Malam Natal
Stola Putih
Bacaan 1 : Yesaya 9 : 1 – 6
Bacaan 2 : Titus 2 : 11 – 14
Bacaan 3 : Lukas 2 : 1 – 14
Tema Liturgis : Kehadiran Yesus Kristus Membawa Damai bagi Dunia
Tema Khotbah : Merayakan Natal adalah Memelihara Anugerah Allah
KETERANGAN BACAAN :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 9 : 1 – 6
Pasal 9 ini merupakan bagian nubuatan pertama Yesaya. Nubuatan ini diarahkan khusus kepada Yehuda dan Yerusalem. Dua kerajaan Israel yang mengalami perpecahan sehingga terbagi menjadi Israel Utara dan Israel Selatan. Dalam konteks perpecahan itulah pasal 9 menubuatkan hadirnya raja yang akan mempersatukan Israel. Secara khusus raja itu disebut sebagai raja damai. Raja damai inilah yang digambarkan sebagai terang yang menuntun Israel yang karena perpecahan itu mengalami perselisihan dan percekcokan. Gambaran raja damai sebagai terang ingin menegaskan kembali kehadirannya yang membawa persatuan dan pengharapan perdamaian. Dalam suasana yang baru karena dipimpin raja damai itu maka semua tatanan kehidupan diubah dari kebencian dan pertumpahan darah menjadi hidup dalam kerukunan dan pemaafan. Bahkan ketika ada permusuhan maka semua yang bermusuhan itu akan dibinasakan oleh raja damai tersebut.
Besarnya kekuasaan raja damai menjadikan umat yang selama ini menantikan kedamaian bersorak-sorai dan bergembira. Menariknya, raja damai itu dikaitkan dengan takhta Daud yaitu raja besar yang selama ini menjadi pemersatu umat Israel. Keterkaitan dengan Raja Daud inilah yang kemudian dikaitkan bahwa raja damai itu mengacu kepada Yesus Kristus yang masih merupakan keturunan Daud dalam cacah jiwa yang terjadi di zaman Kaisar Agustus.
Titus 2 : 11 – 14
Paulus memberikan nasehat kepada Titus tentang kehidupan baru di dalam Yesus. Isi nasehat itu adalah berkaitan dengan perubahan cara pandang atas kehidupan ini. Dalam isi nasehat itu, Paulus mengingatkan kembali dasar dari segala kehidupan pengikut Kristus adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Atas dasar kasih karunia itulah maka segala laku kehidupan kita tidak lagi diarahkan bagi pemujaan diri tetapi kehidupan diarahkan kepada Sang Pemberi anugerah itu. Keterarahan hidup kepada Tuhan itulah yang menjadikan Tuhan dipandang sebagai pengajar yang memberikan didikan untuk hidup bijaksana, adil dan beribadah. Untuk sampai kepada kehidupan yang seperti itu maka syaratnya adalah menanggalkan kefasikan dan kehidupan duniawi.
Kehidupan yang terarah kepada kebijaksanaan, adil dan beribadah harus dilakukan dalam ketekunan sampai pada penggenapannya. Jadi kehidupan yang dijalani hari ini memang penuh dengan anugerah yang menjadikan manusia bahagia tetapi itu semua belum mencapai kesempurnaan sebagaimana yang disediakan bagi kita. Oleh sebab itu sikap dalam menanti kesempurnaannya adalah tetap melakukan semua kebijaksanaan, keadilan dan ibadah supaya kehidupan manusia tidak keluar dari kasih anugerah Allah tersebut. Bukti nyata dari jaminan kesempurnaan kebahagiaan manusia adalah melalui pengorbanan diri Allah di dalam Yesus Kristus supaya setiap orang yang percaya menjadi umat milik-Nya.
Lukas 2 : 1 – 14
Kelahiran Yesus yang saat ini dikenal sebagai Natal menurut Injil Lukas dibuka dengan: Pada waktu itu… Ungkapan ini jelas bukan sembarangan dan bukan tanpa maksud. Terang saja ketika Lukas mengkisahkan kelahiran Yesus dengan kalimat pembuka itu hendak menegaskan sesuatu yang penting bagi kehidupan gereja yaitu waktu. Segala ritus dalam perayaan gerejawi memang tidak dapat dilepaskan dari waktu. Pusat waktu dalam seluruh siklus liturgis adalah pada peristiwa Paskah. Justru Natal baru di zaman kemudian dimasukkan ke dalam siklus liturgis. Menariknya, Natal yang adalah peringatan kelahiran Yesus Kristus diletakkan dalam dimensi sejarah yaitu ketika Kaisar Agustus memerintahkan cacah jiwa. Artinya Yesus Kristus itu lahir di zaman pemerintahan seorang raja yang berkuasa atas umat Yahudi.
Namun demikian ada ironi dibalik kekuasaan dan kemegahan seorang Kaisar dalam kisah Natal yaitu justru penerima kabar kelahiran Yesus Kristus adalah sekelompok masyarakat yang selama ini terpinggirkan yaitu kaum gembala di padang yang sedang menjalankan tugas menggembalakan ternak. Ada diskusi memang di antara para penafsir tentang status gembala ini. Sebagaian berpendapat bahwa gembala itu adalah buruh upahan yang menggembalakan kawanan ternak milik orang lain namun ada juga yang menyebut bahwa ternak itu miliknya sendiri. Dilihat dari teks Lukas 2 ini maka sangat masuk akal ketika gembala itu hanyalah orang upahan sebab Lukas ingin menampilkan kontras antara kaisar Agustus yang ternama dan berkuasa serta bergelimpang kekayaan dengan gembala upahan yang adalah para buruh tetapi tetap setia menjalankan tugasnya.
Dari kisah Natal perdana ini kemudian ada pelajaran yang dapat kita ambil diantaranya:
- Kelahiran Yesus terjadi di zaman kejayaan Romawi yang dipimpin oleh seorang kaisar terkenal bernama Agustus. Gambaran dari umat Yahudi yang menjadi penduduk jajahan ingin ditampilkan sebagai wujud penderitaan umat.
- Berita Natal diwartakan pertama kali justru kepada kaum terpinggirkan yaitu gembala yang tidak punya apa-apa tetapi setia melakukan tugasnya. Dari sini nampak keberpihakan dari Lukas tentang siapa Yesus bagi umat manusia yaitu Yesus diposisikan sebagai pemberi harapan kepada orang-orang terpinggirkan.
Dari kisah inilah kemudian bisa ditarik makna Natal perdana menurut Lukas yaitu lahirnya Juru Selamat bagi setiap orang sederhana yang mungkin tidak diperhitungkan tetapi tetap setia menjalankan tugasnya.
Benang Merah Antar Bacaan
Hadirnya Raja Damai di tengah-tengah kehidupan adalah memberikan kebahagiaan dan sukacita. Semua itu adalah anugerah yang harus tetap dijaga dan dirawat dengan laku hidup bijaksana, adil dan beribadah sampai kepada kepenuhannya. Dan Raja Damai itulah Yesus Kristus yang adalah keturunan Daud. Jadi Yesus Kristus adalah Raja Damai yang menganugerahkan kehidupan bahagia jika umatnya tetap dalam kasih karunia dengan cara menjalani hidup dalam kebijaksanaan, keadilan dan damai sejahtera.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Hanya sebuah rancangan, sangat mungkin dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Raja Mulia Lahir di Tempat yang Hina
Jemaat yang terkasih,
Entah sudah berapa kali kita di jemaat ini merayakan perayaan Natal tahun ini. Apalagi ketika kita tarik ke belakang, entah sudah berapa kali kita ikut merayakan Natal sejak kita percaya menjadi orang Kristen? Lalu adakah yang baru dari perayaan Natal kita kali ini? Jelas banyak hal baru, mungkin saja dekorasinya tahun ini lebih indah, acaranya bernuanasa baru, konsumsinya juga lebih istimewa. Atau mungkin tahun ini pohon terangnya lebih besar dengan hiasan yang lebih wow… Mungkin saja, Natal kita tahun ini lebih banyak puji-pujian atau drama atau mungkin atraksi-atraksi indah lainnya. Sangat baik memang mempersiapkan Natal dalam gemerlap dan keindahan karena ya memang kita menyambut Raja yang bukan sembarang raja karena raja ini adalah Raja Damai. Karena itu kalau ada perbedaan pandangan di antara panitia natal yang telah mempersiapkan perayaan pastilah karena semua ingin merayakan Natal yang terbaik dan teristimewa.
Tetapi ingatlah juga bahwa Natal adalah berita sukacita. Natal adalah pengharapan kepada mereka yang bergelut dengan kehidupan yang tidak mudah, natal adalah pengarus-utamakan mereka yang terpinggirkan. Setidaknya itulah yang kita baca dari Injil Lukas 2:1-14. Kita tahu waktu terjadinya Natal yaitu ketika Yesus terlahir ke dunia ini yaitu di saat seorang raja yang jaya berkuasa yang bernama Agustus memimpin seluruh wilayah kekuasaan Romawi. Sebagai seorang Raja negeri yang berkuasa tentulah ia memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan. Harta, apalagi itu tentu tak terhitung lagi gelimang hartanya. Kemegahan dan gegap gempita kaisar Agustus juga yang menjadikan Yusuf dan Maria berjuang keras untuk kembali ke kampung asalnya yaitu Yudea. Bukan perjalanan yang mudah dari kota Nazareth (di Galilea) menuju Betlehem (di Yudea) apalagi dalam kondisi hamil tua, seperti Maria. Butuh sebuah perjuangan demi memenuhi tanggungjawab seorang warga negara yang baik. Perjuangan berat itu ditambah lagi dengan kesulitan mendapatkan penginapan sehingga Maria melahirkan bayi Yesus di tempat yang tidak layak.
Padahal kita tahu bahwa bayi yang dilahirkan Maria itulah yang disebut sebagai Raja Damai sebagaimana yang dinubuatkan oleh kitab Yesaya 9. Seorang raja yang akan mempersatukan Israel yang kini terbelah menjadi dua. Seorang raja yang membawa kerukunan dan kedamaian di tengah sengitnya permusuhan dan persaingan antara Israel Utara dan Israel Selatan. Seorang raja yang sebenarnya dinanti-nantikan oleh seluruh penduduk Israel maupun Yehuda. Tapi ya memang begitu nasib keluarga yang tidak terlalu terkenal seperti Yusuf dan memang begitulah nasib dari orang biasa selalu tidak mendapat keisitimewaan apa-apa walau Maria tiba saatnya melahirkan. Dari kisah ini nampak sebuah ironi bahwa seorang raja yang dinantikan tetapi lahirnya justru tanpa sambutan apapun.
Kaum Gembala yang Berbahagia
Menariknya lagi, di tengah keramaian cacah jiwa itu tidak satupun orang yang mengetahui apalagi menyambut lahirnya Sang Raja Damai. Berita natal pertama justru diperdengarkan kepada kaum gembala yang sedang menjaga ternaknya di padang. Rupanya Lukas ingin menampilkan kelompok marginal yang selama ini terpinggirkan dan terabaikan sebagai penerima warta lahirnya Raja Damai yang dinantikan seluruh umat Israel itu. Dengan menampilkan kaum gembala sebagai penerima berita Natal, Lukas ingin menyampaikan pesan bahwa Yesus Kristus yang lahir itu menaruh kepedulian kepada kaum yang selama ini terpinggirkan tersebut.
Tentu saja suasana bahagia dan gembira yang dirasakan oleh kaum gembala karena mendapatkan berita sukacita lahirnya seorang raja damai itu. Namun sebelum perasaan itu semua, ketakutanlah yang dirasakan ketika ditemui oleh malaikat Tuhan yang mengabarkan kelahiran Juru Selamat dunia. Dengan demikian maka jelaslah bahwa Injil Lukas menegaskan kembali arti kelahiran Juru Selamat adalah bagi mereka yang selama ini kehilangan harapan dan biasa diabaikan oleh masyarakatnya.
Makna Natal yang Sesungguhnya
Dari kisah Natal di dalam Injil Lukas ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai pesan Natal kita kali ini yaitu:
- Natal adalah lahirnya raja damai yang memberikan pengharapan dan sukacita kepada manusia.
- Setiap orang yang menerima kabar Natal adalah mereka yang mendapatkan anugerah Tuhan sehingga tetaplah hidup dalam anugerah indah itu dengan melakukan hidup yang bijaksana, adil dan beribadah sampai pada kepenuhannya nanti.
- Kelahiran Kristus sebagai juru selamat menyelamatkan dunia dari berbagai kekacauan dan peperangan karena Juru Selamat itu bukan hanya menyelamatkan jiwa-jiwa kelak tetapi juga menyelamatkan kehidupan dari tatanan hidup yang rusak kepada tatanan hidup yang penuh dengan damai sejahtera.
Karena itulah sebagai penerima berita Natal tahun ini mari kita jadikan Natal sebagai sumber kedamaian dan ketenangan jiwa bagi diri pribadi dan juga bagi orang disekeliling kita. Pertanyaan refleksi bagi kita adalah: Apakah kita saat ini menjadi pemberita Natal bagi mereka yang biasa terpinggirkan atau justrukah kita membawa kekacauan di tengah kedamaian merayakan Natal tahun ini ? Selamat merayakan Natal. (to2k)
Pujian : KJ. 121
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
Raja Mulya Miyos ing Papan ingkang Nista
Pasamuwan kinasihipun Gusti,
Sampun kaping pinten panjenengan ing pasamuwan ngriki mahargya Natal? Tamtu sampun makaping-kaping punapa malih bilih pitakonanipun dipun ewah-ewahi makaten: sampun kaping pinten panjenengan mahargya Natal wiwit panjenengan dados tiyang Kristen? Tambah mboten emut malih awit mboten nate ngetang pahargyan Natal. Anangin punapa wonten ingkang enggal ing pahargyan Natal tahun punika? Tamtu kemawon kathah perangan ingkang enggal wonten pahargyan Natal punika, dekorasi ketawis enggal lan sansaya sae, adicaranipun sansaya keren, konsumsinipun sansaya mewah. Utawi tahun punika pohon terangipun enggal awit nembe tumbas ingkang langkung ageng kanthi hiasan ingkang elok. Utawi natal tahun punika pepujenipun langkung kathah, dramanipun lan atraksinipun langkung sae. Tantu sedaya anggadahi pikajeng ingkang sae tumrap pahargyan Natal ing pasamuwan pramila saking sedaya kepingin ingkang sae asring dadosaken rerembagan panitia pahargyan sansaya gayeng kepara malah drah.
Ananging kados pundi kemawon cecawis kita mahargya Natal kedah wangsul malih tegesipun natal kagem kita bilih natal punika pawartos rahayu. Natal inggih punika pangajeng-ajeng kagem sedaya tiyang ingkang sami rekasa gesangipun. Natal inggih punika paring perhatian mirunggan kagem tiyang-tiyang ingkang saweg kalirwakaken. Sak mboten-mbotenipun punika pawartos Natal ingkang kaserat dening Injil Lukas 2:1-14. Kita mangertosi bilih Natal punika kelampahan nalika zaman Romawi kapimpin dening raja ingkang misuwur lan digdaya inggih punika kaisar Agustus ingkang dados raja ing saindengipun imperium Romawi kalebet Isarel. Awit Romawi punika anggadahi kuwaos tamtu rajanipun ugi ageng kuwaosipun dumateng sedaya tlatah jajahanipun kalebet Israel. Donya-brana, mboten saged kaetang malih katahipun, sedaya keelokan lan kamulyanipun sang raja Agustus mboten wonten tandingipun. Mekaten ugi Rama Yusuf lan Ibu Maryam sami keraya-raya awit netepi dawuh sang nata Agustinus ingkang ngersakaken sedaya rakyat sami kadaftar wonten ing kitha asalipun. Sanes lelampahan ingkang gampil bilih Yusuf lan Maryam punika nilar Nazaret tumuju Betlehem (Yudea) punapa malih Ibu Maryam saweg ngandut sepuh ingkang sampun wancinipun babaran. Betahaken perjuangan murih tanggeljawab minangka masyarakat negeri. Perjuangan punika ugi sansaya awrat awit Rama Yusuf lan Ibu Maryam mboten pikatuk penginepan lan andadosaken Ibu Maryam babaran ing panggenan ingkang mboten limrah inggih punika kandang.
Estunipun kita mangertosi bilih jabang bayi ingkang kebabar punika estunipun ratunipun katentreman kados dene ingkang kaserat ing kitab Yesaya 9. Sang nata ingkang nunggilanekn Israel ingkang saweg crah lan misah dados perangan Israel Utara lan Israel Selatan. Sang Nata ingkang saweg dipun anti-anti dening sedaya tiyang Israel lan ugi Yudea. Wanci inggih mekaten limrahipun tiyang ingkang mboten terkenal kados dene Rama Yusuf lan Ibu Maryam mboten pikantuk perlakuan mirunggan lan mboten wonten ingkang gatosaken. Saking cariyos punika kita sinau bilih rawuhipun Sang Nata Katentreman mboten wonten sambutan mirunggan.
Para Pangon Kang Rahayu
Elokipun malih, ing satengah-tengah tiyang kathah ingkang sami nderek cacah jiwa punika mboten wonten satunggal kemawon piyantun ingkang pirsa punapa malih mahargya wiyosipun Sang Ratunipun Katentreman. Pawartos Natal malah kapireng dening para pangon ingkang sami makarya jagi rimatanipun ing pasamunan. Katawis sanget saking ngriki bilih Injil Lukas paring kawigatosan mirunggan dumateng kelompok masyarakat ingkang saweg kapinggiraken lan mboten dipun gatosaken dening masyarakat ingkang nampeni pawartos rahayu punika. Kanthi nedahaken para pangon ingkang nampi pawartos Natal estunipun paring pepeling bilih Gusti Yesus ingkang sampun miyos punika Gusti ingkang tansah perduli lan nggatosaken para tiyang ingkang mboten anggadahi posisi lan asring dipun pinggiraken dening masyarakat.
Awit nampi pawartos rahayu punika tamtu kemawon para pangon sami sukabingah nampi pawartos miyosipun Sang Ratuning Katentreman punika. Ananging raos bingah punika kawiwitan raos ajrih ugi nalika para pangon dipun panggihi dening para malaikat. Pramila cetha sanget bilih pawartos Natal estunipun katujukaken dumateng sedaya tiyang ingkang salami niki sami ngraosaken ajrih, koncatan pangandel lan was sumelang ing gesangipun lan ugi mboten dipun etang kahananipun ing masyarakat.
Tegesipun Natal
Saking cariyosipun Lukas punika kita saged sinau bilih Natal punika ngemu teges:
- Natal punika miyosipun Sang Ratunipun Katentreman ingkang paring kekiyatan lan pangajeng-ajeng lan kabingahan dumateng sedaya manungsa.
- Sedaya tiyang ingkang nampi pawartos Natal inggih punika tiyang ingkang kawastanan binerkahan awit kaparingan nugrahipun Gusti pramila kedah tansah nglampahi gesang kanthi ngibadah, adil lan mangun pangibadah ngantosing delahan langgen.
- Miyosipun Gusti Yesus ing alam donya jalari katentreman lan nebihaken memengsahan lan cecongkrahan awit Juru Wilujeng punika mboten anamung paring kawilujengan dateng jiwa-jiwa ananging ugi kawilujengan ing sak mangke srana tata gesang ingkang kebak ing tentrem rahayu.
Pramila minangka tiyang ingkang nampi pawartos Natal tahun punika sumangga Natal punika anjalari tentrem rahayu lan leremipun bathin kagem diri pribadi lan ugi tiyang sanes ing sak kiwa tengen kita punika. Pitakenan kagem dipun renungaken ing Natal punika: punapa kita sampun dados juru pawartos Natal kegem sedaya tiyang ingkang sami kapinggiraken utawi malah kita ngrisak katentreman dumateng tiyang ingkang sami mahargya Natal? Wilujeng mahargya riyadin wiyosipun Gusti, mugi sih rahmat lan katentreman tansah kajiwa lan kasarira ing kita sami. Amin. (to2k)
Pamuji : KPJ. 223