Kesediaan Memberi Ruang Roh Allah dan Ikut Merasakan Kegelisahan Sesama Khotbah Minggu 7 Januari 2024

25 December 2023

Minggu Baptisan Tuhan
Stola Putih

Bacaan 1: Kejadian 1 : 1 – 5
Mazmur: Mazmur 29 : 1 – 11
Bacaan 2: Kisah Para Rasul 19 : 1 – 7
Bacaan 3: Markus 1 : 4 – 11

Tema Liturgis: GKJW Merayakan Keseharian Bersama Yesus Saat Ini di Sini
Tema Khotbah: Kesediaan Memberi Ruang Roh Allah dan Ikut Merasakan Kegelisahan Sesama

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Kejadian 1 : 1 – 5
Narasi tentang penciptaan mula-mula. Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya dan Roh Allah melayang-layang dipermukaan air. Lalu, Allah berfirman jadilah terang yang dinamai siang dan gelap yang dinamai malam. Peristiwa penciptaan selalu menarik untuk direnungkan bukan sebagai kesaksian sejarah, tetapi sebagai kesaksian iman bahwa dari ketiadaan menjadi ada karena ada yang berprakarsa, yaitu Allah sendiri. Tanpa mengurangi rangkaian peristiwa penciptaan yang lain, hari pertama Allah menciptakan terang dan gelap, sehingga bisa membedakan pergantian waktu dan menjadi dasar atas penciptaan selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan sebuah keteraturan dalam proses penciptaan. Allah sebagai pelaku utama atau yang berprakarsa, dan penciptaan sebagai hasil tindakan Allah. Kisah penciptaan yang sering dipandang berasal dari ketiadaan (creatio ex nihilo), mendapat perhatian yang menarik dari Pdt. Emmanuel Gerrit Singgih, Ph.D. Berdasar tulisan, pada pidato pengukuhan Guru Besar Pdt. Prof. EGS disampaikan bahwa pemahaman penciptaan dari ketiadaan perlu dikritisi berangkat dari kekuasaan dan kedaulatan Allah yang mutlak. Allah tidak menciptakan Chaos, tetapi Allah muncul dan menata ketidakteraturan itu menjadi teratur. Hal ini senada dengan tulisan EGS yang lain, Dari Eden ke Babel, yang menuliskan kata “menciptakan” dengan kata “Bara”. Yang digunakan dalam Perjanjian Lama dengan konteks sesuatu yang baru. Hal ini senada dengan beberapa teks yang muncul antara lain: Kel. 34:10, Bil. 16:30, Maz. 51:10, Maz. 89:6,12. Dalam kamus clines, kata “Bara” yang katanya tidak sama artinya dengan menciptakan, yaitu “bara” sebagai memotong “To Cut”. Hal ini bisa dimaknai seperti memotong kayu, dan kayunya adalah pohon yang berasal dari hutan (Mis. Yos. 17:15,18). Hal ini memaknai “Bara” seperti membuka hutan untuk menciptakan pemukiman baru. Berangkat dari hal tersebut, EGS berpendapat bahwa Allah menciptakan bukan dari ketiadaan sama sekali karena kemahakuasaan Allah. Namun, Allah berprakarsa menjadikan segala sesuatu menjadi sangat baik dengan keteraturan dan terus berproses.

Kisah Para Rasul 19 : 1 – 7
Konteks bacaan saat ini bahwa Paulus dalam menjelajah daerah-daerah pedalaman dan sampai di Efesus bertemu dengan beberapa orang murid. Lalu, Paulus bertanya 2 hal kepada para murid :

  1. Apakah para murid sudah menerima Roh  Kudus, saat menjadi percaya?
  2. Dengan baptisan manakah kamu dibaptis ?

Melalui pertanyaan tersebut, ada indikasi bahwa praktik baptisan merupakan suatu hal yang umum terjadi dan tidak asing, juga baptisan memiliki banyak sumber atau mazhab. Melalui jawaban murid yang menyatakan bahwa mereka belum pernah mendengar Roh Kudus dan baptisan yang mereka terima adalah baptisan Yohanes, maka Paulus menyatakan bahwa baptisan itu adalah baptisan orang yang bertobat dan kiranya para murid percaya kepada Tuhan Yesus, sehingga mereka percaya dan memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Saat Paulus menumpangkan tangan atas para murid, mereka kemudian berkata-kata dalam bahasa Roh, juga bernubuat. Melalui teks ini, penulis ingin menunjukkan tentang korelasi Paulus-seorang yang mempunyai kewargaan ganda dengan makna baptisan yang memiliki pemaknaan berbeda, sebelum hadirnya Yesus dan sesudahnya. Berdasar kamus Alkitab-Browning, kata Yunani untuk ritus baptisan, yaitu baptizomai yang berarti ‘memandikan’ atau ‘membasuh’. Namun, dalam LXX ditemukan arti klasik: ‘menenggelamkan’ atau ‘menyelamkan’ (Yes. 21:4). Ada dugaan dalam PB dengan arti inilah Yesus meramalkan ‘baptisan kematian-Nya’ yang akan segera terjadi (Mrk. 10:38-39), demikian pula ketika Paulus menunjuk pada ‘baptisan’ Israel di Laut Merah (1 Kor. 10:2). Dua perikop ini merupakan pemahaman terhadap baptisan Kristen. Bagi Paulus, baptisan disetarakan dengan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir melintasi laut. Dalam baptisan secara simbolis umat Kristen ikut ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Mereka dikuburkan bersama-Nya dan bangkit dalam kehidupan baru. Jadi, baptisan juga dianggap sebagai permulaan kehidupan baru (Yoh. 3:4-5).

Upacara Kristen bukannya tanpa presedennya, yang terdapat dalam Yudaisme dan agama-agama lain. Air adalah sumber penyucian yang alamiah dan gamblang, sehingga orang bukan Yahudi yang ingin menjadi Yahudi dibaptis dulu sebelum penyunatan. Dalam Qumran terdapat upacara penyucian dengan air secara rinci. Yohanes Pembaptis memanggil para pendengarnya untuk bertobat dan dibaptis di Sungai Yordan. Yesus pun menerima baptisan dari tangannya, bukan untuk pengampunan dosa-dosa-Nya (Mat. 3:13-15), melainkan untuk menyamakan diri dengan umat-Nya. Peristiwa tersebut merupakan saat ketika Ia diutus memberitakan Kerajaan Allah, dan saat ketika Ia diangkat sebagai Anak Allah (Mrk. 1:10-11).

Markus 1 : 4 – 11
Teks Injil saat ini, disaksikan juga pada teks Injil Sinopsis yang lain. Seruan Yohanes Pembaptis di padang gurun supaya orang banyak bertobat, merupakan peristiwa fenomenal karena kegigihannya mempersiapkan jalan akan hadirnya Sang Mesias, dan dengan komitmen tanpa lelah Yohanes Pembaptis berseru kepada orang banyak, untuk segera bertobat dan kembali kepada jalan Tuhan. Orang banyak dalam konteks perjanjian baru merupakan kumpulan/kerumunan banyak orang dari berbagai golongan: Farisi, Saduki, Eseni, Ahli Taurat, dls. Juga orang sakit buta, kusta, kerasukan Roh, dls. Hal ini tentu terkait dengan pemahaman tentang sakit atau penderitaan yang dialami karena dosa. Sehingga, pembaptisan dalam tradisi Yahudi bisa dipahami sebagai proses inisiasi kewargaan sebelum sunat dan pengampunan dosa. Oleh karena itu, orang banyak dari Yudea dan Yerusalem datang dan mengaku dosanya dan dibaptis. Pertanyaannya, siapakah Yohanes Pembaptis bagi mereka? Banyak orang menganggap Yohanes Pembaptis sebagai Mesias seperti yang dijanjikan, nabi yang akan datang, rabi agama, dls. Oleh karena itu, Yohanes Pembaptis dengan tegas menyampaikan bahwa, “sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Ada 2 hal mendasar yang ingin disampaikan Yohanes Pembaptis, yaitu pertama, Yohanes Pembaptis menolak dianggap sebagai Mesias. Kedua, Yohanes Pembaptis menyaksikan bahwa yang akan datang lebih besar dari dirinya, yaitu Mesias. Tali kasut merupakan tali yang dipakai untuk alas kaki, sehingga pengakuan akan kerendahan diri yang luar biasa dari Yohanes Pembaptis bahwa membungkuk dan membuka tali alas kaki dari Sang Mesias, dia merasa tidak layak. Selanjutnya, Yohanes Pembaptis menyaksikan tentang baptisan yang dilakukannya dengan air, sedangkan Sang Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus. Sebuah pengakuan yang jujur bahwa dirinya hanya sebagai sarana akan hadirnya Sang Mesias. Kemudian, peristiwa Yesus dibaptis tentu menjadi pertanyaan, kenapa Yesus dibaptis? Dalam peristiwa baptisan ini, bukan terkait dengan pertobatan tetapi penguatan (affirmasi) dan perutusan Yesus yang akan mewujudkan karya pelayanan-Nya. Sehingga, narator menegaskan dengan narasi langit terkoyak, Roh seperti burung merpati turun, dan suara dari surga.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Allah selalu berprakarsa mengasihi dan mencintai dunia ini. Dari awal penciptaan, Allah menjadikan segala sesuatu dalam keteraturan menjadi sangat amat baik dan sampai kehidupan saat ini. Allah selalu mengasihi dan mencintai ciptaan-Nya. Prakarsa Allah terwujud supaya manusia menjadi bagian dalam karya keselamatan-Nya, sehingga panggilan baptisan sebagai materai karya keselamatan juga disaksikan Paulus dalam karya pelayanannya di Efesus. Hal ini senada dengan karya Yohanes Pembaptis yang berseru-seru kepada orang banyak supaya mereka bertobat, dibaptis, dan menerima hidup baru. Selain itu, karya pelayanan dan keselamatan Kristus diteguhkan dengan suara dari langit dan hadirnya Roh Kudus dalam bentuk burung Merpati. Itu merupakan wujud kasih Allah terhadap dunia, dengan hadirnya Kristus ke dunia. Pertanyaannya, apakah kita menyediakan diri memberi ruang terhadap roh Allah dan mau ikut merasakan kegelisahan sesama?

 

Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
“Hanya orang yang paling bijaksana dan paling bodohlah yang tidak pernah berubah.” Ini adalah ungkapan Confusius yang ingin menggambarkan bahwa perubahan itu pasti terjadi di dalam diri dan kehidupan. Seorang bijak tentu tidak akan berubah di dalam melihat perubahan, sedangkan orang bodoh tidak mau berubah karena kebebalannya. Melihat realitas saat ini, dimana dunia sudah memasuki era revolusi industri 4.0, kita dapat memperhatikan perubahannya dari video ini. Saat kita perhatikan perubahan itu menjadi proses yang terus berlanjut, entah sampai kapan. Hal ini juga menunjukkan karya Allah yang tidak pernah berhenti terhadap umat-Nya, dan umat diminta menyediakan diri memberi ruang terhadap kuasa Roh Allah serta mau ikut merasakan kegelisahan sesama, seperti kesaksian teks hari ini.

Isi
Teks hari ini menunjukkan karya Allah yang selalu berkelanjutan, sejak karya penciptaan sampai era revolusi industri 4.0 saat ini. Peristiwa penciptaan menunjukkan karya Allah yang menciptakan keteraturan dari yang sudah ada dan terus memproses kehidupan sampai saat ini. Allah aktif bekerja tanpa lelah, seperti kesaksian iman dalam peristiwa Kejadian dan sepanjang kisah di Alkitab. Keaktifan Allah ditunjukkan dengan puluhan macam kata kerja yang dipakai untuk menggambarkan apa yang diperbuat Allah bagi umat-Nya, antara lain: membimbing, mengajar, menolong, membela, mendengarkan, memperhati-kan, memberi, menegur, menghukum, mengampuni, menyuruh, menopang, mengutus, mengaruniakan, menyelamatkan, menyertai, menunjukkan, mendidik, menebus, menuntun, melindungi, memegangi, menaungi, memulihkan, menyinari, menguatkan, menyembuhkan, menghidupkan, menumbuhkan, menggendong, melayani, dan seterusnya. Allah selalu bekerja dan berkarya dalam kehidupan. Allah bekerja melalui Roh dan firman-Nya. Allah juga bekerja dan berkarya melalui putra-Nya. Hal ini, senada dengan teks Injil hari ini. Dalam Minggu Baptisan Tuhan atau penampakan pertama Tuhan Yesus sebelum mengawali pelayanan-Nya, kita bersama menghayati dan belajar dua hal:

a. Panggilan Tuhan
Peristiwa baptisan menjadi peneguhan akan panggilan Tuhan dalam karya-Nya di dunia. Memberi ruang Roh Allah terhadap panggilan hidup juga berlaku bagi kita melalui pekerjaan dan karya yang telah Tuhan berikan di dalam kehidupan. Kata melakah diartikan pekerja bangunan. Kata melakah akarnya sama dengan malak, yang artinya pesuruh Allah. Dan kata malaikat, dalam bahasa Ibrani adalah malak. Maka, para pekerja bangunan memiliki makna yang tinggi, karena dimaknai sebagai pesuruh Allah. Kata malakah juga digunakan untuk pelbagai jenis pekerjaan, sehingga segala jenis pekerjaan dinilai sebagai suruhan Tuhan. Contoh: bertani, beternak, berdagang, dls. Hal ini tentu senada dengan tradisi Kristen. Yohanes Calvin-tokoh reformasi gereja menyatakan bahwa tiap jenis pekerjaan adalah penetapan dan panggilan dari Allah. Bahkan dalam bukunya, Calvin menuliskan demikian, “Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan-Nya panggilan. Tidak ada pekerjaan apapun betapapun kecil dan hinanya yang tidak akan bersinar-sinar dan dinilai berharga di mata Tuhan.” Berdasarkan hal tersebut, maka panggilan Tuhan di dalam karya dan kehidupan kita adalah supaya kita bekerja dengan penuh tanggung jawab, bersungguh-sungguh, berdedikasi, berkualitas, jujur, dan setia. Hal ini berangkat dari pengakuan bahwa dari Tuhan sendirilah berasal penugasan ini. Melalui penghayatan demikian, maka setiap pekerjaan yang selama ini kita lakukan harus kita hayati dengan pemaknaan yang baru dan terus berkelanjutan seperti dalam karya penciptaan.

b. Merasakan Kegelisahan Sesama
Kegelisahan Allah akan kehidupan manusia, terwujud dalam karya-Nya dengan hadirnya Kristus yang mengawali karya keselamatan Tuhan di dunia. Hal ini senada dengan kesaksian iman Paulus kepada orang banyak. Gereja sebagai persekutuan orang percaya dan sebagai komunitas orang beriman diajak untuk mengikuti jejak Yesus. Memberi ruang gerak bagi Allah sehingga Allah dapat bertindak dalam karya-Nya di dunia. Selain itu, sebagai komunitas orang beriman, kita diajak ikut menyaksikan dan mengalami terbukanya langit, mencurahkan kekuatan yang menghidupkan, kekuatan yang tampak lembut, tetapi besar dayanya. Hampir semua dari kita di sini bersiap-siap masuk menjadi pekerja di kebun anggur Tuhan di negeri kita masing-masing. Seperti Yesus yang waktu itu juga bersiap menjalankan pelayanan-Nya di masyarakat dan merasakan kegelisahan sesama. Contoh: menyembuhkan orang kusta, orang buta, orang lumpuh, memberikan pengampunan kepada perempuan yang kedapatan berbuat zinah, dsb. Hal ini kiranya juga menjadi kegelisahan kita terhadap sesama. Contoh: merengkuh yang bersedih, mendengar dengan hati, menemani yang bergumul, dsb.

Berdasar uraian tersebut, maka peristiwa penciptaan, pembaptisan Kristus, sampai kesaksian iman Paulus, menjadi bagian karya Allah yang tidak pernah berkesudahan. Seperti bagian di awal, perkembangan revolusi industri selalu berubah dan disanalah karya Allah selalu nyata dan terus terjadi dalam kehidupan manusia sampai saat ini.

Penutup
Allah bekerja menyediakan lingkungan yang dapat menghidupi dan dihidupi oleh makhluk-makhluk ciptaan-Nya, baik di hutan maupun di kota. Allah terus bekerja. Allah terus berkarya. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin. [kulz].

 

Pujian:

  1. KJ.  281 : 1 – 3 Segala Benua dan Langit Penuh
  2. PKJ. 76 : 1 Ku Sangat Suka Mendengar Nama-Nya

 

Rancangan Khotbah : Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
“Mung wong sing paling wicaksana lan wong sing paling bodho kuwi sing ora bakal owah”. Punika ukara saking Konfusius ingkang nggambaraken ewah-ewahan ingkang kalampahan ing badan lan gesangipun manungsa. Tiyang wicaksana mesthi mboten badhe owah nalika ningali owah-owahaning gesang, semanten ugi tiyang bodho mboten badhe owah amargi bodhonipun. Ningali kasunyatan sapunika, kawontenaning jagad punika sampun mlebet ing jaman revolusi industri 4.0. Kita saged gatosaken perangan owah-owahan saking video punika. Saking video punika, kita mangertos bilih owah-owahan punika minangka proses ingkang kalampahan sacara terus-terusan lan kita mboten mangertos pungkasanipun. Prekawis punika nedahaken pakaryanipun Gusti Allah mboten mandheg dhateng umatipun. Para umatipun dipun suwun nyawisaken badanipun piyambak, ngaturi ruang kagem Rohing Gusti Allah makarya lan saged ngraosaken pasambating tiyang sanes kados paseksi ing teks dinten punika.

Isi
Teks ing waosan dinten punika nedahaken bab pakaryanipun Gusti Allah ingkang lanjut, wiwit saking tumitahing jagad ngantos jaman revolusi industri 4.0 sapunika. Prastawa tumitahing jagad punika nedahaken pakaryanipun Gusti Allah ingkang nitahaken tatanan saking punapa ingkang sampun wonten lan terus ngolah gesang ngantos sapunika. Gusti Allah tansah aktif lan mboten nate sayah, kados paseksi iman ing prastawa Purwaning Dumadi lan sedaya crita ing Kitab Suci. Tumindakipun Gusti dipun tingali saking maneka warni tembung kriya ingkang dipun ginakaken kangge ngandharaken punapa ingkang dipun tindakaken dening Gusti Allah dhateng umatipun, antawisipun: nuntun, mulang, nulungi, mbela, mirengaken, nggatosaken, ngukum, ngapura, mrentah, nyengkuyung, ngutus, maringi, nylametaken, ngiringi,  ngajari, nebus, ngayomi, nyekeli, mulihaken, madhangi, nguataken, nyarasaken, nguri-uri, tuwuh, nggendong, ngladosi, lan sanes-sanesipun. Gusti Allah tansah makarya lan makarya ing urip. Gusti Allah makarya lumantar Sang Roh lan Sabdanipun. Gusti Allah ugi makarya lumantar Putranipun, Gusti Yesus. Bab punika cocog kaliyan teks Injil sapunika. Ing Minggu Baptisan Gusti utawi katon pisanan Gusti Yesus saderengipun miwiti peladosanipun, kita saged ngalami lan sinau kalih prekawis, inggih punika:

a. Timbalanipun Gusti
Prastawa baptisipun Gusti Yesus punika minangka tandha bilih Gusti Yesus dipun timbali Gusti Allah nindakaken pakaryan-Ipun ing jagad punika. Nyawisaken papan kagem Rohing Gusti Allah ing salebeting timbalan kita punika saged kita wujudaken lumantar pakaryan lan pandamelan kita sadinten-dinten. Tembung Melakah punika tegesipun buruh bangunan. Tembung Melakah punika sami kalian tembung malak, ingkang tegesipun utusanipun Gusti Allah. Lan tembung malaikat, ing basa Ibrani kasebat malak. Mila, para buruh bangunan nggadhahi teges ingkang inggil, awit saged dipun mangertosi minangka utusanipun Gusti Allah. Tembung Malakah ugi dipun ginakaken kangge maneka warni pandamelan, saengga sedaya jinis pandamelan dipun pandheng minangka utusanipun Gusti. Contonipun: tani, ternak, dagang, lsp. Bab punika mesthi cocog kalian tradisi Kristen. John Calvin, satunggaling tokoh reformasi gereja, nyatakaken bilih saben jinis pakaryan punika minangka katetepan lan timbalanipun Gusti Allah. Malah ing bukunipun, Calvin nyerat mekaten, ”Gusti Allah nemtokaken tugas-tugas kangge saben tiyang miturut lampah gesangipun piyambak-piyambak. Lan saben cara lampahing gesang punika dipun sebut timbalan. Mboten wonten pakaryan punapa kemawon, sepinten cilik lan nisthanipun, ingkang mboten badhe sumunar lan dipun ajeni ing ngarsanipun Gusti Allah.” Adhedhasar bab punika, timbalan Gusti ing salebeting pakaryan lan gesang kita, inggih punika makarya kanthi tanggel jawab, temen-temen, dedikasi, nuwuhaken kualitas, jujur, lan setya. Sedaya punika kawiwitan saking pengaken bilih sedaya tugas punika pinangkanipun saking Gusti Allah piyambak. Lumantar pemanggih ingkang kados makaten punika, saben pakaryan ingkang kita tindakaken kedah kita maknai kanthi makna ingkang enggal lan terus-terusan, kados karya tumitahing jagad punika.

b. Rasa Keprigelan Panunggalan
Raos kuwatosipun Gusti Allah tumrap gesangipun manungsa kanyatakaken ing pakaryanipun ingkang mujud ing Sang Kristus, miwiti pakaryan kaslametanipun Gusti Allah ing donya. Bab punika selaras kaliyan paseksi imanipun Paulus dhateng tiyang kathah. Greja minangka patunggilaning para tiyang pitados lan komunitas tiyang pitados dipun ajak ngetutaken lampahipun Gusti Yesus. Pasamuwan ngaturi papan kagem Gusti supaya Gusti saged nindakaken pakaryanipun ing jagad punika. Kajawi punika, minangka komunitas tiyang pitados, kita kaajak kangge nyeksèni saha ngraosaken swarga ingkang tinarbuka, ngetokaken daya ingkang paring gesang, kakiyatan ingkang katingal alus ananging gadhah daya ingkang ageng. Kita sedaya ingkang pitados kedah siap dados abdi ing kebon angguripun Gusti ing negara kita piyambak-piyambak. Kados dene Gusti Yesus ing  wekdal punika ugi siaga nindakaken peladosanipun ing masyarakat lan ngraosaken kuwatosipun tiyang sanes. Contonipun: nyarasaken tiyang kusta, tiyang wuta, tiyang pincang, maringi pangapunten dhateng tiyang estri ingkang kajiret laku jina, lsp.  Bab punika ugi saged dados perhatian kita dhateng tiyang sanes. Contonipun: ngrangkul tiyang ingkang sisah, mirengaken pasambat tiyang sanes, ngancani tiyang ingkang sami nandhang sisah, lsp.

Adhedhasar katrangan punika, prastawa tumitahing jagad, baptisaning Sang Kristus, ngantos paseksi imanipun rasul Paulus, dados perangan saking pakaryanipun Gusti Allah ingkang mboten wonten pungkasanipun. Kados perangan ing wiwitan, ngrembakanipun revolusi industri punika tansah owah lan ing ngriku Gusti Allah tansah makarya. Pakaryanipun Gusti tansah kelampahan ing pigesanganipun manungsa ngantos dumugi sapunika.

Panutup
Gusti Allah makarya nyawisaken lingkungan ingkang saged nguripi lan dipun uripi dening makhluk titahipun, sae ingkang wonten alas lan ugi ingkang wonten kutha. Gusti Allah tansah makarya. Gusti Yesus mberkahi kita. Amin. [kulz].

 

Pamuji: KPJ. 448 : 1 – 2  Pra Prajurite Gusti

Renungan Harian

Renungan Harian Anak