Membangun  Tekad  yang  Baru  Hidup  Bersama  dengan Tuhan Khotbah Ibadah Tahun Baru 1 Januari 2024

18 December 2023

Tahun Baru
Stola Putih

Bacaan 1: Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Mazmur: Mazmur 8 : 2 – 10
Bacaan 2: Wahyu 21 : 1 – 6a
Bacaan 3: Matius 25 : 31 – 46

Tema Liturgis: GKJW Merayakan Keseharian Bersama Yesus Saat Ini di Sini
Tema Khotbah: Membangun  Tekad  yang  Baru  Hidup  Bersama  dengan Tuhan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Pengkhotbah 3 : 1 – 13
Kitab Pengkhotbah mendapatkan namanya dari Alkitab versi Yunani, yang judulnya adalah Ekklesiastes, “sidang”. Secara harafiah nama tersebut dalam bahasa Ibrani adalah Qohelet, “orang yang bersidang/berhimpun.” Ini dianggap mempunyai arti: 1. Orang yang berhimpun, Amsal-amsal bijak (bdg. 12:9, 10). 2. Orang yang berbicara di hadapan sidang/perhimpunan, yaitu seorang pengkhotbah atau pembicara, dengan pengertian bahwa orang menghimpun suatu kelompok orang untuk berbicara kepada mereka. Pengertian umum dari masing-masing hal itu adalah kata tersebut merupakan suatu jenis teknis untuk menunjukkan suatu jabatan. Tujuan dan maksud utama sang penulis ialah menunjukkan pengalaman pribadi, apabila semua tujuan dan berkat-berkat duniawi itu sendiri dijadikan tujuan akhir, maka akan membawa pada kekecewaan dan kehampaan. Kebajikan paling mulia dalam hidup ini ialah menghormati dan mematuhi Allah dan menikmati hidup ini sepanjang orang dapat melakukannya semua tujuan.

Seluruh kehidupan, termasuk aktivitas manusia adalah bagian dari sebuah siklus yang sudah ditentukan. Walaupun manusia merindukan sesuatu yang lebih daripada itu, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dia harus puas mendapat sedikit kebahagiaan yang bisa diperolehnya sementara dia terlibat dalam siklus kejadian-kejadian yang tak ada henti-hentinya. Semua ada waktunya di bumi ini. Segala sesuatu dalam alam ini dan dalam kehidupan manusia berada di bawah satu rangkaian rencana. Ada masa (suatu periode yang ditetapkan) dan waktu (kejadian yang ditentukan sebelumnya) untuk semua yang terjadi di bawah matahari. Kejadian-kejadian yang kelihatannya kebetulan, semuanya merupakan bagian dari rencana sangat besar. Dan kita tidak akan bisa mengulang waktu yang sudah lewat. Namun kita harus percaya penuh pada Tuhan, pada waktu Tuhan, semua itu tentu indah pada waktunya.

Wahyu 21 : 1 – 6a
Pada umumnya, penulis zaman kuno memberi petunjuk penting tentang gaya sastra yang digunakannya pada bagian awal tulisannya. Kebiasaan inilah yang juga kita temukan di dalam kitab Wahyu. Ayat-ayat awal kitab Wahyu menunjukkan gaya sastra yang digunakan oleh penulisnya. Wahyu 1:1 berbicara tentang wahyu Yesus Kristus. Kata “wahyu” itu berasal dari kata Yunani: Apokalipsis, yang berarti penyingkapan hal-hal yang tersembunyi atau terselubung. Di sini penyingkapan hal-hal yang tersembunyi itu berkaitan dengan Allah.

Wahyu 21 ini menuliskan penglihatan Yohanes sang penulis Wahyu tentang langit dan bumi yang baru. Yohanes menyatakan bahwa ia melihat langit yang baru dan bumi yang baru (Ay. 1). Bumi yang lama, yang penuh dengan dosa dan kejahatan akan digantikan dengan bumi yang baru. Itu adalah dunia yang diperbarui, di mana laut, lambang dari kekacauan, sudah tidak ada lagi. Yohanes melihat Yerusalem baru, yang dari Allah, bagai pengantin yang telah berdandan untuk suaminya (Ay. 2). Ia mendengar suara nyaring: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” (Ay. 3). Yerusalem adalah pusat hidup keagamaan Israel, di situlah umat Israel mendirikan Bait Suci. Kota Yerusalem disebut kudus karena kota itu memang dikhususkan bagi Allah. Hanya, Yerusalem yang lama tak lagi menjunjung citra surga. Mesias pun dibunuh di sana. Di Yerusalem yang baru tak ada Bait Suci karena Allah sendiri berada di tengah-tengah manusia. Dia tidak jauh. Dia bersama dengan umat-Nya. Itulah persekutuan sejati. Saat Allah bersekutu dengan manusia dalam kekekalan, “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Ay. 4). Allah yang bertahta, Allah Sang Alfa dan Omega yang bersekutu bersama umat-Nya mewujudkan penglihatan itu semua. Dunia yang baru, dunia penuh berkat bersama dengan Tuhan.

Matius 25 : 31 – 46
Di gunung Zaitun, Yesus telah menceritakan perumpamaan tentang sepuluh gadis dan talenta. Pada bacaan ini, Ia menceritakan satu perumpamaan terakhir, yaitu perumpamaan mengenai domba dan kambing. Semua ini adalah jawaban atas pertanyaan para murid-Nya tentang tanda kehadiran-Nya dan tanda penutup zaman. Yesus memulai perumpamaan ini dengan mengatakan, ”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta-Nya kemuliaan-Nya.” (Ay. 31) Sebelumnya, Yesus sering menyebut diri-Nya sebagai ”Anak Manusia.” Jadi, Dialah tokoh utama dalam perumpamaan ini.

Kapan perumpamaan ini akan menjadi kenyataan? Ini akan terjadi di masa depan, sewaktu Yesus ”datang dalam kemuliaan-Nya” bersama para malaikat dan duduk ”di takhta-Nya yang mulia”. Sebelumnya, Yesus sudah mengatakan bahwa Anak Manusia akan ”datang di atas awan-awan langit dengan kuasa dan kemuliaan yang besar” bersama para malaikat-Nya. Kapan Yesus akan datang? ”Segera setelah masa kesengsaraan itu.” (Mat. 24:29-31; Mrk. 13:26, 27; Luk. 21:27) Apa yang akan dia lakukan pada saat itu?

Yesus menjelaskan, ”Sewaktu Anak Manusia datang . . . , semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Dia akan memisahkan orang-orang, seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Domba-domba akan dia tempatkan di sebelah kanan-Nya, tapi kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.” (Mat. 25:31-33). Apa yang akan terjadi dengan domba-domba itu? Yesus mengatakan, ”Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Ay. 34) Mengapa Sang Raja berkenan kepada domba-domba itu? Karena telah dilayani, diberi makan, minum, pakaian. Ketika sakit dirawat, ketika dipenjara dikunjungi. Orang-orang yang tidak setia dianggap sebagai kambing dan dibuang ke neraka. (Ay. 41-43).

Yesus memberikan semua penjelasan ini untuk menjawab pertanyaan para murid-Nya di Gunung Zaitun. Namun, semua pengikut Yesus perlu merenungkannya agar mereka bisa memeriksa sikap dan tingkah laku mereka, melayani Tuhan dan sesamanya termasuk pada mereka yang paling hina, karena apa yang mereka lakukan adalah untuk Tuhan.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Hidup terus berjalan, waktu terus berputar dan tidak bisa kembali. Maka isi hari-hari dengan hal yang membangun kehidupan yang indah bersama dengan Tuhan, sehingga ketika waktu Tuhan datang di akhir zaman, kita seperti domba yang diselamatkan oleh Tuan-Nya, yaitu Yesus Kristus yang adalah Alfa dan Omega.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Setiap saat dan masa manusia mengalami perubahan. Perubahan umur, perubahan bentuk tubuh, perubahan cara pandang hidup, dan lain sebagainya. Tentu setiap kita menginginkan perubahan yang kita alami menuju pada perubahan hidup yang lebih baik dan bukan malah sebaliknya. Waktu terus berjalan, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun berganti tahun. Waktu dan masa terus berjalan, dan kita tidak dapat kembali kepada masa lalu. Maka ketika kita masuk tahun yang baru, kita ingin semuanya juga baru. Ada perubahan kehidupan dan harapan yang baru.

Di tahun yang baru ini, banyak orang akan membuat tekad yang baru, berbeda dengan tahun yang lama. Ada yang bertekad untuk menguruskan badan, lebih banyak berolahraga, berhenti merokok, dan mengamalkan gaya hidup yang lebih sehat. Banyak orang Kristen yang bertekad untuk lebih banyak berdoa, membaca Alkitab setiap hari, dan teratur ke gereja. Tetapi seringkali, mereka gagal untuk menepati apa yang telah menjadi tekad mereka di awal tahun. Mengapa? Alasan satu-satunya adalah karena mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melakukannya.

Isi
Pada bacaan pertama, Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa seluruh kehidupan, termasuk aktivitas manusia adalah bagian dari sebuah siklus yang sudah ditentukan. Walaupun manusia merindukan sesuatu yang lebih daripada itu, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dia harus puas mendapat sedikit kebahagiaan yang bisa diperolehnya, sementara dia terlibat dalam siklus kejadian-kejadian yang tak ada hentinya. Semua ada waktunya di bumi ini. Segala sesuatu di alam ini dan dalam kehidupan manusia berada di bawah satu rangkaian rencana. Ada  masa (suatu periode yang ditetapkan) dan waktu (kejadian yang ditentukan sebelumnya) untuk semua yang terjadi di bawah matahari. Kejadian-kejadian yang kelihatannya kebetulan, semuanya merupakan bagian dari rencana sangat besar. Dan kita tidak akan bisa mengulang waktu yang sudah lewat. Namun kita harus percaya penuh pada Tuhan bahwa pada waktu Tuhan semua itu tentu indah pada waktunya.

Tujuan dan maksud utama Pengkhotbah ialah menunjukkan pengalaman pribadi, apabila semua tujuan dan berkat-berkat duniawi itu sendiri dijadikan tujuan akhir, maka itu akan membawa pada kekecewaan dan kehampaan. Kebajikan paling mulia dalam hidup ini ialah menghormati dan mematuhi Allah, serta menikmati hidup ini sepanjang orang itu dapat melakukannya. Hal ini mengingatkan kita untuk menggunakan waktu kita dengan baik selama hidup di dunia ini, percaya kepada Tuhan dan waktu yang telah ditentukan-Nya, bukan malah hidup dengan sia-sia dan semau diri kita sendiri.

Pada bacaan ketiga dalam Matius ini disampaikan tentang penghakiman terakhir. Dimana diceritakan tentang perumpamaan kambing dan domba yang dipisahkan oleh Tuhan Allah pada akhir zaman. Yesus menjelaskan, ”Sewaktu Anak Manusia datang . . . , semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya, dan Dia akan memisahkan orang-orang, seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Domba-domba akan Dia tempatkan di sebelah kanan-Nya, tapi kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.”​ (Mat. 25:31-33). Apa yang akan terjadi dengan domba-domba itu? Yesus mengatakan, ”Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Ay. 34) Mengapa Sang Raja berkenan kepada domba-domba itu? Karena telah dilayani, diberi makan, minum, pakaian. Ketika sakit dirawat, ketika dipenjara dikunjungi. Orang-orang yang tidak setia dianggap sebagai kambing dan dibuang ke neraka (Ay. 41-43).

Sedangkan Wahyu 21 ini diceritakan penglihatan Yohanes sang penulis Wahyu tentang langit dan bumi yang baru. Yohanes menyatakan bahwa ia melihat langit yang baru dan bumi yang baru (Ay. 1). Bumi yang lama, yang penuh dengan dosa dan kejahatan, akan digantikan dengan bumi yang baru. Itu adalah dunia yang diperbarui, dimana laut lambang dari kekacauan, sudah tidak ada lagi. Yohanes melihat Yerusalem baru, yang dari Allah, bagai pengantin yang telah berdandan untuk suaminya (Ay. 2). Ia mendengar suara nyaring: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” (Ay. 3). Yerusalem adalah pusat hidup keagamaan Israel, disitulah umat Israel mendirikan Bait Suci. Kota Yerusalem disebut kudus karena kota itu memang dikhususkan bagi Allah. Hanya, Yerusalem yang lama tak lagi menjunjung citra surga. Mesias pun dibunuh di sana. Di Yerusalem yang baru tak ada Bait Suci karena Allah sendiri berada di tengah-tengah manusia. Dia tidak jauh. Dia bersama dengan umat-Nya. Itulah persekutuan sejati. Saat Allah bersekutu dengan manusia dalam kekekalan, “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (Ay. 4). Allah yang bertahta, Allah Sang Alfa dan Omega yang bersekutu bersama umat-Nya mewujudkan penglihatan itu semua. Dunia yang baru, dunia penuh berkat bersama dengan Tuhan.

Inilah harapan dan impian kita bersama untuk masuk dalam dunia baru, hidup bersama-sama Tuhan yang menjadi Raja dalam kehidupan kita, dimana ada banyak berkat damai dan sukacita didalamnya. Menjadi impian sekaligus harapan kita bersama hidup di dunia ini, damai dan bahagia bersama dengan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Penutup
Masa terus berlalu dan waktu tidak dapat diulang kembali. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari, maka pergunakan waktu kita dengan baik. Mari di tahun yang baru ini,  kita membangun tekad yang baru untuk selalu hidup bersama-sama dengan Tuhan dan melayani-Nya. Karena umur kita tidak ada yang tahu, waktu Tuhan tidak sama dengan waktu kita. Mari melayani Tuhan, menjadi domba Tuhan sehingga kita diselamatkan di akhir zaman. Kekuatan untuk mewujudkan itu semua adalah kebersamaan kita dengan Tuhan. Mari kita wujudkan dunia yang baru, dunia yang penuh dengan kemuliaan bersama dengan Tuhan, karena Dia adalah Sang Alfa dan Omega, yang berkuasa atas hidup kita semuanya. Tuhan memberkati. Amin. [SYN].

 

Pujian: KJ. 376 : 1, 2 Ikut Dikau Saja Tuhan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Saben wekdal manungsa punika ngadepi ewah-ewahan gesang. Ewah-ewahan umur, badan, cara pandeng gesang, lan sanes-sanesipun. Ingkang kita ajeng-ajeng tamtu ewah-wahan ingkang tumuju ing kesaenan gesang lan mboten sakwangsulipun ewah-ewahan ingkang mboten sae. Wekdal terus silih gumantos, dinten baka dinten, wulan baka wulan lan taun gumantos taun. Dinten lan wekdal terus lumampah lan mboten saged kita wangsul malih dhateng wekdal ingkang rumiyin. Pramila ing warsa enggal punika kita kepingin bilih sedaya gumantos enggal ugi. Wonten ewah-ewahan lan pangajeng-ngajeng ingkang enggal.

Wonten ing warsa enggal punika, kathah tiyang ingkang nggadhahi tekad utawi kepinginan ingkang enggal ugi, tamtu ingkang benten kaliyan taun lami. Wonten ingkang nggadhahi tekad badan ingkang kero, langkung kathah olah raga, mboten ngrokok malih lan saged gesang langkung sehat. Kathah ugi tiyang Kristen ingkang nggadhahi tekad langkung kathah dedonga, maos kitab suci saben dinten, lan sregep dhateng greja.

Ananging ingkang kelampahan, asring kita sedaya punika gagal utawi mboten saged mujudaken kepinginan utawi tekad punika. Kenging punapa? Amargi kita mboten nggadhah kakiyatan kangge mujudaken tekad punika.

Isi
Wonten waosan ingkang sepisan, Kohelet ngemutaken kita bilih gesang punika kados dene siklus ingkang mboten mandeg lan sampun katamtokaken, semanten ugi aktivitasipun manunga. Senaosa manungsa kadang nggadhahi kepinginan ingkang linuwih, nanging manungsa mboten saged milih. Manungsa kedah nrima sekedik kabingahan punapa ingkang dipun tampeni ing gesang punika. Sedaya sami wonten wancinipun piyambak. Sedaya wonten panguaosipun Gusti ingkang nggadhah rancangan adi ing gesang manungsa. Wonten mangsa lan wekdal/waktu punapa kemawon ingkang kelampahan ing sak ngandapipun srengenge punika. Prastawa-prastawa ingkang kadosipun mboten sengaja kelampahan, sedaya sampun wonten ing rancanganipun Gusti ingkang adi. Kita mboten saged mbaleni wekdal ingkang sampun kelampahan. Ananging kita kedah pitados dhumateng Gusti, pitados wonten ing wekdalipun Gusti ingkang endah.

Tujuanipun Kohelet nyerat kitab punika badhe nedahaken pengalaman gesangipun, bilih manungsa mboten saged ndadosaken kadonyan punika dados tujuan ingkang pungkasan, punika badhe betha manungsa ing raos cuwo lan nglaha. Kesaenan gesang ingkang utami inggih punika urmat lan bekti dhumateng Gusti, ugi ngraosaken/menikmati endahipun gesang ing saben dintenipun. Punika ngemutaken dhateng kita sedaya supados kita saged ngisi wekdal ing donya punika kanthi sae, pitados dhateng Gusti lan wekdalipun Gusti.  Mboten malah gesang kanthi sia-sia lan minturut nepsunipun piyambak.

Wonten waosan ingkang kaping tiga kacariosaken bab pangadilan ingkang pungkasan, kacariosaken bab sanepan wedhus gembel lan wedhus jawa ingkang kapisahaken dening Gusti ing pungkasaning jaman. Gusti ngandika, ”Besuk menawa Putraning manungsa rawuh … sakabehing bangsa badhe kakempalaken ing ngarsane, lan Panjenengane misahaken tiyang-tiyang, kados dene pangon misahaken wedhus gembel lan wedhus jawa.  Wedhus-wedhus gembel dipun panganggonaken ing tengenipun Gusti, ananging wedhus jawa ing kiwanipun.” (Ay. 31-33). Punapa ingkang badhe kelampahan dhateng wedhus-wedhus gembel punika? Gusti Yesus ngandika,”Sang Nata ngandika marang wedus ing tengenipun: he para kang binerkahan dening RamaningSun, mara, padha tampanana warisan kraton, kang wis kacawisake marang sira wiwit dumadining jagad.” (Ay. 34). Kenging punapa Sang Nata remen kaliwan Wedhus gembel punika? Awit sampun dipun ladosi, sampun dipun paringi dhahar, nginum, rasukan. Nalika gerah dipun tuweni, nalika ing pakunjaran dipun tuweni ugi. Manungsa ingkang mboten setya kados wedhus jawa badhe kabucal ing kiwanipun Gusti, ateges wonten ing neraka (Ay. 41-43).

Wonten ing waosan Wahyu 21 kacariosaken bab paningalipun Yokanan, ingkang nyerat kitab Wahyu, inggih punika bab langit enggal lan bumi enggal ugi. Yokanan ningali langit enggal lan bumi enggal (Ay. 1). Bumi ingkang lami, kebak ing dosa lan piawon, badhe kagantos bumi ingkang enggal, seganten ingkang wujud saking karisakan, sampun mboten wonten malih. Yokanan ningali Yerusalem enggal, ingkang saking Gusti, kados dene panganten estri ingkang dandan/maesi kagem semahipun (Ay. 2). Panjenenganipun mireng suanten ingkang santer: ”Weruhana, Tarupe Gusti Allah ana ing tengahing manungsa, lan Panjenengane bakal dedalem ing antarane, iku bakal padha dadi umate lan Panjenengane bakal dadi Allahe.” (Ay. 3). Yerusalem punika dados pusat kapitadosanipun Israel, wonten ngriku Israel madegaken Padaleman Suci. Kutha Yerusalem kasebut kutha ingkang suci ingkang mliginipun kagem Gusti. Ananging, Yerusalem ingkang lami mboten kados swargi malih. Mesias dipun pejahi ing ngriku. Wonten ing Yerusalem ingkang enggal mboten wonten malih Padaleman Suci karana Gusti Allah piyambak sampun wonten ing tengah-tengahipun manungsa. Panjenenganipun mboten tebih. Panjenenganipun sesarengan kaliyan umatipun. Punika ingkang dipun wastani patunggilan ingkang sayekti. Nalika Gusti sesarengan kaliyan manungsa wonten  ing kelanggengan, ”Panjenengane bakal ngusapi sakehe luh saka ing mripate, lan bakal ora ana pati maneh; kasusahan lan pasambat apadene karubedan iya bakal wis ora ana; amarga samubarang kang lawas wus padha kapungkur.” (Ay. 4). Gusti Allah ing dados Sang Nata, Allah Sang Alfa lan Omega ingkang dados setunggal kaliyan umat kagunganipun mujudaken sedaya paningalipun Yokanan punika. Jagad ingkang enggal, jagad ingkang kebak ing berkah sesarengan kaliyan Gusti.

Punika ingkang dados pangajeng-ngajeng lan impian manungsa sedaya supados saged mlebet ing jagad ingkang enggal, gesang sesarengan kaliyan Gusti ingkang dados Raja/Nata ing gesang kita, ingkang kathah berkah saking Gusti, tentrem rahayu lan suka bingah sesarengan kaliyan Gusti ing gesang saben dinten.

Panutup
Mangsa lan wekdal terus lumampah, mboten saged wekdal punika wangsul malih. Sampun ngantos kita getun ing tembe. Pramila sumangga kita migunaken wekdal kita kanthi sae. Sumangga ing warsa enggal punika kita sami mangun tekad ingkang enggal, inggih punika kita gesang sesarengan kaliyan Gusti lan ugi lelados dhateng Gusti. Amargi yuswa kita mboten saged kita mangertosi ngantos kapan kita saged gesang. Lelados dhateng Gusti, dados mendhanipun Gusti ingkang sae, supados kita kaslametaken ing pungkasaning jaman. Kakiyatan kagem mujudaken sedaya punika nalika kita saged gesang sesarengan kaliyan Gusti. Sumangga kita mujudaken jagad ingkang enggal, jagad ingkang kebak ing kamulyanipun Gusti, inggih sesarengan gesang kaliyan Gusti, amargi Panjenenganipun punika Sang Alfa lan Omega, ingkang kagungan panguwaos wonten ing gesang kita sedaya. Gusti mberkahi. Amin. [SYN].

 

Pamuji: KPJ. 144 : 1, 2  Yen Nunggil Lan Gusti

Renungan Harian

Renungan Harian Anak