Bersikap Kritis Dalam Memberdayakan Persekutuan Khotbah Minggu 15 Oktober 2017

2 October 2017

Bulan Ekumene
Stola Putih

 

Bacaan    1        : Keluaran 32:1-14
Bacaan    2        : Filipi 4:1-9
Bacaan    3        : Matius 22:1-14

Ayat Introitus    : I Korintus 12:27

Tema Liturgis     : Ketaatan Membangun Persekutuan
Tema Khotbah   : Bersikap Kritis Dalam Memberdayakan Persekutuan

 

Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Keluaran 32:1-14

Isi perikop ini sangat terkenal. Umumnya orang mengenal kisah ini sebagai kisah kejatuhan Israel yang paling tragis selama mereka melakukan perjalanan di padang gurun dari Mesir menuju tanah perjanjian. Terang-terangan bangsa ini melanggar hukum pertama dan kedua dari Sepuluh Hukum Tuhan (Keluaran 20:3-6). Harun yang dimandati tanggung-jawab oleh Musa untuk mendampingi bangsa ini (Kel. 24:14) selama ia menghadap Tuhan di puncak Sinai, ternyata tidak mampu mengemban tugas itu dengan baik, bahkan digambarkan menjadi bagian dari kelompok (konspirasi) jahat yang berniat menggeser kepemimpinan oleh Tuhan melalui Musa, dengan kepemimpinan berhala. Begitu tragisnya kejatuhan bangsa ini sampai-sampai digambarkan Tuhan begitu murka dan berkehendak melenyapkan mereka dari muka bumi (Kel. 32:10).

 

Filipi 4:1-9

Filipi merupakan salah satu kota Romawi yang terletak di Makedonia Yunani bagian Utara. Di sinilah Paulus mengawali pelayanannya di daratan Eropa. Wajar kalau di kota ini juga bertumbuh komunitas Kristen mula-mula karena kota ini dilewati Via Egnatia yaitu jalur lalu lintas militer dan perdagangan Kekaisaran Romawi. Artinya kota ini mudah disinggahi oleh banyak orang dengan berbagai kepentingan dan tentu saja tak ketinggalan orang-orang Kristen yang mulai banyak jumlahnya pada waktu itu. Kepada jemaat Kristen di kota inilah surat Paulus dikirimkan kali ini.

Nah, kalau mau lebih mengerucut lagi pada perikop kita maka segera bisa diketahui bahwa ini adalah bagian terakhir atau penutup dari surat Paulus tersebut. Bagian penutup ini dipadati dengan nasehat-nasehat untuk sungguh-sungguh memelihara persekutuan supaya persekutuan jemaat Kristen di Filipi tetap menjadi saksi karya kasih Allah yang mendatangkan damai sejahtera. Oleh karena Filipi merupakan kota persinggahan, maka berbagai orang dengan bermacam latar-belakang juga berkumpul di situ. Artinya, berragam pengaruh saling bercampur aduk di situ. Pada situasi sosial seperti inilah jemaat Tuhan dengan setia digembalakan Paulus supaya tetap bertahan.

 

Matius 22:1-14

Matius merupakan Injil yang paling bersifat ke-Yahudi-an di antara Injil-injil lainnya. Kita bisa melihatnya dari terbatasnya si penulis menyebut nama Allah secara langsung. Misalnya untuk istilah Kerajaan Allah, Injil Matius mengatakan Kerajaan Sorga. Bagi orang Yahudi tulen, menyebut nama Allah secara langsung itu suatu tabu. Sebab menurut mereka menyebut langsung nama Allah itu sama dengan tidak menghormati Allah, maka mereka menggunakan sebutan perantara, yaitu adonai (tuanku) agar tidak mengucapkan kata Allah secara langsung (Bandingkan Injil Matius dengan Lukas 14:15-24).

Begitu juga dengan hal perkawinan. Bagi orang Yahudi, perkawinan bukan sekedar bersatunya individu laki-laki dengan individu perempuan, melainkan suatu simbol bersatunya keluarga-keluarga atau klan-klan. Perkawinan juga berarti penyatuan kekuatan untuk melindungi pendukung utama kehidupan yang ada pada mereka, seperti air dan bahan makanan. Oleh karena itu sukacita atas bersatunya keluarga-keluarga itu harus dirayakan semeriah-meriahnya dengan melibatkan tamu-tamu yang diundang secara khusus pula. Tidak memenuhi undangan perkawinan itu dianggap meremehkan atau merendahkan keluarga-keluarga yang sedang punya hajat.

 

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Baik Keluaran 32:1-14, Filipi 4:1-9 dan Matius 22:1-14 membahas tentang dinamika dari suatu komunitas atau sekelompok manusia yang hidup bersama. Yang namanya komunitas itu bisa ditata supaya bergerak bersama ke arah tertentu. Kalau penataannya baik, maka seluruh komunitas akan memiliki kemungkinan mengarah kepada hal-hal yang baik. Sebaliknya kalau penataannya buruk, maka kemungkinan komunitas itu mengarah kepada petaka bersama akan menjadi besar. Supaya suatu komunitas mengarah kepada hal yang baik, maka dibutuhkan perjuangan keras dari komponen-komponennya untuk memberi isi dan arah yang benar bagi seluruh anggota komunitas.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Ervin Laszio dan Ken Wilber (pemikir Amerika) dalam tulisan mereka berjudul Integral Theories of Everything (Teori Terintegrasi tentang Segala Sesuatu) di tahun 2008 menyatakan bahwa kita ini adalah bagian dari realitas holonik, yang artinya setiap kenyataan itu merupakan bagian dari kenyataan yang lebih besar. Sebaliknya juga demikian, setiap kenyataan itu tersusun dan terbentuk dari kenyataan-kenyataan yang lebih kecil. Contoh: Saya adalah bagian keluarga saya. Keluarga saya adalah bagian dari jemaat tertentu. Jemaat saya merupakan bagian dari Majelis Daerah tertentu. Majelis Daerah saya adalah bagian dari GKJW. GKJW adalah bagian dari Persekutuan Gereja-gereja se Indonesia (PGI). PGI adalah bagian dari Dewan Gereja Asia dst.

Sebaliknya, saya ini tersusun dari organ-organ tubuh. Organ tubuh saya tersusun atas jaringan-jaringan. Jaringan tubuh saya tersusun atas sel-sel. Sel tubuh saya tersusun atas molekul-molekul. Molekul saya tersusun atas atom-atom. Atom di tubuh saya tersusun atas proton, neutron, elektron, positron dst.

Kita bisa dipengaruhi baik oleh kenyataan yang lebih tinggi dari kita maupun oleh kenyataan-kenyataan yang lebih sederhana yang menyusun kita. Di sisi lain, kita juga bisa mempengaruhi kenyataan yang lebih besar maupun yang lebih rendah dari kita. Kemungkinan terjadinya interaksi timbal balik antara kita dengan kenyataan yang kita bentuk atau kenyataan yang membentuk kita itulah yang disebut dengan peluang. Peluang itu dapat diisi dengan sesuatu yang buruk atau sesuatu yang baik, misalnya menebar damai sejahtera Tuhan.

 

Isi

Sejak dipasarkannya berbagai jenis smartphone (telepon pintar) beserta semua fitur aplikasinya, hubungan antar manusia menjadi semakin mudah dan praktis. Jarak tidak lagi menjadi kendala. Orang bisa dengan mudah mengirim dan menerima pesan baik berupa suara, teks maupun gambar, atau juga kombinasi di antaranya. Namun yang patut disayangkan adalah bahwa semakin banyaknya kemudahan itu tidak serta merta juga membawa perbaikan kualitas hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain.

Sebab dengan semakin canggihnya teknologi alat-alat telekomunikasi jaman sekarang ini, maka pengaruh-pengaruh buruk juga ikut menjadi semakin mudah tersebar ke seantero bumi. Artinya, kita juga semakin sulit membedakan antara pesan yang betul-betul berdasar fakta nyata dengan HOAX (berita bohong). Keduanya sama-sama membawa informasi yang bisa mempengaruhi bahkan mengubahkan kehidupan sosial kemasyarakatan di sekeliling kita. Informasi benar maupun informasi bohong itu bergelombang-gelombang menerpa kita setiap hari, tanpa mendiskriminasikan usia, gender, strata sosial, jenis pekerjaan, strata pendidikan, ras, suku, agama, dst. Asal punya smartphone yang bisa dipakai mengakses internet, maka saat itu pula segala kemungkinan pengaruh yang dibawa oleh berbagai informasi itu langsung bisa mendatangi kita.

Sekarang ini orang tidak perlu lagi harus punya pangkat tinggi atau kekayaan besar untuk mempengaruhi banyak orang. Asal ia mempunyai ketrampilan mengolah informasi dan menyampaikannya dengan bahasa komunikasi yang meyakinkan, maka dengan bantuan segala alat canggih itu ia akan bisa menebar pengaruh secara massal ke berbagai pihak. Dan dampaknya bisa menjadi sangat luar biasa bagi banyak orang.

Taruhlah misal tokoh bernama Buni Yani. Orang yang semula tidak terkenal ini tiba-tiba namanya meroket terkenal, gara-gara mengunggah potongan video pidato Ahok ke internet yang segera direspon secara berapi-api oleh sejumlah massa yang kemudian mengadakan beberapa gelombang demonstrasi di pusat ibukota negara Republik Indonesia. Bayangkanlah bahwa editan potongan video Ahok yang cuma berdurasi beberapa menit saja itu ternyata bisa mempengaruhi sekian banyak orang. Di sinilah kekuatan teknologi telekomunikasi informasi sekarang ini. Apakah ini lantas membuat kita ngeri dan berhenti menggunakan alat-alat telekomunikasi canggih? Tentu saja tidak. Sebab kecanggihan alat-alat komunikasi tersebut bukan hanya membawa ancaman, melainkan juga harapan. Bukankah kalau hal buruk saja bisa menyebar dan mempengaruhi orang sedemikian rupa besarnya, maka itu berarti bahwa hal baik pun punya peluang yang sama untuk menyebar dan mempengaruhi orang banyak?

Pada titik inilah para pewujud damai sejahtera Tuhan itu harus memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya, supaya benar-benar bisa membawa pengaruh yang memberdayakan umat manusia di muka bumi ini. Motivasi dasarnya tidak boleh bergeser atau malah ditunggangi kepentingan-kepentingan dangkal yang berpotensi memecah-belah umat manusia. Segala motivasi diskriminatif harus segera ditanggalkan supaya tidak mencemarkan ketulusan dan keikhlasan yang akan kita bangun bersama-sama dengan Tuhan, dalam bentuk tindakan-tindakan kemanusiaan yang menjangkau semua lapisan masyarakat.

Masyarakat di sekeliling kita mungkin sedang mengalami kebingungan arah hidup seperti umat Israel yang resah gelisah menunggu Musa yang tak kunjung turun dari puncak Sinai. Namun informasi positif yang membawa sukacita harus kita tebarkan seperti Sang Raja yang menyebarkan undangan pesta perkawinan kepada semua penduduknya tanpa membeda-bedakan. Di mana dalam undangan tersebut segala hal baik yang bermanfaat bagi kehidupan bersama itu didengungkan secara terus-menerus, laksana Paulus yang membesarkan hati dan menghiburkan batin seluruh warga jemaat Kristen di kota Filipi.

 

Penutup

Tentu tidak mudah mencari dan menerapkan aksi-aksi kemanusiaan yang bisa memberdayakan seluruh warga jemaat kita. Akan tetapi usaha kearah pewujudan damai sejahtera Tuhan bagi seluruh bumi itu tidak boleh kendor kita lakukan. Ada begitu banyak peluang yang bisa kita manfaatkan untuk memperjuangkan perdamaian yang tulus dengan berbagai pihak, menegakkan keadilan dalam mencapai kesejahteraan bersama dan menyekutukan seluruh komponen ciptaan Tuhan ini dalam ikatan kasih satu dengan yang lain.

Kita bisa memulai dari tindakan-tindakan yang sederhana tapi bisa dilakukan oleh anak-anak kita, misalnya mulai melatihkan perasaan cinta belajar sejarah bangsa kita, mulai dengan mempelajari sejarah gereja lokal masing-masing. Lalu melombakannya dalam kelas-kelas Ibadah Anak/ Remaja di gereja. Level latihannya bisa ditingkatkan misalnya dengan cara yang menarik mengajak anak-anak menelusuri jejak sejarah desanya atau kecamatannya. Atau untuk para pemuda gerejanya bisa mulai dilibatkan dalam persiapan ibadah umum di hari Minggu. Kemudian ditingkatkan dengan mengajak mereka ke Puskesmas terdekat untuk belajar tentang penyebaran virus HIV/AIDS beserta usaha-usaha pencegahannya. Dan masih banyak lagi usaha baik yang bisa dilakukan jemaat. [cbpa]

 

NYANYIAN : KJ No. 252; 257; 260.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Ervin Laszio lan Ken Wilber (pemikir Amerika) ing salebeting seratanipun ingkang anggadhahi irah-irahan Integral Theories of Everything (Gegayutaning Teori bab Samudayaning Prekawis) ing tahun 2008 anggadhahi pemanggih bilih kita punika namung sawijining kasunyatan ingkang asipat holonik, punika ngemu suraos bilih saben kasunyatan punika, punapa kemawon wujudipun, namung salah setunggal perangan saking kasunyatan ingkang langkung adi. Kosokwangsulipun ugi mekaten, saben kasunyatan punika kabangun dening kasunyatan sanes ingkang langkung alit. Conto: Kula punika namung salah satunggal peranganing brayat kula. Brayat kula ugi namung peranganing pasamuwan. Pasamuwan kula punika peranganing Majelis Daerah (MD). MD kula punika peranganing Majelis Agung GKJW. GKJW punika peranganing Patunggilaning Greja-greja ing Indonesia (PGI). PGI punika peranganing Dewan Greja Asia, lsp. Kosokwangsulipun ugi mekaten, badan kula punika kaperang dados gegelitan-gegelitaning wadhag. Saben gegelitaning wadhag kula punika kaperang dados jaringan-jaringan. Saben jaringaning wadhag kula punika kaperang dados sel-sel wadhag. Saben sel wadhag kaperang dados molekul-molekul. Saben molekul kaperang dados atom-atom. Saben atom kaperang dados proton, netron, elektron, positron lsp.

Kita punika saged angsal pangawruh, sae punika saking kasunyatan ingkang langkung agung utawi ingkang langkung prasaja. Kosokwangsulipun, kita ugi saged paring pangawruh sae punika dhateng kasunyatan ingkang langkung agung tumrap kita, mekaten ugi dhateng ingkang langkung andhap. Wontenipun sesambetan ingkang kados punika kalawau ingkang murugaken kesempatan. Kesempatan punika kalawau saged kita isi mawi prekawis awon utawi tumindak ingkang kebak kasaenan kados dene nebar winihing katentreman ingkang pinangkanipun saking Gusti.

 

Isi

Wiwit smartphone (telepon pinter) kapasaraken jangkep kaliyan sedaya kelengkapanipun punika, sesambetaning priyantun setunggal lan setunggalipun sansaya gampil lan praktis. Sianosa tebih sampun dados prekawis ingkang ngewet-eweti malih. Sok sintena kemawon saged ngintun lan nampi pesen arupi gambar, seratan, swanten utawi campuran saking tigang prekawis punika. Ananging emanipun sansaya gampilipun sesambetan punika boten laras kaliyan mindhaking mutu tumraping gesang memitran antawising setunggal lan satunggalipun.

Awit sansaya majenging teknologi piranti telekomunikasi ing jaman samangke punika ateges pangawruh-pangawruh ala ugi saya gampil nyebar dhateng pundia kemawon. Kita piyambak saya nemahi pakewet mbentenaken pundi pawartos kayekten lan pundi ingkang nasaraken (HOAX). Kalih-kalihipun sami-sami awujud infomasi ingkang saged nggadhahi pangawruh tumrap ewah-ewahaning kawontenan sosial kemasyarakan ing sakiwa tengen kita. Sadaya informasi, sae ingkang ngemu kayekten lan ugi ingkang nasaraken sami ngerobi kita ing saben dinten, malah sampun boten dipun watesi prekawis umur, gender, strata sosial, pendidikan, jinising pendamelan, ras, suku, agama lsp. Angger gadhah smartphone lan saged lumebet ing internet, mesthi saged nampi imbasing pangawruh informasi.

Samangke tiyang sampun boten malih mbetahaken pangkat inggil utawi rajabrana kathah kangge asok pangawruh dhateng tiyang kathah. Sintena kemawon, angger prigel ngolah informasi lan saged nata mawi basa komunikasi ingkang ngedab-edabi, menapa malih angsal pambiyantuning piranti-piranti ingkang canggih, piyambakipun mesthi saged asok pangawruh ageng tumrap tiyang kathah. Lan saged nguwohaken prekawis ingkang nggumunaken tumraping ngasanes.

Contonipun kados Buni Yani punika. Piyambakipun punika wiwitan boten wonten ingkang sumerep, nggih namung tiyang biasa kemawon, ananging dumadakan namipun punika kondhang, krana piyambakipun ngunggah video editan saking pidatonipun Pak Ahok dhateng internet. Tamtu kemawon punika langsung murugaken demonstrasi ing pundi-pundi panggenan, punapa malih ing Jakarta. Cobi kita galih saestu, tugelan video ingkang dangunipun namung sawatawis menit punika pranyata saged asok pangawruh dhateng tiyang kathah. Ing ngriki katingal kakiyataning teknologi telekomunikasi informasi samangke punika. Punika sedaya badhe andadosaken kita ajrih, jirih lajeng ngandhegaken kita ngginakaken piranti ingkang canggih punika? Tamtu sampun ngantos mekaten. Awit canggihipun pirantos-pirantos telekomunikasi punika boten namung mbekta prekawis ingkang njalari raos kuwatir, ananging ugi mbekta pangajeng-ajeng. Menawi prekawis awon saged kasebar lumantar piranti punika, mila punika ugi ateges prekawis ingkang njalari karahayon saged kasebar ngginakaken piranti punika, kangge mangsulaken kawontenan dhateng katentremaning gesang tiyang kathah.

Pramila, para pandherekipun Gusti kedah nggadhahi kasagedan ngginakaken kesempatan ingkang sampun sumadya, sukur bage menawi ugi saged ngginakaken kanthi wicaksana piranti-piranti punika, supados kita kanthi tumemen ndherek mangsulaken karahayoning Gusti Allah ing salumahing bumi. Ingkang dados dhasar tumrap kita nindakaken sedaya prekawis kalawau sampun ngantos ewah, punapa malih menawi kita taksih remen ndhelikaken kepentingan-kepentingan saperangan tiyang ingkang namung murugaken dredah, kasisahan lan kasangsaran tumraping liyan. Kamangka ingkang saweg kita upadi punika namung sih katresnanipun Gusti Yesus, kasetyan lan kaikhlasan kados ingkang sampun katuladhakaken dening Panjenenganipun, ingkang kawujudaken ing tumindak nyata dhateng sesami.

Warganing masyarakat ing sakiwa tengen kita samangke saged ugi ngalami pangraos bingung kados ingkang dipun alami dening bangsa Israel nalika nengga Nabi Musa ingkang saweg sowan mareg dhumateng Gusti Allah ing inggiling ardi Sinai. Kadosa pundi kawontenan ing satengah masyarakat punika, kita kedah tetep martosaken pawartos rahayu, tanpa mbenten-mbentenaken, kados dene Sang Ratu ingkang ngutus para abdi nimbali para undangan. Ing pundi ing salebeting uleman punika prekawis-prekawis ingkang murugaken kasaenan lan karahayon tanpa kendhat kedah dipun suwantenaken, kados dene Paulus ingkang boten nate kendhat anggenipun paring panglipur dhateng pasamuwan Filipi.

 

Panutup

Tamtu boten gampil ngupadi tumindak ingkang nyagedaken sadaya warga pasamuwan mujudaken tentrem rahayu ing salumahing bumi. Menawi saestu anggen kita ngupadi, tamtu Gusti Yesus ingkang badhe paring pitedah supados kita saged kanthi greget mujudaken karahayon punika. Wonten kathah kesempatan kangge kita mbudidaya mujudaken karukunan, ngudi jejeging kaadilan tumuju dhateng karahayon sarta nunggilaken sedaya peranganing titahipun Gusti srana suhing sih katresnan satunggal lan satunggalipun.

Kita saged miwiti saking tumindak ingkang prasaja lan saged katindakaken dening anak-anak kta. Upaminipun, nggladhi raos remen sinau sejarah bangsa kita, srana wiwit nyinau sejarah greja/ pasamuwanipun piyambak. Lajeng dipun wontenaken lomba punika kangge Anak/Remaja ing pasamuwan. Trap latihanipun saged dipun tingkataken kanthi cara ingkang menarik anak-anak kaajak ndlajahi sejarah desanipun utawi kecamatanipun. Utawi kangge para pemuda, saged kadherekaken ing pacawisan ibadah umum ing dinten Minggu. Lajeng katingkataken ngajak pemuda dhateng Puskesmas sinau bab sumebaring virus HIV/AIDS sarta pambudidaya pencegahanipun. Utawi kegiatan-kegiatan sanesipun. [cbpa]

 

PAMUJI : KPK 310; 314; 319.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak