Minggu Natal 1
Stola Putih
Bacaan 1: Yesaya 61 : 10 – 62 : 3
Bacaan 2: Galatia 4 : 4 – 7
Bacaan 3: Lukas 2 : 22 – 40
Tema Liturgis: GKJW Merayakan Keseharian Bersama Yesus Saat Ini Disini
Tema Khotbah: Tidak Dilupakan dan Melupakan Tuhan di Sepanjang Tahun Ini
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 61 : 10 – 62 : 3
Bacaan ini diawali dengan nada gembira yang dirasakan oleh Yesaya dan kemudian dibagikan kepada umat di Yerusalem. Yesaya memperdengarkan kabar dan janji tentang keselamatan dan pembebasan dari Tuhan. Judul perikop pasal 61 adalah “Kabar Selamat kepada Sion” dan dalam versi Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) adalah “Kabar Gembira tentang Pembebasan”. Ada tanda harapan baru dalam suasana pergumulan yang sedang dialami oleh Israel. Apalagi topik tentang hal-hal sosial seperti kemiskinan dan ketidakadilan serta pergumulan pribadi sebagai persoalan yang dirasakan banyak orang dalam jangka waktu yang lama juga hendak dibebaskan oleh Tuhan. Kelompok yang tertindas dan berada di lapisan bawah pun bisa bangkit. Misalnya kata “orang-orang sengsara, orang-orang yang remuk hati, orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung, serta kepada semua orang berkabung” (Ay. 1-9). Yesaya mengajak umat berpikiran positif yang tentunya akan berpengaruh dalam mental dan moral bangsa. Yang mana hal ini kemudian tampak dalam semangat untuk mengolah tanah, bertanam gandum sebagai tanda hidup akan berjalan dan optimis untuk masa depan dan tinggal di kondisi yang baru. Secara singkat, kira-kira digambarkan bahwa orang yang menerima pewartaan Yesaya merasakan jika mendengar saja sudah membahagiakan, apalagi jika janji Tuhan nyata terjadi. Umat bergembira karena banyak hal baik yang dilakukan oleh Allah, yaitu keselamatan dan kebenaran akan terwujud. Gambaran kesukacitaan dibayangkan seperti dalam pesta perkawinan dan suasana kepastian tumbuhnya benih diera masa itu, sebagai sesuatu yang tidak jarang tidak bisa tercapai karena berhadapan dengan konteks iklim dan cuaca.
Dalam kerangka menjaga semangat dan perasaan serta moralitas hidup yang tidak ditinggal oleh Allah, maka Yesaya kemudian mengingatkan Allah, menyuarakan agar segera terjadi perubahan di Yerusalem. Dalam janji yang telah disampaikan tentang keadaan yang baru, suasana yang penuh dengan kebenaran, kemuliaan, nama baru, dan mahkota keagungan (BIMK, mahkota indah) serta serban kerajaan (BIMK, mahkota kerajaan) tentunya memberikan pengharapan baru. Beberapa penafsiran menyatakan inilah bentuk umat dalam mengingatkan Allah agar janji-Nya segera terwujud. Dengan pengertian semangat pembaharuan yang telah dicanangkan oleh Allah dan mendapat respon-Nya bisalah agar segera terwujud tidak dalam waktu lama. Tampak dalam ungkapan kata pada pasal 62:1, dimana Yesaya menyatakan diri dalam posisi yang tidak dapat berdiam diri, tidak akan tinggal tenang dan semua ini demi Yerusalem, sehingga kebenarannya bersinar serta keselamatan menyala. Tampak saat Yesaya melalui ungkapannya “Demi Yerusalem aku akan berbicara, demi Sion aku tak akan tinggal diam, sampai ia diselamatkan dan kemenangannya bersinar seperti obor di waktu malam” (BIMK Yesaya 62 : 1). Adapun untuk meraih segala itu, pilihannya adalah menanti karya Allah dan terus meminta agar terwujud, meski kadang digambarkan seperti pihak yang mengingatkan Allah agar tidak lupa. Namun bagaimanapun Allah tetap memiliki otoritasnya untuk menentukan bagaimana rencana-Nya bisa terlaksana. Maka sikap yang perlu dikembangkan adalah harapan bahwa Allah berkenan melihat pentingnya permohonan yang disampaikan lalu berkenan mengabulkan.
Galatia 4 : 4 – 7
Bacaan ini diawali dengan nada kepastian jati diri. Dari penggambaran orang yang semula mewarisi sikap menghamba kepada Hukum Taurat dan diubah menjadi anak yang mewarisi Roh Anak. Terjadi perubahan dari sosok hamba sebagai budak menjadi anak yang merdeka. Sebuah gambaran ideal tentang bagaimana sebenarnya pengikut Bapa. Dalam rangkaian ini, seakan ada gambaran urutan yang tidak bisa diputar balik, seakan juga sebagai sebuah syarat untuk terjadinya sesuatu, baik keadaan maupun kejadian. Mulai dari mengutus Anak Allah untuk menebus orang yang takluk kepada hukum Taurat, supaya menjadi anak-Nya. Yang telah ditebus mendapatkan Roh Anak. Yang ditebus bukan lagi seorang hamba, namun disebut sebagai anak. Dan karena menjadi anak, maka menjadi ahli waris serta menerima segala sesuatu yang telah disediakan-Nya. Adapun dalam keseluruhannya ini, peran Allah Bapa adalah dominan. Namun, bagaimanapun hal ini dapat dikatakan terbatas kepada yang mau berseru dan mau ikut menjadi anak.
Penerima waris, meskipun disebut anak, tetap perlu didampingi agar dewasa dengan baik. Khususnya sebagai anak yang bisa mengerti tentang jati dirinya, baik hak maupun tanggung jawabnya. Tentang kepada siapakah hendak menggantungkan diri dan masa depannya. Keberadaan hamba dengan ketiadaan kepastian dan bergantung kepada roh – roh kuno, astrologi meramal nasib, diganti dengan harapan baru proses menemukan dan mengalami kasih Tuhan. Dalam hal ahli waris, hal ini merupakan sebuah unsur yang tertulis dalam pasal 3:29 dan kemudian diulang lagi dalam pasal 4:7. Sepertinya ini hendak menegaskan secara mendalam tentang identitas para pengikut Yesus yang telah diubah nasibnya. Dan hal ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan dan upaya Allah untuk mengubah keadaan manusia.
Lukas 2 : 22 – 40
Bacaan ini diawali dengan nada kepatuhan kepada Allah. Fokusnya adalah kisah orang tua Yesus yang taat kepada aturan tentang sunat dan penyerahan anak pertama. Namun digambarkan, ketaatan itu dilakukan dalam keadaan lemah, orang biasa dan tidak dikenal serta persembahan korban yang minimal. Dalam ini, termasuk gambaran Yesus yang berusia beberapa hari yang sebagai bayi, maka secara fisik tentunya lemah. Begitu juga tentang kepatuhan dari sosok Simeon dan Hana. Dalam tubuh renta dan lemah, tetap kuat dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Simeon dan Hana, sebagai orang yang setia dan rendah hati menunjukkan hingga lanjut umur. Begitu juga dengan pengakuan yang disampaikan oleh Simeon tentang Yesus sebagai penyelamat yang dijanjikan. Sebagai orang yang saleh, sehingga sangat terbuka dengan inspirasi Roh Kudus, tidak terpaku dengan pakem yang dipahami banyak orang tentang Mesias. Akhir ungkapan kelegaan Simeon kemudian terkenal dalam kalimat Nunc Dimitis (Ay. 29-32) menjadi bentuk kepatuhan yang utuh kepada segala kehendak Allah. Tidak bisa ditinggalkan adalah tokoh Hana. Seorang perempuan yang peka dengan kedatangan Yesus yang tidak terjadi dalam kemegahan. Hal menarik dari segala kisah ini adalah latar tempat yang seakan terjadi secara kebetulan di lokasi Bait Allah. Ketika Yusuf dan Maria berangkat ke Bait Allah (Ay. 22-24), bisa bertemu dengan Simeon (Ay. 25-26) dan bertemu dengan Hana (Ay. 36-38). Singkatnya, sumber ketaatan adalah keberadaan Yesus, sehingga orang tua Yesus ke Bait Allah dan Simeon serta Hana juga menanti Yesus juga di Bait Allah. Dimungkinkan ini adalah simbol Yesus yang akan menggenapi Hukum Taurat.
Berikutnya, setiap kejadian dan hari-hari dalam momentum peristiwa hidup Yesus dikelilingi oleh penyertaan orang tua dan dikelilingi oleh para nabi yang mengakui tentang keberadaan Yesus. Dalam nada kepatuhan, maka kesemua tokoh dibimbing untuk merasakan makna terdalam dalam relasinya dengan Yesus saat mengikuti perintah Allah. Orang tua Yesus yang taat kemudian bisa berproses untuk mengenal sosok Yesus. Simeon dengan tuntunan Roh Kudus kemudian bisa mengalami perjumpaan langsung dengan Yesus, sebagai sosok yang dinantikan. Begitu juga Hana, ketaatan dalam ibadah dengan puasa dan doa menjadikannya bertemu dengan Yesus juga. Kepatuhan, telah mendidik pengikut Allah. Kepatuhan telah mengarahkan diri kepada hati bahagia dan kelegaan batin. Dan dalam perspektif lain, sesungguhnya Yesus sejak kecil telah dikelilingi oleh orang-orang yang taat. Sebuah fakta dan peluang serta teladan yang bisa dilanjutkan dalam pelayanan yang akan dilakukan-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Secara umum berada pada makna mengenai keinginan dan harapan. Ada upaya dari Allah untuk mewujudkan rencana-Nya. Sebagai bentuk Allah hendak membahagiakan manusia, manusia perlu terbuka dengan kehendak Allah, baik tentang waktu dan wujud yang diberikan-Nya. Karena itu, jika setiap hari ada keinginan yang kita sampaikan kepada Allah, perlu kita meyakini bahwa Allah mendengar dan mewujudkan rancangan-Nya sebagai sesuatu yang membawa kegembiraan.
Secara inti, ada yang dilakukan oleh Allah untuk perbaikan keadaan manusia di semua keberadaan manusia. Bahkan dalam rupa sebagai anak Allah yang menjadi ahli waris-Nya. Salah satu hal yang perlu dipersiapkan umat manusia adalah sikap taat dan patuh terhadap semua rencana dan karya Allah. Dan dalam hal ini, Allah bisa menggunakan tempat, situasi, keadaan dan orang yang beraneka ragam untuk perbaikan kehidupan manusia. Bahkan jika peka, maka sebenarnya setiap bagian perjalanan hidup orang yang taat akan bertemu dengan orang-orang baik yang mendidik dan mendewasakan.
Memaknai Tema Liturgis Dan Tema Khotbah:
Dengan mengacu kepada penjelasan Tema Bacaan Alkitab Tahun 2023, dalam buku Daftar Bacaan Alkitab GKJW 2023 dan benang merah di atas, renungan dibawah ini memiliki tujuan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya memahami keberadaan Yesus yang datang dalam semua peristiwa dan kejadian sehari-hari yang dialami oleh manusia. Semuanya tentu dalam rancangan untuk kebaikan. Diharapkan bisa tumbuh rasa dan ikatan serta kepekaan batin manusia agar mau melekatkan diri untuk taat kepada Allah. Adapun proses menumbuhkan rasa ini adalah sepanjang hari dan setiap waktu dalam beragam situasi yang dialami oleh masing-masing manusia, berjumpa dengan Allah dan berjumpa dengan sesamanya.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing).
Pendahuluan
Andar Ismail dalam buku Selamat Menabur (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001) pada halaman 25-27, menuliskan “Kebaikan Anak yang hilang” (Lukas 15: 11-32). Pada bagian ini dinyatakan kisah Anak yang hilang, yang bisa dibaca dengan kacamata yang lain, tanpa mengecilkan atau kemudian menutupi kesalahan anak yang hilang. Ada beberapa kutipan yang disampaikan tentang anak yang hilang, misalnya, ada keinginan pisah dari orang tuanya dan ingin belajar mandiri. Pergi ke negeri jauh berarti memiliki inisiatif dan kejelasan tujuan yang hendak digapai. Siap bekerja dan melakukan kegiatan apapun, termasuk yang sering dikategorikan sebagai kotor, hina, jorok untuk bertahan hidup. Memiliki kesadaran situasi diri dan ada keinginan memperbaiki dan kemudian berusaha mewujudkan dengan konkrit, sehingga kembali pulang. Anak yang hilang juga mengetahui konsekuensi, risiko, dan tanggung jawab yang dipikul atas kesalahan yang dilakukan. Dan, akhirnya anak itu pastinya mau belajar dari kejatuhannya dan bangkit lagi. Andar Ismail menyimpulkan “Bahkan kalau dilihat secara pedagogis, anak yang hilang ini mempunyai kemungkinan yang baik untuk bertumbuh. Ia menunjukkan sifat-sifat yang kondusif untuk dididik, suka membuat prakarsa, berani memasuki situasi yang tidak pasti, ingin mandiri, mau melakukan jenis pekerjaan apapun, bisa menyadari diri sendiri, mau mengakui salah, dan mau menanggung hukuman atas kesalahan itu.”
Berdasarkan kisah kebaikan anak yang hilang di atas, situasi dan perasaan serta keadaan apa yang pernah kita alami sepanjang tahun 2023 ini? Gembira karena keinginan terwujud, lupa diri dengan berkat, terpuruk dan gagal serta ditolak, masih punya keinginan bangkit lagi, atau dalam posisi enggan berjumpa dengan resiko hidup dan melarikan diri dari kenyataan?
Isi
Masa akhir dari hitungan kalender di penghujung tahun, mau tidak mau senantiasa mengajak kita untuk mengingat apa yang telah dialami dan dilakukan di tahun ini. Bagaimana di awal tahun, secara umum kita menjadikannya sebagai masa yang indah dan gairah untuk menatap kesempatan serta peluang baru. Rasa gembira dan keyakinan diri akan terjadinya perubahan dalam diri kita membuat optimis. Namun setelah waktu berjalan, apakah konsistensi dan kestabilan perasaan serta pemikiran terjaga dengan baik? Karena setiap keadaan hari demi hari akan memberi pengaruh kepada sikap dan tindakan kita.
Manusia cenderung merancang banyak hal yang tampak baik dan indah yang kemudian tidak siap dengan belum berhasilnya sesuatu yang sedang direncanakan tersebut. Bisa menjadi depresi dan hidup tertekan. Yang kemudian berujung kepada ketidakpuasan kepada diri sendiri, orang di sekitar merasakan dampaknya bahkan bisa muncul ungkapan protes kepada Allah. Dan bahkan bisa jadi memaksa Allah untuk mengikuti yang menjadi harapannya tersebut. Kisah-kisah dalam bacaan hari ini berkisar kepada latar belakang kisah di masa lalu, namun sebenarnya tetap relevan dengan masa kini. Tentang harapan kegembiraan karena harapan tercapai, tentang karya Allah yang punya wewenang untuk mengubah kehidupan manusia serta pentingnya dukungan dari orang di sekitar kehidupan kita masing-masing untuk bisa bertahan dalam ragam keadaan yang dialami.
Hati Yang Gembira Secara Konsisten
Melalui Yesaya kita bisa turut merasakan dan merayakan kegembiraan batin Bangsa Israel yang sedang menjalani masa-masa hidup dalam keadaan yang tidak diidealkan. Yesaya memperdengarkan kabar dan janji tentang keselamatan dan pembebasan dari Tuhan. Dan ini memberikan semangat bangkit, sesuatu yang bisa identik dengan pengakuan ritme hidup manusia yang sering tidak bisa berada dalam keadaan yang bahagia secara terus menerus.
Perlu dipahami tentang posisi Allah yang sebenarnya tidak pernah meninggalkan perhatian kepada umat-Nya. Masalahnya jika janji pembebasan dan pemberian keadaan baru itu dianggap tidak dengan segera diwujudkan oleh Allah, sementara manusia cenderung tidak sabaran jika keinginan dan harapannya tidak segera terpenuhi. Pada situasi ini, pola pikir yang dituliskan oleh Yesaya menarik untuk diperhatikan. Pernyataan Yesaya bahwa dirinya dalam posisi yang tidak dapat berdiam diri, tidak akan tinggal tenang, dan semua ini demi Yerusalem, sehingga kebenarannya bersinar serta keselamatan menyala, menunjukkan kepedulian kepada Israel secara intensif. Nada ucapannya adalah mengingatkan Allah agar apa yang disabdakan-Nya segeralah diwujudkan. Pertanyaannya, bagaimana bentuk mengingatkan Allah itu diwujudkan dalam situasi hidup umat manusia pada masa kini yang cenderung serba instan dan ingin semua cepat. Karena itu, kepeduliaan Yesaya ini perlu dibawa ke dalam pemahaman masa saat itu, bahwa bagaimanapun Allah tetap memiliki otoritas-Nya untuk menentukan bagaimana rencana-Nya bisa terlaksana. Maka sikap yang perlu dikembangkan adalah harapan bahwa Allah berkenan melihat pentingnya permohonan yang disampaikan, lalu berkenan mengabulkan. Niscaya kita akan merasakan gembira yang abadi.
Mengenali Jati Diri Sebagai Umat Tuhan
Seperti yang tertulis dalam bacaan Galatia, bahwa proses untuk menjadi ahli waris melewati tahapan tertentu. Ada gambaran urutan yang tidak bisa diputar balik, seakan juga sebagai sebuah syarat untuk terjadinya sesuatu, baik keadaan maupun kejadian. Mulai dari mengutus Anak Allah untuk menebus orang yang takluk kepada hukum Taurat, supaya menjadi anak-Nya. Yang telah ditebus mendapatkan Roh Anak. Yang ditebus bukan lagi seorang hamba, namun disebut sebagai anak. Dan karena menjadi anak, maka menjadi ahli waris serta menerima segala sesuatu yang telah disediakan-Nya. Adapun dalam keseluruhannya ini, peran Allah Bapa adalah dominan. Sepenuhnya bergantung kepada kesediaan dan upaya Allah untuk mengubah keadaan manusia. Jika terjadi perubahan dari sosok hamba sebagai budak menjadi anak yang merdeka. Maka sebenarnya tetaplah sang penerima waris, meskipun disebut anak, tetap perlu didampingi agar dewasa dengan baik. Khususnya sebagai anak yang bisa mengerti tentang jati dirinya, baik hak maupun tanggung jawabnya. Termasuk resiko dan konsekuensi jika hidup tidak sesuai ajaran Kristus. Bahwa sang anak pun tetap perlu dididik dan masih dalam penguasaan Bapa untuk semua keadaan dan sikap yang diambilnya. Keyakinan diri yang menjadi over bisa membuat kita melupakan bahwa Allah memiliki otoritas yang harus diakui keberadaannya.
Melalui ragam aktivitas kita di tahun 2023, secara jujur bagaimana kita menampakkan identitas sebagai pengikut Yesus. Misalnya dalam hal semangat perbaikan diri, pengampunan yang mendidik, dan kejujuran dalam bekerja. Apakah penegasan jati diri sebagai anak Allah, yang menerima pewarisan dari Bapa merasuk dalam setiap sendi kehidupan kita. Ataukah berhenti dalam slogan dan semboyan tanpa makna. Atau apakah dengan ungkapan disebut sebagai Anak Allah kemudian bisa bertindak seenak diri sendiri dan tidak hati-hati. Atau bisa juga kita malu jika dikenal sebagai pengikut Yesus sehingga kekristenan kita sembunyikan. Jika dilihat oleh Allah, kehidupan manusia perlu diubah, maka Paulus dalam surat di Galatia menyatakan bahwa ada karya Allah sejak masa dulu yang ingin memperbaiki manusia. Allah telah dengan penuh kasih dan upaya sungguh-sungguh memberikan identitas yang baru, tentunya memerlukan imbal balik yang sepadan.
Membangun Hati Yang Taat
Sepanjang tahun 2023, bagaimana sikap rohani kita kepada Allah? Apakah berada dalam ketekunan dan taat seperti orang Tua Yesus, Simeon dan Hana? Tokoh ini digambarkan berada dalam posisi serba lemah dan tidak dianggap. Pada posisi inilah, sikap patuh kepada aturan dan rencana Allah menjadi bagian yang sangat penting. Digambarkan, ketaatan itu dilakukan dalam keadaan lemah, orang biasa, dan tidak dikenal. Dalam ini, termasuk gambaran Yesus yang berusia beberapa hari yang sebagai bayi, maka secara fisik tentunya lemah. Begitu juga tentang kepatuhan dari sosok Simeon dan Hana. Dalam tubuh renta dan lemah, tetap kuat dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Dalam kelemahan, ketidakberhasilan, ketidakmampuan diri, keuangan goyah, fisik renta, kita diajak untuk terbuka kepada petunjuk Allah. Hanya kepekaan batin yang menentukan. Dalam nada kepatuhan, maka kesemua tokoh dibimbing untuk merasakan makna terdalam dalam relasinya dengan Yesus saat mengikuti perintah Allah. Serta terbuka dengan macam-macam keadaan dan hal yang baru. Berjumpa dengan hal di luar prediksi dengan tetap berani melangkah. Proses taat ini berjalan dengan lancar karena interaksi dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Patut diingat, seperti halnya Yesus yang sejak kecil telah dikelilingi oleh orang-orang yang taat, ini bisa menjadi teladan bagi lingkungan keluarga kita.
Kehidupan umumnya di tahun 2023, mari kita renungkan. Perjalanan kita di tahun 2023 tentunya banyak kisah. Bisa juga indentik, bahwa apa yang kita rasakan juga sama dengan yang dirasakan oleh Bangsa Israel. Bahkan masih relevan dengan keadaan di masa kini. Sesungguhnya semua situasi bisa mendewasakan hidup. Demikian juga kisah Anak Hilang sebagaimana ilustrasi di atas. Akhirnya kita juga tahu bahwa keinginan gembira bisa diperoleh bukan semata keberhasilan duniawi, kita menjadi tahu tentang jati diri yang sebenarnya adalah sebagai anak Allah serta tahu pentingnya taat dan tidak melanggar aturan yang semestinya. Mari jadikan semua kesempatan untuk berproses memahami maksud Allah.
Penutup
Sebuah survei di Inggris menemukan rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu selama 416 hari di kamar mandi sepanjang hidup mereka. Peneliti menemukan responden menghabiskan waktu di kamar mandi untuk berendam, mandi, bercukur, melembabkan badan, bahkan membalas surat elektronik dan membaca buku favorit. Untuk durasinya ternyata terbukti bahwa pria menghabiskan waktu lebih sebentar daripada wanita di kamar mandi. Pria menghabiskan waktu selama 372 hari dengan rata-rata 23 menit perhari sementara wanita 456 hari atau 29 menit per hari. Survei yang dilakukan oleh B&Q ini mengamati 2.000 responden dalam kurun waktu 3 bulan untuk melihat kebiasaan yang mereka lakukan sebelum berangkat bekerja. Ilustrasi lengkap dapat dibaca di sini. Dari ilustrasi ini, apa yang muncul dalam benak Saudara? (kesempatan untuk dialog). Salah satunya adalah, jika melihat durasi waktu, terdapat hampir setahun penuh (malah lebih dari 365 hari), ternyata hidup seseorang selama hidupnya juga banyak berada dan melakukan aktivitas yang sama dan di tempat yang sama, yaitu di kamar mandi. Bagaimana rasanya? Seberapapun keadaannya kita tetap melakukannya karena tahu ini berguna. Jika ada sebuah kegiatan yang sama sepanjang setahun ini, apakah itu? Berapa lama durasinya dan apa yang lalu kita refleksikan?
Jika dikaitkan dengan bacaan-bacaan di atas, maka berapa lama waktu yang kita pergunakan untuk tetap bergembira ketika berada dalam anggapan Allah belum mengabulkan harapan kita? Berapa lama waktu yang kita pergunakan untuk menjaga identitas kita sebagai anak Allah? Berapa lama waktu kita untuk taat kepada kehendak Allah? Mari kita jadikan tanggal dan hari ini sebagai tonggak melanjutkan amanah hidup yang Allah percayakan kepada kita. Mari kita akhiri tahun ini dengan doa seperti ini :
Setiap Hari Engkau Baik Hati
Allah Bapa yang rahmani,
Engkau memelihara kami dengan baik hati
Selama 365 hari yang kami jalani.
Meskipun melalui hari-hari sedih dan senang,
Melalui hari-hari bergejolak dan tenang,
Melalui hari-hari sakit dan sehat,
Namun kami tiba di ujung tahun dengan selamat.
Ajarlah kami untuk tahu berterima kasih
Atas kebaikan-Mu sepanjang tahun tanpa pamrih.
Selama 365 hari tanpa kecuali,
Tiap hari Engkau melindungi,
Tiap hari Engkau memberi rejeki,
Tiap hari Engkau baik hati.
Betapa patut dan perlu
Kami mengucap terima kasih kepada-Mu.
(Selamat Berteduh, Andar Ismail, 2004, hal 148)
Disarankan saat pembacaan penutup renungan ini, bisa diiringi lagu Auld Lang Syne. Misalnya yang dinyanyikan oleh Herlin Pirena dan Nikita, dapat dilihat di sini . Makna sebenarnya dari Auld Lang Syne adalah “untuk hari-hari di masa lalu”, “hari yang berlalu”, “memori masa lalu”. Lagu ini memberikan penghargaan ke hari-hari di masa lalu memasuki hari yang baru.
Akhirnya, kita ucapkan Eben-Haezer (1 Sam. 7:12), “Sampai disini Tuhan menolong kita.” Sampai jumpa di tahun depan. Amin. [WdK].
Pujian: KJ. 346 Tuhan Allah Beserta Engkau
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, seged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Ing Warsa Punika, Gusti Allah Boten Kesupen,
Kita Ugi Kita Boten Kesupen Dhumateng Gusti Allah
Pambuka
Andar Ismail wonten ing buku Selamat Menabur (BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001) kaca 25-27 nyerat “Prekawis Sae saking Anak kang Ilang” (Luk. 15 :11-32). Sanadyan asring dipun rembag bab awonipun, taksih wonten bab ingkang migunani. Upaminipun, sedya pepisahan kaliyan tiyang sepuh ateges gadhah tekad mandiri, badhe lelungan tebih ateges sampun sumerep punapa ingkang badhe dipun tuju lan badhe dipun lampahi. Makaten ugi purun nglampahi padamelan maneka warni, sanadyan awon, jember kanthi pangangkah taksih saged gesang. Piyambakipun ugi sumerep kahanan gesangipun lan nedya ngewahi kanthi wujud purun jumangkah wangsul dhateng ramanipun. Pungkasanipun ugi, mangertos tanggel jawab lan prekawis ingkang badhe dipun sandhang amargi kalepatanipun. Andar Ismail lajeng mungkasi kanthi pamanggih: “Bahkan kalau dilihat secara pedagogis, anak yang hilang ini mempunyai kemungkinan yang baik untuk bertumbuh. Ia menunjukkan sifat-sifat yang kondusif untuk dididik, suka membuat prakarsa, berani memasuki situasi yang tidak pasti, ingin mandiri, mau melakukan jenis pekerjaan apapun, bisa menyadari diri sendiri, mau mengakui salah dan mau menanggung hukuman atas kesalahan itu.”
Lelandhesan cariyos Anak Ilang punika, kados pundi kahanan gesang lan manah kita ing warsa 2023? Bungah amargi pepenginan mawujud? Kesupen kaliyan berkat ingkang sampun katampi? Dhumawah ing pakaryan lan boten kasil? Punapa taksih gadhah pepenginan kangge jumangkah malih? Utawi malah saweg mlajeng boten purun pepanggihan kaliyan kasunyatan gesang?
Isi
Pungkasan warsa kados ing dinten punika, asring bekta kita tumuju dhateng pamanggih kita wekdal badhe miwiti warsa enggal ing 1 Januari 2023. Ing wiwitanipun, karaosaken endah, kebak semangat kangge nampi kawontenan ingkang enggal. Raos bungah dan yakin badhe wonten ewah-ewahan sae ing gesang kita. Nanging saksampun sawetawis wekdal, kados pundi kawontenanipun? Amargi kahanan ing sakiwa tengen kita saged paring pamanggih beda dan nuwuhaken kahanan awon ingkang sumrambah ing lampah gesang saben dinten. Pancen, manungsa punika titah ingkang asring ngrancang prekawis sae lan asring boten cumadhang manawi rancangan punika boten mawujud. Satemah dados manah ing manggalih dumugi gerah. Boten saged nampi, lajeng nedya sumerep karsanipun Gusti punika kados pundi kanthi manah ingkang murina.
Waosan kita ing dinten punika, ngrembag babagan pangajeng-ajeng sageda gesang bingah, kawontenanipun Gusti Allah ingkang kagungan panguwaos mranata ewah-ewahanipun gesang manungsa sarta panyengkuyung saking tiyang ing sakiwa tengen gesang manungsa supados saged gesang kanthi leres.
Manah ingkang Tansah Bingah
Lumantar Yesaya, kita saged tumut ngraosaken kabingahan ingkang dipun alami dening bangsa Israel, mawujud prajanji pangluwaran. Prajanji saking Gusti Allah punika nuwuhaken ewah-ewahan ing antawisipun bangsa Israel. Pangawulan ingkang nuwuhaken sisah kagantos pangluwaran. Sisah kagantos bingah. Sanadyan saged ugi, bingah kagantos sisah. Kedah dipun mangertosi manawi prajanji punika dipun wastani boten enggal mawujud, kedah boten nuwuhaken raos kuciwa. Punapa malih, ing kahanan sapunika, manungsa pancen gadhah pepenginan sadaya kedah sarwa rikat.
Ukara saking Yesaya ingkang boten saged kendel (ora bisa meneng, ora bakal leren) kangge kasaenan Yerusalem punika dados wujud kawigatosanipun. Malah ugi kados nedya ngemutaken Gusti Allah supados boten kesupen dhateng prajanjinipun. Pitakenanipun, kanthi patrap punapa kita saged ngemutaken Gusti Allah? Amargi kita tamtu mangertos bilih Gusti Allah boten nate lirwa dhateng dhawuhipun piyambak. Gusti Allah tamtu pirsa punapa ingkang badhe dipun lampahi. Ingkang dados sarana kita ngemutaken inggih punika namung ing babagan manah ingkang purun nyuwun dan ngajeng-ajeng sageda Gusti Allah karsa mirsani pepenginan kita. Ingkang ing salajengipun Gusti Allah pirsa bilih pepenginan punika estu sae lan leres. Kanthi raos manah makaten, kita langkung saged nampi sadaya kahanan kanthi manah ingkang lila lan bingah manawi wonten pepenginan ingkang dereng kalampahan.
Sumerep Gesang minangka Umatipun Gusti
Lumantar seratan dhateng Galatia punika, kita mangertosi bilih supados saged dados ahli waris kedah nglangkungi sawetawis prekawis lan punika boten saged silih gumanti. Kedah kanthi pranata ing trep. Kawiwitan ngutus putranipun Sang Rama kangge paring panebusan para manungsa ingkang kabidhung dening pangawulan Toret lajeng dipun dadosaken putraning Sang Rama. Ingkang nampi pangluwaran kasebut putra, nampi peparing roh lan salajengipun nampi sadaya ingkang dipun paringaken minangka ahli warisipun Gusti Allah. Sadaya punika kalampahan amargi Gusti Allah piyambak ingkang ngersakaken. Lan sanadyanta sampun dados putra, nyatanipun taksih kedah dipun gladhi lan gulawentah supados diwasa, mangertos timbalan, lan tanggel jawabipun.
Lumantar lampah gesang ing 2023, kados pundi kita naliti patrap kita? Punapa sampun cundhuk kaliyan patrap minangka putra Allah? Upaminipun ing babagan ngemudheni dhiri supados tansah leres, purun paring pangapunten kanthi sae? ugi nyambut damel kanthi jujur. Sampun ngantos kita lajeng lingsem manawi dipun parabi minangka putranipun Allah. Sampun ngantos timbalan Gusti Allah kangge para putranipun punika lajeng muspra, namun dados semboyan kemawon. Gusti Allah sampun nresnani lan makarya kangge kahanan enggal para manungsa, kedahipun lajeng saged mirsani para pandherekipun gesang kanthi setya.
Manah ingkang Sumuyud Setya
Sadangunipun gesang ing 2023, kados pundi sesambetan manah kita kaliyan Gusti Allah? Punapa setya tuhu kados dene tiyang sepuhipun Gusti Yesus, ugi kados Simeon lan Hana? Sadaya paraga punika kaserat gadhah kawontenan ingkang ringkih. Sacara kawontenan tata kadonyan ugi badan ingkang sampun yuswa. Kelebet Gusti Yesus ugi taksih alit lan yuswa sawetawis dinten. Sanadyan makaten, malah tuwuh kakiyatan ingkang ageng mawujud raos sumuyud setya dhumateng Gusti Allah. Wonten ing karingkihan, boten kiyat, kahanan ekonomi awrat, nadhang gerah, manah sageda tansah tinarbuka dhateng pitedahipun Gusti Allah. Punika penting, amargi sadaya paraga ing waosan dinten punika saged manggihaken pangertosan enggal babagan Gusti Yesus, tinarbuka dhateng sadaya sabda-Nipun. Sacara khusus kita emut, kados pundi Gusti Yesus ingkang taksih alit, nyatanipun dipun kanthi dening para paraga ingkang setya tuhu dhumateng Gusti Allah. Prekawis punika tamtu saged dados perangan tuladha ingkang dipun tampi dening Gusti Yesus. Lan makaten kita ugi, para tiyang ing sakiwa tengen kita saged dados papan nampi tuladha babagan kasetyan.
Sapunika, gesang kita ing 2023 mangga karaosaken malih. Tamtunipun kathah lan maneka warni kawontenan ingkang kalampahan. Lan sejatosipun punika sadaya saged dados prekawis ingkang migunani. Kados dene cariyos anak ilang, kita lajeng mangertos bilih bungah punika boten namung amargi gadhah barang darbe ingkang kathah kemawon. Makaten ugi dipun timbali sageda njagi kawontenan minangka putra Allah ingkang nglampahi gesang sae. Lan punika linambaran manah ingkang sumuyud dhumateng Gusti.
Panutup
Wonten ing Inggris nate dipun wontenaken penelitian, babagan wekdal sapinten dangunipun tiyang ing jedhing. Pranyata rata-rata 23 menit kangge piyantun jaler lan 29 menit kangge piyantun estri. Manawi angka punika dipun kempalaken dados 372 dinten kangge jaler lan 456 dinten kangge estri. Nglangkungi satunggal taun ing salami kita gesang. Punapa ingkang saged kita raosaken? Pranyata gesang kita punika asring nglampahi prekawis ingkang sami mataun-taun. Lan kalampahan kanthi rutin. Sesambetan kaliyan waosan dinten punika, sapinten wekdal ingkang kita ginakaken kangge sesambetan kaliyan Gusti Allah? Kanthi sesambetan ingkang leres tamtunipun manah boten murina wekdal pepengenan kita dereng dipun wujudaken dening Gusti Allah. Makaten ugi sesambetan kaliyan dinten ing gesang kita, punapa ugi saged dados sarana kangge cariyos bilih identitas kita punika pandherekipun Gusti Yesus? Mangga kita dadosaken dinten lan tanggal punika kangge sarana ngener gesang setya tuhu dhumateng timbalanipun Gusti. Mangga kita pungkasi warsa punika kanthi pandonga kados makaten: (mawi Bahasa Indonesia)
Setiap Hari Engkau Baik Hati
Allah Bapa yang rahmani,
Engkau memelihara kami dengan baik hati
Selama 365 hari yang kami jalani.
Meskipun melalui hari-hari sedih dan senang,
Melalui hari-hari bergejolak dan tenang,
Melalui hari-hari sakit dan sehat,
Namun kami tiba di ujung tahun dengan selamat.
Ajarlah kami untuk tahu berterima kasih
Atas kebaikanMu sepanjang tahun tanpa pamrih.
Selama 365 hari tanpa kecuali,
Tiap hari Engkau melindungi,
Tiap hari Engkau memberi rejeki,
Tiap hari Engkau baik hati.
Betapa patut dan perlu
Kami mengucap terima kasih kepadaMu.
(Selamat Berteduh, Andar Ismail, 2004, hal 148)
Sageda pandonga punika kairing lagu Auld Lang Syne. Upaminipun dening Herlin Pirena lan Nikita, Saged dipun tingali wonten mriki. Punika lagu kanthi pangertosan paring raos urmat dhateng dinten ingkang sampun kalampahan lan pangajeng-ajeng kangge dinten ingkang enggal.
Pungkasanipun, mangga kita ngungel Eben-Haezer (1 Sam. 7:12), “Sang Yehuwah wus mitulungi kita tekan ing kene.” Sugeng pepanggihan malih ing warsa enggal. Amin. [WdK].
Pamuji: KPJ. 392 Mugi Sih Rahmate Njeng Gusti