Rabu Abu | Pembukaan Masa Pra Paskah
Stola Ungu
Bacaan 1: Yoel 2 : 1 – 2, 12 – 17
Mazmur: Mazmur 51 : 1 – 17
Bacaan 2: 2 Korintus 5 : 20b – 6 : 10
Bacaan 3: Matius 6 : 1 – 6, 16 – 21
Tema Liturgis: Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema Khotbah: Hasilkan Buah Pertobatanmu!
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yoel 2 : 1 – 2, 12 – 17
Bagian bacaan kita, Yoel 2 : 1 – 2 menggambarkan tentang Hari TUHAN yang semakin mendekat. Datangnya Hari TUHAN itu membawa bencana dan malapetaka, yang membuat seluruh penduduk bumi gemetar. Hari TUHAN digambarkan seperti hari yang gelap gulita dan kelam kabut, yang keberadaannya belum pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. TUHAN akan menghukum bangsa Israel yang tidak setia kepada-Nya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman-Nya jikalau dia tidak bertobat. Sebab TUHAN sendirilah yang akan turun tangan menghukum mereka yang berdosa. Untuk itulah, berita penghukuman ini disampaikan oleh Yoel dengan harapan bangsa Israel bertobat dan kembali setia kepada TUHAN.
Seruan pertobatan itu TUHAN sampaikan melalui Yoel, “Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, menangis dan meratap.” (Ay. 12 TB2). Dari seruan pertobatan ini, TUHAN menginginkan pertobatan yang sungguh-sungguh. Pertobatan yang lahir dari hati nurani yang paling dalam. Dan kesungguhan pertobatan itu dinyatakan melalui puasa, tangisan, ratapan dan ungkapan penyesalan yang sungguh-sungguh kepada TUHAN. Ayat 13 TB2 menyebutkan, “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” Dari ayat ini, TUHAN menghendaki agar pertobatan tidak hanya bersifat ritual saja atau pertobatan lahiriah saja, namun pertobatan yang lahir dari dasar hati yang paling dalam, pertobatan batiniah. Di ayat ini kita juga mengetahui perubahan sikap Tuhan dari Ia yang murka menjadi pengampun. Itu karena TUHAN sungguh mengasihi dan menyayangi umat-Nya. Kasih setia-Nya tiada berubah dan tiada berkesudahan. Keadilan-Nya dinyatakan melalui penghukuman kepada mereka yang tidak mau bertobat, tetapi kasih-Nya dinyatakan kepada mereka yang mau mengakui dosanya dan bertobat dengan sungguh-sungguh.
Ayat 15 – 17 menjelaskan tata cara liturgis yang dilakukan oleh bangsa Israel dalam pertobatan mereka. Dimulai dari tiupan sangkakala yang menjadi penanda umat untuk segera datang kepada Tuhan. Mereka harus berpuasa di hari yang telah ditentukan (Ay. 15), berkumpul dalam satu himpunan mulai dari anak-anak hingga para orang tua bahkan termasuk anak yang sedang menyusu. (Ay. 16). Ini menandakan bahwa TUHAN menghendaki adanya pertobatan komunal, pertobatan yang melibatkan seluruh bagian dari umat Israel. Pengantin laki-laki dan perempuan agar mereka keluar dari kamar tidur mereka (Ay. 16). Artinya TUHAN menginginkan agar umat-Nya datang dihadapan-Nya dengan kekudusan, tidak mencemari dirinya dengan hawa nafsu dan birahi saat datang menghadap kepada-Nya. Selanjutnya, para imam dan para pelayan TUHAN memimpin umat Israel menghadap TUHAN untuk menyesali dosa mereka, menangis dihadapan TUHAN serta berseru memohon pengampunan dan belas kasih TUHAN. (Ay. 17).
2 Korintus 5 : 20b – 6 : 10
Jemaat Korintus merupakan sebuah jemaat kosmopolitan. Jemaat yang kaya dan multietnis. Namun demikian jemaat Korintus mengalami perpecahan, mereka yang kaya hanya mau duduk dengan yang kaya saja, sedangkan yang miskin berkumpul dengan yang miskin. Mereka juga terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok, ada kelompok Apolos, kelompok Petrus, kelompok Paulus, kelompok Yesus dan mungkin masih ada kelompok lain. Apa yang tampak di Jemaat Korintus ini menggambarkan tidak adanya kesehatian dan kesatuan tubuh Kristus di antara mereka, sebab mereka lebih mementingkan dan mengunggulkan kelompok mereka sendiri daripada menyadari pentingnya kesatuan dan persekutuan di antara mereka.
Surat pertama dan kedua Paulus kepada Jemaat Korintus merupakan surat penggembala. Dalam perikop bacaan kedua ini, Paulus mengatakan “Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (5:20). Pernyataan ini disusul oleh gambaran Kristus yang telah mati karena dosa manusia, tetapi Jemaat Korintus yang dibenarkan oleh Kristus. Namun hal ini justru berpotensi menjadikan kasih karunia Kristus itu menjadi sia-sia (6:1), jika mereka masih terpecah-pecah. Karena itu, Paulus menasihatkan Jemaat Korintus agar berdamai dengan Allah, karena Allah berkenan mendengar dan menyelamatkan mereka.
Paulus menunjukkan suatu teladan kepada jemaat Korintus, bagaimana dia melayani, rela menanggung penderitaan, kesengsaraan, dan kesukaran demi terwujudnya pelayanan penuh kemurnian, sehingga pemberitaan akan kebenaran dan kekuasaan Allah dapat terwujud (Ay. 3-7). Bagi Paulus, pelayanan yang sejati sebagai upaya berdamai dengan Allah adalah memeluk keutuhan hidup. Dalam ayat 8-10, memeluk keutuhan hidup itu digambarkan dengan cara menerima keberadaan diri yang saling bertentangan (dicela – dihormati, diumpat – dipuji, tidak dikenal – terkenal, dan seterusnya). Kesediaan hidup bersama Allah bukanlah sekadar mewujudkan kehidupan yang baik secara tatanan hidup manusia yang ideal, tetapi bagaimana memeluk kehidupan dengan utuh, demi terwujudnya karya Allah yang sejati.
Matius 6 : 1 – 6, 16 – 21
Bagian bacaan 3 ini merupakan bagian dari pengajaran Yesus di bukit atau lebih dikenal dengan khotbah di bukit. Yesus mengajarkan tentang hal kerajaan Allah dan hal-hal yang harus dilakukan sebagai orang percaya. Secara jelas Ia mengajarkan tentang hal bersedekah, berpuasa, dan mengumpulkan harta. Yesus menolak semua kebiasaan yang umum dilakukan orang dalam melakukan kebaikan. Pada umumnya orang memberi (bersedekah) akan senang jika pemberiannya dihargai atau diberi ucapan terimakasih. Orang berpuasa akan menunjukkan bahwa dia sedang berpuasa kepada orang lain. Orang yang memiliki banyak harta dalam hidup akan bahagia. Akan tetapi bagi Yesus semua itu bukanlah hal yang utama. Seolah-olah Yesus hendak mengatakan apresiasi, dihargai orang, dan memiliki segala-galanya tidak ada artinya.
Sedekah dan puasa (serta berdoa dalam perikop di antaranya) adalah sebuah aktivitas yang seringkali dimaknai berdimensi rohani, sedangkan hal mengumpulkan harta seringkali dilihat sebagai pekerjaan duniawi. Orang sering memisahkan antara yang rohani dan yang duniawi, tetapi Yesus menyatakan bahwa semua itu muaranya sama, yaitu relasi dengan Allah. Baik tindakan yang jasmani maupun yang rohani selalu bersangkut paut dengan spiritualitas seseorang. Semua itu ibadah. Ibadah itu arahnya kepada Allah, bukan kepada manusia, jadi relasi yang terjalin dalam ibadah adalah manusia dengan Allah. Dengan demikian, apa artinya ibadah jika relasi manusia dengan Allah itu berubah sekadar menjadi relasi manusia dengan manusia (diapresiasi, dihargai, dipandang lebih oleh orang lain).
Yesus seolah mengatakan, sebaik apapun perbuatan kita di hadapan manusia, kalau di hadapan Allah tidak ada artinya, ya sia-sia saja. Maka, Yesus mengajak kembali para pendengarnya untuk menghayati keutuhan hidup (baik yang jasmani maupun rohani) sebagai sesuatu yang selalu berkait dengan spiritualitas. Lakukan pertama kali untuk Allah, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Ay. 4, 18). Yang tampak oleh mata itu kemudian, yang lebih dari itu adalah niat yang tidak tampak mata.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan di atas memiliki benang merah: hasilkan buah pertobatan. Yoel menyerukan tentang pertobatan yang sungguh-sungguh, pertobatan yang lahir dari dalam hati. Paulus menyerukan agar Jemaat Korintus senantiasa hidup sebagai satu tubuh Kristus, hendaknya mereka bertobat dari keinginan mementingkan diri dan kelompok mereka. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa tujuan bersedekah, berdoa, berpuasa, mengumpulkan harta bukan untuk kemuliaan diri atau mendapatkan pujian dari sesama manusia, namun untuk memuliakan Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
(Pelayan mengawali khotbah dengan menayangkan film pendek tentang pertobatan. Video dapat diunduh di sini.)
Apakah perasaan saudara setelah menyaksikan film pendek tadi? Apakah saudara juga mengalami hal yang sama dengan pemuda tadi? Dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang Kristen mengalami kehampaan, kekosongan, dan tidak ada damai sejahtera di hati walaupun sudah rajin berdoa, beribadah, dan banyak melakukan kegiatan gerejawi. Mengapa? Bisa jadi karena hidup kita tidak berbuah. Kita menjadi Kristen, aktif mengikut berbagai kegiatan gereja hanya sebagai rutinitas atau kewajiban saja, tanpa ada kesadaran bahwa hidup itu harus berbuah.
Dalam film pendek tadi, kita melihat pemuda itu berdoa mengakui dosa dan memohon pengampunan pada Tuhan. Ia melakukan pertobatan. Pertobatan adalah pengakuan dosa, menyesalinya, berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama serta berjanji hidup benar di jalan Tuhan. Pertobatan bukan sekedar penyesalan, namun perubahan yang mendalam dalam hati dan pikiran, yang kemudian tercermin dalam tindakan sehari-hari. Pertobatan harus disertai dengan buah pertobatan, tanpa itu, pertobatan yang kita lakukan adalah pertobatan semu.
Isi
Ketiga bacaan kita dalam mengawali masa pra paskah ini berbicara tentang pertobatan dan buah dari pertobatan. Bacaan 1, Yoel 2:1-2, 12-17, Tuhan Allah menghendaki agar bangsa Israel bertobat dan kembali kepada-Nya. Tuhan menginginkan pertobatan yang sungguh, pertobatan yang lahir dari hati nurani yang paling dalam. Pertobatan tidak hanya bersifat ritual saja atau pertobatan lahiriah saja, namun pertobatan yang lahir dari dasar hati yang paling dalam, pertobatan batiniah. Dan kesungguhan pertobatan itu dinyatakan melalui puasa, tangisan, ratapan dan ungkapan penyesalan kepada Tuhan. Tuhan akan menghukum bangsa Israel yang tidak setia kepada-Nya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman-Nya jikalau dia tidak bertobat.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Korintus (2 Kor. 5:20b – 6:10) juga menyerukan tentang pertobatan. Paulus mengingatkan Jemaat Korintus agar mereka hidup dalam kesatuan tubuh Kristus, bukan terpecah-pecah dan hanya memikirkan kelompoknya sendiri. Paulus menasihatkan Jemaat Korintus agar berdamai dengan Allah, karena Allah berkenan mendengar dan menyelamatkan mereka. Jemaat Korintus harus bertobat dari sikap dan perilaku yang hanya mementingkan diri dan kelompoknya sendiri. Oleh karena itu, Paulus menjelaskan tentang makna keutuhan hidup sebagai buah pertobatan kepada mereka. Mereka harus dapat menerima satu dengan yang lain dan hidup di dalam kasih Kristus yang menyatukan mereka.
Demikian Tuhan Yesus melalui pengajaran-Nya, (khotbah di bukit), memberikan penjelasan tentang Kerajaan Allah yang dinyatakan melalui pengajaran hal bersedekah, berdoa, berpuasa, dan mengumpulkan harta. Bersedekah, berdoa, dan berpuasa adalah aktivitas yang seringkali dimaknai berdimensi rohani, sedangkan hal mengumpulkan harta seringkali dimaknai sebagai pekerjaan duniawi. Orang sering memisahkan antara yang rohani dan yang duniawi, tetapi Tuhan Yesus menyatakan bahwa semua itu muaranya sama, yaitu relasi dengan Allah. Dalam hal ini Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa tindakan jasmani maupun rohani selalu berkait dengan spiritualitas seseorang. Dalam setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, maka ia melakukannya untuk Tuhan. Ada relasi dia dengan Tuhan yang mendasari hidupnya, berubah dari sekadar relasi manusia dengan manusia yang ingin selalu diapresiasi, dihargai, dipandang lebih oleh orang lain.
Penutup
Rabu Abu menandai dan mengawali masa pra paskah. Selama 40 hari tanpa menghitung hari Minggu, pada masa pra paskah umat diajak untuk melihat kembali akan keberadaan diri dan hidupnya di hadapan Tuhan. Rabu Abu menyadarkan kita, bahwa kita adalah abu, gambaran manusia yang lemah, penuh dengan kekurangan, dan fana. Rabu Abu mengajak kita untuk bertobat, kembali kepada Tuhan. Untuk itu, sejenak kita menyadari siapa diri kita di hadapan Tuhan? Apakah yang kita banggakan, kita agungkan dalam hidup kita? Kekayaankah, kekuatankah, kejayaankah? Semua ada akhirnya, semua ada batasnya dan tidak ada yang abadi di dunia ini.
Mari kita bertobat, kembali kepada Tuhan, hidup di jalan yang benar, dan jangan sesat. Mari kita melakukan segala perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Akuilah dosa-dosa dan perbuatan jahat saudara di hadapan Tuhan! Sujudlah kepada-Nya dalam penyesalan dan mohonlah pengampunan pada Tuhan. Masih ada kesempatan bagi kita untuk bertobat, masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Kini saatnya, dengan kerendahan hati kita mengakui dosa kita, bertobat, serta berjanji untuk hidup benar dan kudus dihadapan Tuhan. Hasilkanlah buah-buah pertobatan, yaitu hidup yang memuliakan Tuhan dan hidup yang menjadi berkat bagi sesama. Amin. [AR].
Pujian: KK. 66 Kau Bagai Abu
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
(Palados saged miwiti khotbahipun kanthi ningali film cekak bab pamratobat. Video saged dipun unduh wonten ing mriki.)
Kados pundi raosing manah panjenengan sak sampunipun ningali film punika? Punapa panjenengan ngalami prekawis ingkang sami kaliyan ingkang dipun alami pemuda ing film punika? Asring salebeting gesang kita sadinten-dinten, kita minangka tiyang Kristen ngalami kehampaan, kakosongan lan mboten tentrem rahayu ing manah kita sanadyan kita sampun rajin dedonga, ngabekti, lan nindakaken katah kegiatan greja. Kenging punapa? Saged ugi karana gesang kita punika mboten ngedalaken woh. Kita dados Kristen, aktif ndherek maneka warni kegiatan ing greja, punika namung rutinitas lan kwajiban kemawon, tanpa wonten kasadaran bilih gesang kita punika kedah ngedalaken woh.
Ing film pendek kalawau, kita sami ningali pemuda punika dedonga ngakeni dosanipun, nyuwun sih pangapunten dhumateng Gusti. Piyambakipun mratobat dhumateng Gusti. Mratobat punika ngakeni dosa, nelangsani dosa, janji mboten badhe ngimbali malih kalepatanipun sarta nindakaken gesang enggal ingkang bener ing margining Gusti. Mratobat punika mboten namung nelangsani dosa kemawon, nanging wonten owah-owahan salebeting manah lan pikiran, lajeng kanyatakaken ing tumindak gesang sadinten-dinten. Mratobat punika kedah dipun sarengi kaliyan wohing pamratobat, tanpa wohing pamratobat, pamratobat ingkang kita tindakaken punika namung semu utawi apus-apus.
Isi
Katiga waosan kita miwiti mangsa pra paskah punika nyerat bab pamratobat lan wohing pamratobat. Waosan 1, Yoel 2:1-2, 12-17, Gusti Allah ngersakaken bangsa Israel mratobat lan wangsul dhateng Panjenenganipun. Gusti Allah ngersakaken pamratobat ingkang teman, pamratobat ingkang lair saking salebeting manah. Pamratobat ingkang mboten namung asifat ritual kemawon/lairiah kemawon, nanging pamratobat ingkang lair saking salebeting manah/mratobat ing batos. Wujuding pamratobat punika dipun nyatakaken lumantar pasa, nangis, sesambat lan nelangsani dosa dhateng Gusti Allah. Awit Gusti Allah badhe ngukum bangsa Israel ingkang mboten setya dhumateng Panjenenganipun. Mboten wonten tiyang ingkang saged luput saking paukumanipun Gusti bilih piyambakipun mboten purun mratobat.
Rasul Paulus ing seratipun dhateng Pasamuwan Korinta (2 Kor. 5:20b-6:10) ugi nyerat bab pamratobat. Paulus ngengetaken pasamuwan Korinta supados gesang ing patunggilanipun Sang Kristus, sampun ngantos pecah lan namung mikiraken kelompokipun piyambak. Paulus ngengetaken pasamuwan Korinta supados nggayuh karukunan kaliyan Gusti Allah, karana Gusti Allah karsa mirengaken lan nylametaken bangsa Israel. Pasamuwan Korinta kedah mratobat saking sikep lan tumindak gesang ingkang namung mikiraken dhiri lan kelompokipun piyambak. Karana punika, Paulus ugi nedahaken bab tegesipun kautuhan gesang minangka wohing pamratobat dhateng pasamuwan Korinta. Para tiyang punika kedah purun nampi kawontenan sedherekipun ingkang sanes lan gesang ing Sang Kristus, ingkang sampun nunggilaken pasamuwan Korinta.
Mekaten Gusti Yesus lumantar piwucal-Ipun (Khotbah ing Bukit) paring seserepan bab Kratoning Allah, ingkang kawucalaken ing bab dedana, dedonga, pasa, lan ngempalaken bandha. Dedana, dedonga, pasa punika kegiatan ingkang kagungan dimensi rohani, bab ngempalaken bandha punika asring dipun mangertosi minangka pandamelan donya. Tiyang asring misah prekawis rohani lan kadonyan, ananging Gusti Yesus nedahaken bilih kalih prekawis punika sami, inggih punika bab hubungan kaliyan Gusti Allah. Ing ngriki Gusti Yesus badhe nedahaken bilih tumindak kajasmanen utawi karohanen punika raket kaliyan spiritualitas tiyang. Ing pundi saben tumindakipun tiyang punika kedah kalandesan niat nindakaken tumindakipun kagem Gusti. Wonten hubungan antawis piyambakipun kaliyan Gusti Allah ingkang dasari gesangipun. Owah saking hubungan manungsa kaliyan manungsa, ingkang kepengin dipun ajeni, dipun urmati lan dipun pandeng tiyang sanes.
Panutup
Rabo Awu punika dados tandha anggen kita miwiti mangsa pra paskah. Sakdangunipun 40 dinten tanpa ngetang dinten Minggu, ing mangsa pra paskah punika para umat dipun ajak kangge ningali malih kawontenan gesangipun ing ngarsanipun Gusti. Rabo Awu punia nyadaraken kita, bilih kita punika awu, gambaran kangge manungsa ingkang ringkih, kebak kakirangan, lan fana. Rabu Awu punika ngajak dhateng kita sami mratobat, wangsul dhumateng Gusti. Karana punika, mangga kita sami nyadari sinten kita punika wonten ing ngarsanipun Gusti? Punapa ingkang saged kita banggakaken lan agungaken ing gesang kita punika? Punapa kasugihan, kakiyatan, kajayaan? Sadaya wonten pungkasanipun, sadaya wonten watesipun lan mboten wonten ingkang abadi ing alam donya punika.
Sumangga kita mratobat, wangsul malih dhumateng Gusti, nindakaken gesang ing margi ingkang leres lan sampun ngantos kita sesat. Mangga kita nindakaken sadaya tumindak ingkang dipun karsakaken Gusti. Sadaya dosa lan tumindak jahat, sami kita akeni ing ngarsanipun Gusti. Payo kita sami sujud nelangsani dosa kita sarta nyuwun sih pangapunten dhumateng Gusti. Taksih wonten kesempatan kangge kita mratobat, taksih wonten wekdal kangge kita ngowahi gesang kita dados pribadi ingkang langkung sae malih. Sapunika wekdalipun kangge kita, kanthi andhap asoring manah mangga kita ngakeni dosa, mratobat, sarta janji dhumeteng Gusti tansah gesang bener lan suci. Kita asilaken woh-wohing pamratobat kita, inggih punika gesang ingkang tansah ngluhuraken asmanipun Gusti lan dados berkah kangge sesami. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 52 Gusti Sestu Kula Nalangsa