwa “Tuhan membutuhkan”, sang pemilik langsung membiarkan mereka membawanya. Bagian ini menunjukkan bahwa ada respon positif terhadap panggilan dan pengutusan yang diberikan Yesus. Ketaatan dari pemilik keledai menjadi sebuah tanda bahwa Allah sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatangan Yesus sebagai tatanan yang dipersiapkan untuk karya yang lebih besar.

Jika menilik dalam sudut pandang Perjanjian Lama, bagian ini merupakan penggenapan dari apa yang telah dinyatakan oleh Zakaria bahwa Raja akan datang dengan rendah hati, mengendarai keledai (bdk. Zak. 9:9). Sebuah cara yang sungguh istimewa, proses kedatanganNya ditandai dengan damai dan keramahtamahan, bukan dengan kekerasan, keperkasaan, serta arogansi.

Selanjutnya, saat Yesus memasuki Yerusalem, orang banyak meletakkan jubah mereka di jalan dan melambaikan daun palma. Seruan yang mereka nyatakan adalah pengakuan akan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Perlu diketahui bahwa konsep Mesias yang ada dalam pemikiran mereka adalah sosok yang akan membebaskan mereka dari penindasan – masyarakat pada saat itu menginginkan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, sehingga dapat dikatakan bahwa pengakuan dan pemahaman mereka tentang Yesus yang adalah Mesias belum menjadi pemahaman yang utuh. Orang Farisi yang melihat semua ini merasa terganggu dan meminta Yesus untuk menegur para murid agar tidak bersorak. Respon Yesus begitu menarik, “jika mereka diam, batu-batu ini pun akan bersorak.” Sebuah respon yang menandakan bahwa pengakuan Yesus sebagai raja adalah sesuatu yang tidak dapat dihalangi.

Secara sederhana, perikop ini menggarisbawahi tentang pentingnya pengakuan akan Yesus sebagai Mesias dan Raja. Meskipun di balik sorak-sorai dan sukacita itu termuat ketegangan yang mendalam – antara harapan masyarakat akan pembebasan jasmani (penjajahan romawi) berbenturan dengan misi sejati Yesus untuk membawa keselamatan spiritual. Bagian ini menjadi hal yang penting untuk menjadi sebuah pergumulan tentang cara pandang manusia menyambut dan menerima Yesus. Cara pandang total atas misi Yesus sebagai pembawa damai, yang bahkan (terkadang) JalanNya tidak sesuai dengan harapan dan pemikiran manusia. Momen menyambut Yesus Sang Mesias menjadi sebuah tanda atas upaya membuka hati dan mengenali kehadiranNya dalam kacamata kehendak dan tatananNya.

Refleksi Untuk Pamong
Berangkat dari peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem yang disambut sebagai Mesias, ada beberapa narasi yang menarik untuk dilihat lebih dalam sebagai bentuk refleksi para pelayan yang senantiasa dengan setia mendampingi remaja dan menjadi teladan bagi mereka.
Pertama, Kerendahan Hati Yesus dalam Simbol Keledai yang Ditunggangi – dalam momen kedatangan-Nya ke Yerusalem, Yesus memilih untuk mengendarai keledai bukan kuda yang identik dengan keperkasaan dan kekuatan. Hal ini menjadi sebuah simbol bahwa Yesus datang menyapa dalam kerendahan hati yang merengkuh umat. Sikap yang dilakukan Yesus ini seharunya menjadikan para pamong khususnya untuk menghayati kembali tentang posisi kerendahan hati ini – bahwa kekuasaan itu tidak serta merta sama dengan kekuatan dan kemewahan. Yesus mengajarkan bahwa kekuasaan sejati ditemukan dalam kerendahan hati dan pelayanan. Penting: dalam simbol keledai ini, bersama diingatkan untuk melayani dan menghindari kesombongan hanya sekedar upaya pencarian status!

Kedua, Respon Positif Pemilik Keledai – ketika murid Yesus meminta keledai, pemiliknya tidak ragu-ragu untuk menyerahkannya. Respon ini menggambarkan ketulusan dan ketaatan yang istimewa yang dituangkan oleh pemilik keledai dalam menanggapi Yesus, meskipun dia harus melepaskan apa yang dimiliki. Narasi ini mengajak untuk mempertanyakan diri, seberapa tanggap para pelayan ini merespon panggilan Tuhan dalam kehidupan? Apakah ada kesediaan melepaskan apa yang dimiliki untuk tujuan dalam merespon panggilan itu? Respon positif pemilik keledai menunjukkan bahwa setiap ketaatan dapat menjadi salah satu bagian dari rencana dan tatananNya dalam kehidupan yang lebih baik.

Ketiga, Sorakan Masyarakat: Antara Ketegangan Harapan dan Misi Yesus – ketika masyarakat bersorak menyambut Yesus, ada harapan besar akan pembebasan dari penindasan Romawi. Namun, harapan dari mereka ini berbenturan dengan misi Yesus yang lebih dalam, yakni membawa keselamatan spiritual. Bagian yang menjadi poin penting dalam diri para pamong untuk menelisik ke dalam diri tentang kesediaan menerima kenyataan bahwa Tuhan (mungkin) memiliki tatanan yang berbeda dengan apa yang menjadi harapan. Ketegangan ini mengundang diri untuk lebih memahami dan mendalami tujuan-Nya, bahkan ketika sampai pada titik tersulit dan terendah.

Berangkat dari hal ini, upaya membuka hati melihat karya Yesus dalam kejernihan menjadi hal yang tidak bisa dianggap sebelah mata, apalagi kehidupan yang (sering) dipenuhi dengan keramaian dan hiruk-pikuknya, kecenderungan menjadikan diri mudah untuk kehilangan pandangan tentang makna kehadiran-Nya. Kejernihan hati menjadikan para pamong mampu mengenali tanda kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.

Pendahuluan
Sebelum memulai perenungan dari Lukas 19:28-40, ajak remaja melakukan sebuah aktivitas sederhana yang akan membantu mereka memaknai peristiwa yang terjadi ketika Yesus masuk ke Yerusalem. Aktivitas yang dilakukan adalah, “Kapal Terbang Pujian”. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

  1. Persiapan: Siapkan beberapa kertas kecil dan alat tulis. Minta setiap remaja untuk menuliskan satu hal yang ingin mereka puji tentang Tuhan atau sebuah ucapan syukur yang ada dalam hati mereka.
  2. Bentuk Kapal Terbang: Setelah menulis, ajak semua remaja untuk melipat kertas mereka menjadi bentuk kapal terbang. Bagian ini menjadi simbol dari pujian kita yang terbang tinggi kepada Tuhan.
  3. Penerbangan Pujian: Ajak remaja untuk berdiri dalam satu lingkaran. Satu per satu, setiap remaja akan melemparkan kapal terbang mereka ke tengah lingkaran sambil mengucapkan pujian atau ucapan syukur yang telah mereka tulis. Hal ini bertujuan agar para remaja setidaknya merasakan bagaimana orang banyak menyambut kedatangan Yesus di Yerusalem dengan sorak-sorai dan pujian.

Setelah semua kapal terbang terlempar, tanyakan kepada mereka bagaimana perasaan mereka saat melakukannya. Diskusikan sejenak mengapa pujian dan pengakuan kita kepada Tuhan itu penting, serta bagaimana mereka dapat menerapkannya dalam hidup sehari-hari secara konkret! Setelah melakukan aktivitas ini, dilanjutkan dengan pembacaan Lukas 19:28-40, di mana Yesus dimuliakan oleh orang banyak saat Ia memasuki Yerusalem.

Cerita
Teman-teman yang terkasih, dalam Lukas 19:28-40 diceritakan tentang momen di mana Yesus memasuki Yerusalem. Diceritakan dalam teks tersebut ketika Yesus memasuki Yerusalem, Dia memilih untuk menunggangi keledai, bukan kuda yang biasanya identik dengan kekuatan dan keperkasaan. Pilihan keledai yang dipakai dalam bacaan ini memberikan makna bahwa Yesus ingin menunjukkan kepada orang pada saat itu bahwa kekuasaan sejati tidak terletak pada status atau kekuatan-keperkasaan, tetapi dalam kerendahan hati dan pelayanan. Tentunya bagian ini menjadi sebuah hal yang perlu dicermati sebagai remaja milik Kristus. Apa yang telah dilakukan Yesus mengajak semua remaja untuk menyadari bahwa kekuatan, status, dan keperkasaan bukanlah ciri dari orang yang mengenal dan menyambut Kristus, melainkan sikap rendah hati itulah yang mampu menjadi dasar untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama. Oleh karena itu, dalam momen menyambut Yesus perlu sebuah upaya untuk mengikuti teladanNya dengan cara belajar terus rendah hati dengan semua orang.

Selanjutnya, ketika murid-murid Yesus meminta keledai, pemiliknya segera menyerahkan tanpa ragu. Coba bayangkan kalian menjadi pemilik dari keledai itu? Apakah dengan sigap mempersilahkan atau malah sebaliknya? Respon tulus dari seorang pemilik keledai ini menggambarkan ketaatan yang luar biasa yang ditunjukkan kepada Yesus. Dalam kehidupan, seringkali juga dihadapkan pada komitmen untuk terus taat kepada Tuhan, namun pertanyaannya adalah “apakah kita masih memiliki sikap tanggap akan Tuhan? Apakah kita bersedia melepaskan waktu, energi, atau bahkan sesuatu yang dimiliki untuk Tuhan? Ketaatan yang ditunjukkan oleh pemilik keledai menunjukkan bahwa setiap tindakan kecil dapat menjadi bagian dari rencana Tuhan dalam menciptakan kebaikan yang lebih besar.

Dan yang menjadi menarik adalah ketika orang banyak itu menyerukan “Hosana … Hosana” Teriakan mereka ini mengharapkan pembebasan dari penindasan yang pada waktu itu Israel ada dalam kekuasaan Romawi. Namun, harapan mereka ini berlawanan dengan misi Yesus yang lebih dalam, yaitu keselamatan yang lebih utuh! Hal ini mengajak semua untuk menelaah diri dan menerima kenyataan bahwa (terkadang) Tuhan mungkin memiliki rencana yang berbeda dari apa yang diharapkan dan dipikirkan manusia.

Nah, sebagai remaja milik Kristus tentunya juga memiliki impian dan harapan yang kuat, akan tetapi terkadang Tuhan mungkin memimpin ke arah yang berbeda. Dalam menghadapi bagian yang demikian ini, penting untuk tetap membuka hati dan memahami rencana-Nya bahkan ketika ada dalam keadaan dan tantangan yang tersulit sekalipun Di awal tadi telah bersama untuk membuat “Kapal Terbang Pujian” – yang menjadi poin pentingnya adalah apa yang membuat kita memuji dan memuliakan DIA? Ketika pujian itu tidak didasari dengan sikap penyerahan diri dan berupaya dalam suatu tindakan nyata yang sesuai dengan teladanNya, maka pujian yang dilontarkan itu tidak akan pernah bertahan lama – semua akan menjadi sia-sia. Keterbukaan hati untuk melihat karya Yesus dalam kehidupan, memampukan diri untuk mengenali kehadiran-Nya di tengah keramaian dan tekanan kehidupan. Kejernihan hati membantu memahami makna kehadiran-Nya dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan. Sambut Dia bukan hanya dengan kata, sambut Dia dengan upaya nyata yang terus mengarah pada setiap teladan dan pengajaranNya yang istimewa.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak