Mbangun Semsambetan Raket Khotbah Minggu 22 Oktober 2017

9 October 2017

Bulan Ekumene
Stola Putih

Bacaan            1          : Keluaran 33:12-23
Bacaan            2          : 1 Tesalonika 1:1-10
Bacaan            3          : Matius 22:15-22

Tema Liturgis  : Ketaatan Membangun Persekutuan
Tema Khotbah : Mangun sesambetan raket.

 

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Keluaran 33: 12-23

Bagian ini berkaitan dengan posisi Musa sebagai pemimpin bangsa Israel. Karena merasa menjadi sahabat Tuhan, Musa dapat menyampaikan pendapatnya kepada Tuhan atas nama bangsa Israel. Karena kedudukannya sebagai pemimpin Israel, Tuhan pasti akan memberikan solusi yang baik bagi bangsa itu. Ayat 14 menunjukkan bahwa permohonan Musa berhasil. Tetapi karena belum merasa puas, Musa terus mendesak. Kalau Tuhan memang dekat dengan mereka, maka seluruh bangsa itu harus merasakan kedekatan itu. Apa yang diminta Musa dikabulkan oleh Tuhan. Makna dari seluruh perdebatan itu adalah bahwa kesejahteraan bangsa yang terikat perjanjian itu didasarkan pada kasih dan perjanjian antara Allah perjanjian dengan perantara perjanjian, yaitu Musa.

Dengan berani Musa mengusahakan kepastian yang lebih jauh lagi bagi bangsa Israel, karena penyebutan nama ilahi adalah jaminan dari kehadiran dan belas kasih. Nama ilahi itu berkaitan dengan perjanjian. Ada bahaya yang muncul jika berhadapan langsung dengan Allah. Karena itu Musa ditempatkan di lekukan gunung dan dilindungi oleh tangan Allah. Kesempatan memandang belakang Allah merupakan bukti keterbatasan dan sekaligus bukti keakraban Musa dengan Allah. Dalam keakraban itu kesejahteraan seluruh bangsa itu terikat.

 

1 Tesalonika 1:1-10

Surat 1 Tesalonika ini ditulis oleh Paulus atas nama dirinya, Silwanus dan Timotius. Surat ini ditulis setelah Paulus mendapat kabar dari Timotius tentang orang-orang Kristen di Tesalonika. Surat ini dikirim ketika Paulus dari Korintus.

Paulus mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas iman orang-orang Kristen di Tesalonika yang begitu hidup. Dia bersyukur dan mmebanggakannya mengingat banyaknya serangan dari orang-orang Yahudi, tetapi mereka tetap teguh berpegang teguh dan berakar di dalam Injil yang diberitakan dan diajarkan oleh Paulus.

Paulus meyakini bahwa mereka mendapat kekuatan dari pekerjaan Roh Kudus, bukan sekedar usaha mereka sendiri. Sehingga, mereka mampu menjadi penurut-penurut Paulus dan penurut-penurut Tuhan. Mereka melakukan ajaran-ajaran Paulus dan menaati perintah-perintah Tuhan. Mereka meninggalkan kekafiran untuk melayani Tuhan dan fokus pada penantian akan kedatangan Kristus dari sorga. Sehingga, mereka menjadi model kekristenan bagi orang-orang Kristen di wilayah Makedonia dan Akhaya.

 

Matius 22:15-22

Di bagian ini dipaparkan perdebatan mengenai masalah membayar pajak kepada Kaisar. Perdebatan dimulai oleh dua kelompok orang Yahudi yang selalu memusuhi Yesus, yaitu orang-orang Farisi dan Herodian. Farisi adalah kelompok orang yang menjaga ketat kemurnian agama Yahudi yang menolak membayar pajak kepada pemerintah asing (Kaisar). Sedangkan Herodian -yang diajak orang-orang Farisi menjebak Yesus- rupanya adalah kelompok orang yang mengurus sistem pajak di Palestina). Dua kelompok in bergabung untuk menjebak Yesus dengan pertanyaan mereka. Jika Yesus setuju bahwa pajak harus dibayarkan kepada Kaisar, Dia akan kehilangan penghormatan dari kaum nasionalis religius. Tetapi jika Dia menolak pembayaran pajak kepada Kaisar, Dia bisa ditangkap oleh pemerintahan Kaisar.

Yesus mengetahui kemunafikan mereka di balik jebakan dan pertanyaan mereka. Karena itu, Yesus menghindari jebakan mereka dengan meminta menunjukkan mata uang untuk pembayaran pajak itu; uang itu bergambar dan bertuliskan Kaisar. Karena mereka menggunakan uang itu, maka mereka harus membayar pajak kepada Kaisar. Tetapi Yesus juga membuka kemunafikan mereka dengan menegor mereka bahwa mereka harus “membayar pajak” kepada Allah.

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Kedekatan antara umat dan Tuhan, antara umat dan umat, dibangun dari ketaatan kepada Tuhan dan pemerintah.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Proses pengadilan dugaan penodaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mulai akhir tahun lalu sampai pertengahan tahun 2017 ini memicu bahaya terpecahnya hubungan antar umat di Indonesia, bukan hanya di ibukota Jakarta. Pasca penetapan vonis Majelis Hakim 2 tahun penjara atas Ahok, bahaya perpecahan itu makin tinggi. Menyadari bahaya yang makin tinggi itu, pada bulan Mei di mana-mana marak dilakukan gerakan penyalaan 1000 lilin perdamaian. Gerakan itu dilakukan untuk menangkal tindakan intoleransi dan radikalisme. Harapannya dengan gerakan itu, hubungan dekat antar umat jangan sampai terpecah. Hubungan dekat, toleransi dan kesatuan umat itu disadari sebagai keadaan yang sangat mahal, sangat berharga.

 

Isi

Tuhan Yesus juga tidak menghendaki terjadinya perpecahan di antara bangsa Yahudi antara yang pro dan yang kontra terhadap pembayaran pajak kepada Kaisar. Tuhan Yesus tidak mau terjebak dalam sikap yang bisa mengakibatkan perpecahan bangsa Yahudi, umat Allah. Tuhan Yesus tahu jika jawabanNya salah terhadap pertanyaan orang-orang Farisi -yang menjebak- itu, maka umat Allah itu akan terpecah menjadi yang pro dan yang kontra terhadap pemerintah. Jika perpecahan itu terjadi, maka akan timbul keresahan bahkan permusuhan dan kekacauan di antara umat Allah; mereka akan dijauhkan dari kedamaian dan kesejahteraan. Kalau keadaan itu sampai terjadi, maka berarti jawaban dan sikap Tuhan Yesus itulah pemicunya.

Tuhan Yesus menghendaki adanya hubungan dekat antar umat Allah itu satu sama lain, antara mereka dengan pemerintah, antara mereka dengan Allah. Untuk itu, Tuhan Yesus menghendaki ketaatan mereka semua kepada pemerintah (Kaisar) dan kepada Allah (ayat 21: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”). Di dalam ketaatan kepada pemerintah dan kepada Allah itulah tercipta hubungan yang dekat di antara mereka, antara mereka dengan pemerintah dan dengan Allah.

Hubungan dekat antar umat Israel, mereka dengan Tuhan, dirasakan oleh Musa sebagai keadaan yang sangat menyenangkan dan membanggakan. Karena itu, Musa -sebagai pemimpin pilihan Tuhan- berani mengungkapkan pendapatnya kepada Tuhan. Musa berani mendesak Tuhan untuk menunjukkan kemuliaanNya. Dalam kedekatan Musa dengan Tuhan dan kedekatan umat Isarel dengan Tuhan, serta kedekatan antar umat itu kesejahteraan seluruh umat terikat, terjamin, terwujud. Kedekatan itu terbangun di atas ketaatan Musa dan umat Israel kepada perintah-perintah Tuhan. Tanpa ketaatan kepada perintah-perintahNya tidak mungkin tercipta kedekatan yang menyejahterakan itu.

Ketaatan orang-orang Kristen di Tesalonika kepada ajaran-ajaran Injil Tuhan menyenangkan dan membanggakan hati Paulus dan kawan-kawan. Sehingga, Paulus selalu bersyukur atas mereka di hadapan Tuhan. Paulus sangat bersyukur atas aktifnya iman mereka kepada Injil mengingat banyaknya tekanan dari orang-orang Yahudi yang menentang Injil yang diberitakan oleh Paulus. Orang-orang Kristen Tesalonika itu menjadi penurut-penurut Paulus dan penurut-penurut Tuhan. Memang ketaatan mereka itu bukan sekedar karena kehebatan atau kebaikan mereka sendiri, melainkan karena kekuatan karya Roh Kudus. Namun, itu juga menunjukkan bahwa mereka menundukkan diri di bawah pimpinan Roh Kudus. Tunduknya mereka atas pimpinan Roh Kudus dan ketaatan mereka kepada Tuhan juga didorong oleh fokus mereka pada kedatangan Tuhan Yesus dari sorga.

Minggu ini kita masih berada di Bulan Ekumene. Hidup berekumene berarti hidup bersama dalam kedekatan, kerukunan dan kedamaian bahkan kerjasama. Awalnya ekemumene dipahami hanya dalam hubungan dengan gereja-gereja lain. Namun dalam pemahaman yang baru, ekumene itu berhubungan dengan semua gereja dan agama. Dan dalam wawasan tema pelayanan GKJW “Mandiri dan Menjadi Berkat”, ekumene berarti berhubungan dengan semua ciptaan Tuhan. Hidup berekumene mempunyai tujuan untuk mendatangkan berkat Tuhan yang menyejahterakan semua ciptaan Tuhan di dunia.

Dalam kehidupan bersama, selalu saja ada provokator-provokator seperti orang-orang Farisi yang mendatangi Tuhan Yesus dan orang-orang Yahudi yang menekan persekutuan orang-orang Kristen di Tesalonika. Mereka sengaja atau tidak, sadar atau tidak, berusaha memecah belah kehidupan bersama, merusak kedekatan hubungan antar umat, mengusir kesejahteraan bersama.

Penutup

Hubungan ekumene baru harus kita bangun, karena Tuhan Yesus menghendaki hubungan dekat semua umatNya. Tuhan menghendaki kedamaian dan kesejahteraan seluruh umat bahkan seluruh ciptaanNya melalui hubungan ekumene kita. Mari kita bangun dan wujudkan persekutuan dan hubungan ekumene yang kuat berdasar pada ketaatan kita kepada kehendak Tuhan itu. Melalui dan di dalam hubungan ekumene itu dinyatakanlah keagungan dan kemuliaan kasih, karya, kuasa dan kehendak Tuhan. Amin. [st]

 

Nyanyian: KJ 448:1-3/ 256:1-3/ 255:1,2.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Lampahing pangadilan tumrap dugaan penodaan agama dening Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama aliyas Ahok wiwit pungkasaning taun kepengker ngantos tengahaning taun 2017 punika nuwuhaken bebaya crahing sesambetanipun umat ing Indonesia, boten namung ing ibukota Jakarta. Bakda paneteping vonis Majelis Hakim 2 taun pakunjaran tumrap Ahok, bebaya pecahing umat punika saya ageng. Nyadhari agenging bebaya punika, ing wulan Mei kepengker wonten gerakan ing pundi-pundi kitha nyumet 1000 lilin kagem katentreman (perdamaian). Gerakan punika katindakan kagem nulak patrap intoleran (boten ngajeni) lan radikalisme (kekerasan). Pangajeng-ajenging gerakan punika nggih supados raketing sesambetan antawisipun umat sampun ngantos pecah. Raketing sesambetan, toleransi lan manunggaling umat dipun sadhari minangka kawontenan ingkang awis sanget, aji sanget.

 

Isi

Gusti Yesus ugi boten ngersakaken crahing sesambetan antawisipun bangsa Yahudi ingkang sarujuk lan ingkang nampik kuwajiban mbayar pajek dhateng Kaisar. Gusti Yesus boten kersa kejiret (terjebak) ing lebeting sikep ingkang saged njalari crahing bangsa Yahudi, umatipun Allah. Gusti Yesus pirsa menawi wangsulanipun lepat tumrap pitakenanipun para tiyang Farisi -ingkang njiret- punika, umatipun Allah badhe crah pecah dados ingkang nyengkuyung lan ingkang nglawan pamarentah. Menawi ngantos crah, mesthi badhe tuwuh keresahan malah memengsahan lan worsuh (kekacauan) ing tengahing umatipun Allah; umatipun Allah badhe koncatan katentreman lan karaharjan (kesejahteraan). Menawi kawontenanipun dados kados makaten, punika ateges wangsulanipun Gusti Yesus punika ingkang dados jalaranipun.

Gusti Yesus ngersakaken kawanguning sesambetan raket antawisipun umatipun Allah satunggal lan satunggalipun, antawisipun umat kaliyan pamarentah, antawisipun umat kaliyan Gusti Allah. Ingkang punika Gusti Yesus ngersakaken pambangun turut (ketaatan) saking sedaya umat dhateng pamarentah (Kaisar) lan dhumateng Allah (ayat 21: “…caosna marang Kaisar apa kang dadi hake Kaisar, lan aturna marang Gusti Allah apa kang dadi kagungane Gusti Allah!”). Ing salebeting pambangun turut dhateng pamarentah lan dhumateng Gusti Allah punika kawangun sesambetan ingkang raket ing tengahing umat, antawisipun umat kaliyan pamarentah lan kaliyan Gusti Allah.

Raketing sesambetanipun umat Israel, umat kaliyan Gusti, dipun raosaken dening Nabi Musa minangka kawontenan ingkang mbingahaken lan maremaken sanget. Pramila saking punika -minangka pimpinan pilihanipun Gusti- Nabi Musa wantun nglairaken pamanggihipun dhumateng Gusti. Piyambakipun nyuwun kanthi adreng supados Gusti nedahaken kamulyanipun. Ing salebeting sesambetan ingkang raket antawisipun Nabi Musa kaliyan Gusti lan ing antawisipun umat Israel kaliyan Gusti, sarta ing tengahing para umat sadaya, katentreman lan karaharjan (kesejahteraan) kagem sadaya umat kaiket, terjamin, maujud. Raketing sesambetan punika kawangun dhedhasar pambangun turutipun Nabi Musa lan umat Israel dhumateng pepakenipun Gusti. Tanpa pambangun turut dhateng pepakenipun punika mokal winanguning sesambetan raket ingkang nentremaken.

Pambangun turuting tiyang-tiyang Kristen Tesalonika dhateng piwulanging Injilipun Gusti saestu mbingahaken lan maremaken manahipun Rasul Paulus sarencang. Matemah, Paulus tansah saos sokur atas umat Kristen punika ing ngarsanipun Gusti. Paulus saestu saos sokur atas gumregeting iman kapitadosanipun umat punika dhateng Injil, ngengeti agenging pacoben saking tiyang-tiyang Yahudi ingkang nglawan Injil ingkang kawartosaken dening Paulus. Umat Kristen Tesalonika punika nulad dhateng Paulus lan mbangun turut dhumateng Gusti. Pancen pambangun turutipun umat Tesalonika punika boten namung karana kasaenanipun piyambak, nanging karana kakiyatan pakaryanipun Sang Roh Suci. Ewasamanten, punika ugi nedahaken bilih umat Kristen Tesalonika punika ngasoraken dhiri ing rehipun Sang Roh Suci. Anggenipun sami manut dhateng pangrehipun Sang Roh Suci lan pambangun turutipun dhumateng Gusti punika ugi kabereg saking enering batosipun (fokus) dhateng rawuhipun Gusti Yesus saking swarga.

Dinten Minggu punika kita taksih wonten ing Wulan Ekumene. Gesang ekumene tegesipun gesang sesarengan ingkang raket lan rukun ing salebeting katentreman lan malah makarya sesarengan (kerjasama). Wiwitanipun ekumene dipun wastani namung sesambetan kaliyan greja-greja sanes. Nanging ing wawasan ingkang enggal, ekumene punika sesambetan kaliyan sadaya greja lan agami. Cundhuk kaliyan irah-irahan paladosan GKJW samangke “Mandiri dan Menjadi Berkat”, ekumene ateges gegayutan kaliyan sadaya titahipun Allah. Enering gesang ekumene punika sageda ndhatengaken berkahipun Gusti Allah ingkang menyejahterakan tumrap sadaya titahipun Gusti ing donya punika.

Ing salebeting pigesangan sesarengan, mesthi wonten kemawon provokator-provokator kados tiyang-tiyang Farisi ingkang kepengin njiret Gusti Yesus lan kados tiyang-tiyang Yahudi ingkang mojokaken patunggilanipun umat Kristen ing Tesalonika. Para tiyang makaten punika, sengaja utawi boten, sadhar utawi boten, ngudi pecahing gesang sesarengan, gesang bebrayan, ngrisak raketing sesambetanipun para umat, tuwin nundhung katentremaning bebrayan.

 

Penutup

Sesambetan ekumene enggal kedah kita wangun, karana Gusti Yesus ngersakaken raketing sesambetanipun sadaya umat. Gusti ngersakaken katentreman lan karaharjan tumrap sadaya umat malah sadaya titahipun lumantar sesambetan ekumene kita. Sumangga kita wangun lan kita wujudaken patunggilan lan sesambetan ekumene ingkang bakuh dhedhasar pambangun turut kita dhateng karsanipun Gusti. Lumantar lan ing salebeting sesambetan ekumene punika kawujudna agung lan mulyaning sih katresnan, pakaryan, pangwasa lan karsanipun Gusti. Amin. [st]

 

Pamuji: KPK 319:1-3/ Kid. Kontekstual 148:1,2.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak