Minggu Pra Paskah 1
Stola Ungu
Bacaan 1: Ulangan 26 : 1 – 11
Mazmur: Mazmur 91 : 1 – 2, 9 – 16
Bacaan 2: Roma 10 : 8b – 13
Bacaan 3: Lukas 4 : 1 – 13
Tema Liturgis: Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema Khotbah: Lakukan Firman dan Kehendak-Nya!
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Ulangan 26 : 1 – 11
Bangsa Israel diingatkan kembali akan asal usul mereka sebagai umat pilihan Allah. Bagaimana mereka hidup sebagai budak di Mesir hingga mereka memasuki Tanah Perjanjian, Kanaan dan mendapatkan hasil panen yang melimpah dari tanah yang mereka diami. Karena itu, bangsa Israel diperintahkan Tuhan Allah untuk mempersembahkan buah sulung dari hasil panen pertama mereka, saat mereka berada di Kanaan. Persembahan sulung itu diatur sedemikian rupa untuk mengingatkan bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang mengalami penderitaan dan aniaya selama tinggal di Mesir. Mereka harus menyadari bahwa hanya oleh kasih karunia Allah, mereka dibebaskan dan diselamatkan dari perbudakkan bangsa Mesir. Allah telah membebaskan mereka, Allah telah mengubah mereka, dari mereka yang semula budak menjadi umat pilihan Allah yang diberkati. Allah memberikan mereka tanah perjanjian Kanaan yang berlimpah susu dan madu.
Tuhan Allah menghendaki agar bangsa Israel mempersembahkan hasil pertama mereka dengan hati penuh syukur sambil mengingat kebaikan Tuhan atas hidup mereka. Persembahan itu harus dibawa ke tempat yang telah Tuhan sediakan dan dibawa oleh para imam dalam bakul dengan sujud menyembah kepada Tuhan Allah. Dan pada saat itu, mereka harus menyatakan pengakuan mereka bahwa Tuhanlah yang berkuasa atas hidup mereka dan memohon berkat dari pada-Nya.
Pada saat itu, ungkapan syukur yang mereka rayakan dilakukan bersama dengan kaum Lewi, orang asing, para janda, dan anak yatim (Ay. 11). Merekalah yang menjadi prioritas untuk menikmati berkat Tuhan. Mengapa? Karena kaum Lewi adalah para pekerja Kemah Suci yang tidak mempunyai penghasilan sendiri. Orang asing adalah mereka yang tidak memiliki masa depan yang pasti, kecuali dari belas kasih penduduk setempat, dalam hal ini bangsa Israel. Janda dan anak yatim, mereka tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menafkahi diri mereka sendiri.
Roma 10 : 8b – 13
Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Roma mengajarkan mereka bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan mengakui Dia sebagai Tuhan yang bangkit dari maut, mereka akan diselamatkan (Ay. 9-10). Keselamatan yang Tuhan berikan ini tidak lagi terbatas hanya pada sekelompok orang tertentu (Bangsa Israel/Yahudi) saja, tetapi terbuka bagi setiap orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus.
Berbeda dengan kebenaran karena Taurat yang sulit untuk dilakukan, kebenaran oleh iman kepada Yesus Kristus mudah dilakukan. Kebenaran karena iman dekat di mulut dan di dalam hati. Pengakuan di mulut didahului oleh iman di dalam hati, dari iman dalam hati ini kemudian dinyatakan melalui mulut berupa pengakuan, sehingga kesaksian mereka dapat didengar dan disaksikan oleh orang lain. Dan setiap orang yang mau mengaku dan berseru percaya kepada Yesus Kristus tidak akan dipermalukan, mereka akan diselamatkan dan dibenarkan oleh Allah.
Pengakuan dengan mulut dan kepercayaan di dalam hati mengacu pada tanggapan lahiriah dan batiniah orang percaya. Keyakinan batiniah harus terungkap secara lahiriah. Ketika ia mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, ia sedang menegaskan keilahian dan kemuliaan Kristus. Ia percaya bahwa dirinya adalah milik Sang Kristus. Kepercayaannya akan kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa ia mengakui Allah yang berkarya dan menang di atas kayu salib. Mereka yang percaya dan mengakui Yesus adalah Tuhan akan memperoleh keselamatan.
Lukas 4 : 1 – 13
Bagian bacaan 3 ini mengisahkan tentang Yesus yang dicobai oleh Iblis dan menang atas pencobaan itu. Saat itu, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Ay. 1). Selama 40 hari 40 malam, Dia berpuasa dan seorang diri di sana. Dia tidak makan dan minum, merasakan panasnya padang gurun, hal ini tentu membuat-Nya merasakan lapar yang sangat dan kelemahan jasmani. Lapar merupakan salah satu titik lemah manusia. Dalam keadaan lapar, seseorang bisa gelap mata dan dapat melakukan apa saja untuk menghilangkan rasa laparnya. Dalam keadaan seperti inilah Iblis datang mencobai Yesus. Pencobaan pertama, Iblis memerintahkan Yesus untuk mengubah batu menjadi roti (Ay. 2-4). Tentu ini mudah dilakukan oleh Yesus, tetapi ia tidak melakukannya. Jawaban Yesus yang dikutip dari Ulangan 8:3 menyebutkan, “… manusia hidup bukan dari roti saja.” Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia hidup bukan dari makanan saja, tetapi oleh karena kebaikan Allah yang memelihara dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Maka sejatinya hidup manusia itu bergantung sepenuhnya kepada Allah bukan sekedar makanan. Dalam hal ini, Yesus tahu bahwa kedatangan-Nya ke dunia ini adalah untuk taat kepada kehendak Allah.
Pencobaan kedua, Iblis menawarkan kuasa serta kemuliaan kepada Yesus. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kekayaan, kemewahan, harta duniawi akan Yesus dapatkan asalkan Ia menyembah iblis (Ay. 5-8). Tawaran Iblis ini tidaklah gratis karena Iblis menuntut imbalan agar Yesus menyembahnya. Yesus menolak semua tawaran Iblis untuk mendapatkan kuasa dan kemuliaan duniawi ini dan menolak untuk menyembah iblis. Dengan mengutip Ulangan 6:13, Yesus menegaskan bahwa hanya Allah saja yang patut disembah. Hanya kepada Allah saja manusia berbakti.
Pada pencobaan ketiga, Iblis memerintahkan Yesus untuk menjatuhkan diri dari bumbungan Bait Allah, maka Ia akan selamat. Iblis mencoba untuk memutar balikkan firman Tuhan dalam Mazmur 91:11-12 yang menyatakan bahwa Allah akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi-Nya. Namun sekali lagi Yesus lepas dari pencobaan ketiga ini. Ia tidak mau memaksa Allah untuk menyatakan kuasa-Nya. Ia menjawab dengan mengutip Ulangan 6:16 untuk melawan perkataan iblis, “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Ay. 12). Dan Iblis pun gagal mencobai Yesus. (Ay. 13).
Selama Yesus dicobai oleh Iblis, Yesus memperlihatkan kesetiaan-Nya kepada Allah. Ia tetap teguh berpegang pada firman Allah. Dengan teguh berpegang pada firman Allah inilah, Yesus mampu mengalahkan semua pencobaan Iblis atas diri-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Menjadi pengikut Tuhan Yesus adalah sebuah anugerah bagi kita. Mengapa? Karena Tuhan telah membebaskan kita dari kuasa dosa dan menyelamatkan kita dari kegelapan menuju terang. Oleh karena itu, hidup sebagai umat Tuhan adalah hidup karena percaya dan taat kepada Allah. Bangsa Israel merayakan pembebasan yang Tuhan berikan dengan memberikan persembahan dan mengucap syukur kepada Tuhan atas karya keselamatan yang Tuhan perbuat. Rasul Paulus menasihatkan agar iman kepada Yesus dinyatakan dengan sebuah pengakuan dari mulut dan hati bahwa Yesus adalah Tuhan, Ia bangkit dan hidup. Yesus sendiri adalah teladan bagi kita, bahwa hidup tidak lepas dari pencobaan, dan kita dapat bertahan menghadapi pencobaan itu dengan firman Tuhan yang menjadi kekuatan kita.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Dari sekian banyak novel Indonesia klasik, tampaknya novel berjudul “Sengsara Membawa Nikmat” (1928) karya Toelis Soetan Sati layak mendapatkan penghargaan Novel Terbaik. Mengapa? Sebab judul novel ini akan membuat para pembacanya penasaran, “Kesengsaraan seperti apa yang memberi kenikmatan?” Benang merah yang hendak diangkat dalam novel ini adalah kebaikan melawan keburukan. Keburukan dapat saja datang bertubi-tubi, tetapi dengan kesabaran dan ketabahan, maka kebaikan akan menang. Ada kenikmatan setelah mengalami kesengsaraan dan penderitaan.
Sengsara Membawa Nikmat berkisah tentang Midun yang berasal dari Padang. Ia adalah sosok pemuda yang disukai oleh banyak orang di desanya. Ia seorang pemuda yang baik hati, sopan, santun, gagah berani, dan suka menolong orang lain. Namun ada satu orang yang sangat membencinya, yaitu Kacak. Kacak adalah seorang yang tinggi hati, sombong, dan congkak. Kebencian Kacak timbul dari iri hatinya ketika melihat Midun dielu-elukan oleh penduduk desa. Terlebih saat Midun menolong istri Kacak dari terjangan arus sungai deras, Kacak tetap berburuk sangka, menganggap Midun lancang karena telah menyentuh tubuh istrinya.
Pada suatu hari Midun berkelahi dengan Lenggang, anak buah Kacak, seorang pembunuh bayaran. Hal ini menyebabkan kerusuhan yang berakhir dengan kematian beberapa orang. Kemudian Midun ditangkap polisi dan dijatuhi hukuman penjara. Saat berada di penjara, kesengsaraan Midun berlanjut. Ia diserang oleh sesama narapidana, dipaksa kerja rodi oleh sipir-sipir penjara. Singkatnya setelah bebas dari penjara, Midun punikah dengan Halimah dan tinggal di Bogor. Sekali lagi Midun ditimpa kesengrasaan, ia ditipu soal uang pinjaman oleh seorang rentenir dan ia kembali berurusan dengan polisi.
Cerita dalam novel Sengsara Membawa Nikmat ini pernah diadaptasi menjadi serial drama di TVRI tahun 1991. Cerita Midun ini ibarat peribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Meskipun Midun ditimpa dengan berbagai kesengsaraan, ia tetap sabar dan tabah menghadapi. Kisah Midun ini diangkat oleh penulis sebagai cerminan bahwa kebaikan dan keteguhan iman menjadi kunci keberhasilan atas segala ujian hidup.
Isi
Ketiga bacaan kita Minggu ini memiliki benang merah, yaitu hidup sebagai umat Allah, pasti akan penuh dengan persoalan dan pergumulan hidup. Dengan selalu berpegang pada firman Allah dan taat kepada kehendaknya, maka kita akan mampu bertahan dan menghadapi persoalan dan pergumulan hidup kita. Tuhan Allah pasti menolong, menguatkan, memampukan kita di saat-saat tersulit hidup kita. Tuhan Allah akan menyelamatkan dan memulihkan kita yang percaya dan berseru kepada-Nya.
Bagian bacaan kita yang ketiga menceritakan Yesus yang dicobai oleh Iblis dan menang atas pencobaan yang Ia alami. Selama 40 hari 40 malam, Yesus berpuasa, hal ini membuat-Nya lapar. Dalam keadaan lapar inilah Iblis datang mencobai-Nya. Pencobaan pertama, Iblis memerintahkan Yesus untuk mengubah batu menjadi roti (Ay. 2-4). Yesus menghadapi pencobaan pertama ini dengan mengutip Ulangan 8:3 yang menyebutkan, “… manusia hidup bukan dari roti saja”. Yesus menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia hidup bukan dari makanan saja, tetapi oleh kebaikan Allah yang memelihara dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Maka sejatinya hidup manusia itu bergantung sepenuhnya kepada Allah. Pencobaan kedua, Iblis menawarkan kuasa dan kemuliaan dunia kepada Yesus asalkan Ia menyembahnya (Ay. 5-8). Yesus menolak tawaran Iblis untuk mendapatkan kuasa dan kemuliaan duniawi ini dan menolak menyembah iblis. Dengan mengutip Ulangan 6:13, Yesus menegaskan bahwa hanya Allah saja yang patut disembah dan hanya kepada Allah saja manusia berbakti. Pada pencobaan ketiga, Iblis memerintahkan Yesus untuk menjatuhkan diri dari bumbungan Bait Allah, maka Ia akan selamat. Iblis mencoba untuk memutar balikkan firman Tuhan dalam Mazmur 91:11-12 yang menyatakan bahwa Allah akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi-Nya. Namun sekali lagi Yesus lepas dari pencobaan ketiga ini. Ia tidak mau memaksa Allah untuk menyatakan kuasa-Nya. Ia mengutip Ulangan 6:16 untuk melawan perkataan iblis, “jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Ay. 12). Dan Iblis pun gagal mencobai Yesus. (Ay. 13). Selama Yesus dicobai oleh Iblis, Yesus memperlihatkan kesetiaan-Nya kepada Allah. Ia tetap teguh berpegang pada firman Allah. Dengan firman Allah inilah, Yesus mampu mengalahkan semua pencobaan Iblis atas diri-Nya.
Melalui suratnya kepada Jemaat Roma, Rasul Paulus mengajarkan agar setiap orang yang percaya mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan yang bangkit dan hidup. Ketika ia mengakui Yesus adalah Tuhan, ia sedang menegaskan keilahian dan kemuliaan Kristus. Ia percaya dirinya adalah milik Sang Kristus. Kepercayaannya akan kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa ia mengakui Allah berkarya dan menang atas maut. Dengan mengaku percaya, mereka akan diselamatkan (Ay. 9-10). Keselamatan yang Tuhan berikan terbuka bagi setiap orang yang mengaku dan percaya. Pengakuan Yesus adalah Tuhan, didahului oleh iman di dalam hati, kemudian dinyatakan melalui mulut sehingga dapat didengar dan disaksikan oleh orang lain.
Pada bacaan pertama, Bangsa Israel diingatkan akan asal usul mereka sebagai umat pilihan Allah. Bagaimana mereka hidup sebagai budak di Mesir hingga mereka memasuki Tanah Perjanjian, Kanaan dan mendapatkan hasil panen yang berlimpah dari tanah yang mereka diami. Karena itu, Bangsa Israel diperintahkan Tuhan Allah untuk mempersembahkan buah sulung dari hasil panen pertama mereka, saat mereka berada di Kanaan. Mereka harus menyadari bahwa hanya oleh kasih karunia Allah, mereka dibebaskan dan diselamatkan dari perbudakkan bangsa Mesir. Allah telah membebaskan mereka, Allah telah mengubahkan mereka, dari mereka yang semula budak menjadi umat pilihan Allah yang diberkati. Dan Allah jugalah yang memberikan mereka tanah perjanjian Kanaan yang berlimpah susu dan madu.
Penutup
Mengawali masa pra paskah saat ini, kita dapat menghayati 3 hal dari bacaan kita untuk kemudian kita memberi makna dan merefleksikannya dalam hidup kita. Ketiga hal yang dapat menguatkan kita sebagai umat Allah itu, antara lain:
- Ingatlah bahwa hidup manusia tidak lepas dari pencobaan!
Belajar dari kisah awal pelayanan Tuhan Yesus dan perjalanan hidup Midun, kita tahu bahwa ada berbagai macam pencobaan yang kita hadapi. Mulai dari pencobaan yang ringan hingga pencobaan yang berat. Mulai dari pencobaan yang dialami diri sendiri, keluarga, jemaat, dan masyarakat. Ini menandakan bahwa setiap orang tidak lepas dari pencobaan hidup. Disinilah kita perlu bersikap dewasa dalam menghadapi pencobaan hidup. Artinya kita tidak lari dari pencobaan dan pergumulan kita tetapi kita berani menghadapinya. Jika Tuhan Yesus mampu mengatasi pencobaan dari Iblis dengan berpegang teguh pada firman Tuhan, maka kita pun juga akan mampu menghadapi dan melewati setiap pencobaan hidup kita, asalkan kita berpegang teguh pada firman Tuhan dan kebenaran-Nya. Firman Tuhan adalah kekuatan bagi kita di saat kita mengalami pencobaan. - Marilah mengakui Tuhan dan kuasa-Nya atas hidup kita!
Manusia hidup tidak akan mampu menghadapi persoalan hidupnya dengan kekuatan dirinya sendiri. Karena itu, kita membutuhkan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan. Maka penting bagi kita untuk mengakui kelemahan dan keterbatasan diri kita sebagai manusia. Disamping itu, dalam setiap doa-doa kita, kita berseru dan memohon pertolongan, kekuatan, hikmat dari Tuhan Allah, agar kita kuat dan mampu menghadapi setiap pencobaan dalam hidup kita. Kita percaya dan mengakui bahwa Tuhanlah sumber kekuatan dan keselamatan kita. Kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan dengan kuasa-Nya akan menolong, membebaskan, dan menyelamatkan kita dari pencobaan hidup yang kita sedang kita alami. Karena itu, tetaplah mendekat kepada Tuhan, jangan ragu dan bimbang, namun percaya ada penyertaan, pertolongan, dan keselamatan dari Tuhan bagi kita yang percaya. - Bersyukurlah dalam segala hal!
Kesaksian hidup bangsa Israel memberikan dasar yang kuat bagi kita untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan atas segala kasih, karya, penyertaan, pertolongan dan berkat-berkat-Nya pada kita. Jika Tuhan berkenan membebaskan bangsa Israel dari Mesir dan memberikan tanah perjanjian bagi umat-Nya Israel, maka Tuhan juga akan menolong, membebaskan, dan menyelamatkan kita dari berbagai-bagai pencobaan hidup yang kita alami. Dengan bersyukur kita dapat merasakan bahwa Tuhan ada, menyertai dan memelihara hidup kita. Teruslah bersyukur dalam segala hal.
Mari mengawali masa pra paskah saat ini dengan senantiasa menyadari kelemahan dan keterbatasan diri kita. Kita kembali mengingat sejenak perjalanan hidup kita ke belakang. Lihatlah bahwa Tuhan Allah senantiasa menopang dalam setiap langkah juang kita di dunia. Akuilah Tuhan Allah dan Tuhan Yesus dalam segala perjalanan hidup kita. Yakinilah bahwa tak dibiarkannya kita jatuh dan terluka, tetapi Ia selalu menolong dan menyelamatkan kita di saat yang tepat. Mari terus berjalan bersama Tuhan, melewati setiap pencobaan dengan penuh keyakinan kita mampu melewatinya. Tuhan memberkati kita. Amin. [AR].
Pujian: KJ. 158 : 1, 2 Ku Ingin Menghayati
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Saking kathahipun novel Indonesia klasik, novel kanthi irah-irahan “Sengsara Membawa Nikmat” (1928) seratanipun Toelis Soetan Sati layak dipun sebat Novel ingkang sae. Kenging punapa? Awit irah-irahan novel punika dadosaken para pamaosing novel punika sami panasaran, “Kasangsaran ingkang kados pundi ingkang saged paring kanikmatan?” Isi novel punika nyariosaken kasaenan versus bab ingkang boten sae. Ing pundi saged kemawon bab ingkang boten sae punika kelampahan nanging kanthi sabar lan tabah, kasaenan punika mesti menang. Badhe wonten nikmat sak sampunipun ngalami kasangsaran.
Novel Sengsara Membawa Nikmat punika nyariosaken Midun saking Padang. Piyambakipun punika pemuda desa ingkang dipun remen kaliyan para warga desanipun. Piyambakipun punika pemuda ingkang sae, lembah manah, gagah, kendel dan remen nulungi tiyang sanes. Sanadyan sadaya tiyang katah ingkang remen piyambakipun, wonten satunggal tiyang ingkang benci dhateng Midun, inggih punika Kacak. Kacak punika tiyang ingkang sombong lan congkak. Kacak rumaos benci lan iri dhateng Midun, karana ningali Midun dipun puja-puja kaliyan warga desa. Langkung benci malih nalika Kacak ningali Midun nulungi semahipun piyambak ingkang kaseret toya lepen ingkang deres. Kacak nganggep Midun lancang awit sampun wantun nyepeng badan semahipun.
Ing sawijining dinten, Midun padu kaliyan Lenggang, anak buahipun Kacak, pembunuh bayaran. Bab punika dadosaken pasulayan ing desa punika, ingkang dadosaken sawetawis warga desa punika pejah. Lajeng Midun dipun tangkep kaliyan polisi lan dipun kunjara. Ing penjara, Midun dipun mengsahi para narapidana sanesipun, dipun peksa nyambut damel kanthi rekaos kaliyan para sipir penjara. Singkatipun, sak sampunipun Midun bebas saking penjara, piyambakipun nikah kaliyan Halimah lan manggen ing Bogor. Ing ngriki sepindah malih Midun nandhang sangsara, piyambakipun dipun apusi kaliyan rentenir ingkang ngampili artanipun dhateng Midun. Midun sepindah malih kedah urusan kaliyan polisi.
Cariyos saking novel Sengsara Membawa Nikmat punika nate dipun dadosaken serial drama wonten TVRI taun 1991. Cariyos Midun punika kados paribasan, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Sanadyan Midun ngalami maneka werni kasangsaran, piyambakipun tetap sabar lan tabah ngadepi. Cariyos Midun punika dipun serat dening pengarangipun kangge ngilon kados pundi kasaenan lan kateguhan iman dados kunci kasilipun ngadepi sadaya ujian gesang punika.
Isi
Tiga waosan kita ing minggu punika, nggadhah pokok ingkang sami, inggih punika gesang umatipun Gusti Allah ing donya sanyata kebak ing karibetan lan kasangsaran. Namung srana setya ing sabdanipun Gusti lan nindakaken karsanipun, kita saged tahan ngadepi sadaya karibetan lan kasangsaran ing gesang punika. Gusti Allah tansah nulungi, ngiyataken, nyagedaken kita ing mangsa ingkang awrat ing gesang punika. Gusti Allah karsa nylametaken lan mulihaken kita ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun.
Waosan katiga nyariosaken Gusti Yesus ingkang dipun coba Iblis, lan Panjenenganipun menang saking pacoban punika. Sadangunipun 40 dinten lan 40 dalu, Gusti Yesus posa, punika dadosaken Panjenenganipun luwe. Ing kahanan luwe punika Iblis dugi kangge coba Gusti Yesus. Pacoban sepisan, Iblis mrintahaken Gusti Yesus kangge ngubah watu dados roti (Ay. 2-4). Gusti Yesus ngadepi pacoban sepisan punika ngagem seratan ing Pangandharing Toret 8:3, “… uripe manungsa iku ora mung marga saka roti bae”. Ing ngriki, Gusti Yesus nedahaken bilih gesangipun manungsa punika sanes saking tetedhan kemawon, nanging srana sih rahmatipun Gusti Allah ingkang tansah ngrimati lan nyekapi kabetahanipun manungsa. Mangka sejatinipun gesangipun manungsa punika tansah gumantung dhumateng Gusti Allah.
Pacoban kaping kalih, Iblis nawaraken kuwaos lan kamulyaning donya kagem Gusti Yesus, asal Panjenenganipun purun nyembah Iblis (Ay. 5-8). Gusti Yesus nolak tawaranipun Iblis punika lan nolak nyembah Iblis. Srana ngutip ayat saking Pangandharing Toret 6:13, Gusti Yesus negesaken bilih namung Gusti Allah kemawon ingkang patut dipun sembah, lan namung dhumateng Gusti Allah kemawon sadaya manungsa sami ngabekti.
Ing pacoban katiga, Iblis mrintahaken Gusti Yesus supados dawahaken Dhirinipun saking bumbungan Padalemaning Allah, lan Gusti Yesus tamtu wilujeng. Iblis muter walikaken sabdanipun Gusti ing Jabur 91:11-12 ingkang nyebataken bilih Gusti Allah badhe mrintahaken para malaikatipun kagem nlindungi Gusti Yesus. Sepindah malih, Gusti Yesus luwar saking pacoban kaping tiga punika. Panjenenganipun boten karsa meksa Gusti Allah kagen nyatakaken panguwaosipun. Ing ngiki Gusti Yesus ngutip Pangandharing Toret 6:16 kangge nglawan Iblis, srana ngandika, “Sira aja coba marang Pangeran Allahira!” (Ay. 12). Ing ngriki iblis kawon coba Gusti Yesus (Ay. 13). Sadangunipun Gusti Yesus dipun coba Iblis, Gusti Yesus ngetingalaken kasetyanipun dhumateng Gusti Allah. Panjenenganipun tetep kukuh ing sabdanipun Gusti Allah. Srana Sabdanipun Gusti Allah punika, Gusti Yesus saged ngawonaken sadaya pacoban saking Iblis.
Lumantar seratipun dhateng Pasamuwan Roma, Rasul Paulus paring piwulang supados saben tiyang ingkang pitados sami ngakeni Gusti Yesus Kristus punika Gusti ingkang wungu lan gesang. Awit nalika tiyang pitados punika ngakeni Gusti Yesus punika Gusti, pangakenipun punika negesaken kailahian lan kamulyanipun Sang Kristus. Piyambakipun pitados bilih dhirinipun punika kagunganipun Sang Kristus. Kapitadosanipun bab wungunipun Gusti Yesus nedahaken bilih piyambakipun ngakeni Gusti Allah makarya lan menang saking pati. Srana ngaken pitados, para tiyang pitados badhe kawilujengaken (Ay. 9-10). Kawilujengan peparingipun Gusti punika tinarbuka kagem sadaya tiyang ingkang ngakeni lan pitados. Pangaken Gusti Yesus punika Gusti, kawiwitan saking iman salebeting manah lajeng dipun ucapaken srana tutuk, saengga tiyang sanes sami mirengaken lan nyekseni.
Ing waosan sepisan, bangsa Israel dipun engetaken kaliyan Musa, bab asal usulipun minangka umatipun Gusti Allah. Kados pundi bangsa Israel ingkang waunipun gesang dados budak ing Mesir ngantos saged mlebet ing tanah Prajanjian, Kanaan lan pikantuk kasil panen ingkang luber wonten Kanaan punika. Awit saking punika, Bangsa Israel dipun printahaken Gusti Allah supados ngaturaken pisungsung sulung saking kasil wiwitan panenipun, nalika ing Kanaan. Bangsa Israel kedah sadar bilih punika wujud sih rahmatipun Gusti Allah, awit Gusti Allah sampun ngluwari bangsa Israel saking panindes bangsa Mesir sarta maringi kawilujengan. Gusti Allah sampun bebasaken bangsa Israel sarta ngubah kawontenanipun, ingkang waunipun budak, sapunika dados umatipun Allah ingkang binerkahan. Gusti Allah piyambak ingkang maringaken tanah Prajanjian ingkang kebak susu lan madu.
Panutup
Miwiti Mangsa Pra Paskah wekdal punika, kita saged metik tiga prekawis ingkang wigati saking waosan kita, lajeng kita saged paring makna kangge gesang kita. Tiga prekawis ingkang wigati punika saged ngiyataken kita minangka umatipun Allah, inggih punika:
- Kita kedah eling bilih gesangipun manungsa punika kebak ing pacoban
Kita saged sinau saking Gusti Yesus nalika dipun coba Iblis lan lampah gesangipun Midun ingkang ngadepi mawarni-warni godha salebeting gesangipun. Mekaten ugi salebeting gesang kita, wiwit saking pacoban ingkang kita alami piyambak, dipun alami brayat, pasamuwan lan masyarakat. Nalika kita ngadepi pacoban, kita kedah tumindak diwasa. Tegesipun kita boten mlajeng saking pacoban utawi masalah kita nanging kita wantun ngadepi. Bilih Gusti Yesus saged ngatasi pacoban saking Iblis srana teguh ing Sabdanipun Gusti, mekatena kangge kita, kita badhe kiyat lan saged ngadepi sadaya pacoban punika angger kita tansah teguh ing Sabdanipun Gusti. Sabdanipun Gusti punika ingkang dados kakiyatan kita nalika ngalami pacoban. - Kita ngakeni panguwaosipun Gusti salebeting gesang kita!
Manungsa boten badhe kiyat anggenipun ngadepi masalah gesangipun ngangge kakiyatanipun piyambak. Awit saking punika, kita mbetahaken pitulungan lan kakiyatan saking Gusti. Pramila, kita saged ta ngakeni karingkihan lan winatesing dhiri kita. Mekatena ugi ing salebeting pandonga kita, kita nyuwun dipun paringi kakiyatan, pitulungan lan kawicaksanan supados kita kiyat ngadepi pacoban ing gesang kita. Kita kedah pitados lan purun ngakeni bilih Gusti Allah punika ingkang dados sumbering kakiyatan saha kawilujengan kita. Kita pitados lan ngakeni panguwaosipun Gusti Allah punika ingkang nulungi, mbebasaken lan milujengaken kita saking pacoban gesang kita. Karana punika, kita kedah langkung celak dhumateng Gusti, sampun ngantos kita mangu-mangu, nanging mangga kita tansah pitados, wonten panganthi, pitulungan lan kawilujengan ingkang dipun cawisaken Gusti kangge kita para umat pitados. - Kita tansah saos sokur ing sadengah kahanan
Kesaksian gesangipun bangsa Israel dados dasar ingkang kiyat kangge kita tansah saos sokur dhumateng Gusti, awit Gusti Allah sampun nresnani kita, nganthi gesang kita, nulungi kita ugi mberkahi gesang kita. Bilih Gusti Allah karsa ngluwari bangsa Israel saking panindesing bangsa Mesir lan paring tanah Prajanjian, tamtu Gusti Allah ugi badhe nulungi kita, ngentasaken kita saha paring kawilujengan dhateng kita nalika kita ngadepi maneka warni pacoban. Mila kita kedah saos sokur ing sadengah kahanan, srana saos sokur kita saged ngraosaken bilih Gusti Allah punika nunggil, nganthi, lan ngrimati gesang kita. Mangga kita lajengaken saos sokur kita ing sadengah kahanan.
Mangga kita wiwit mangsa Pra Paskah wekdal punika kanthi nyadari karingkihan lan winatesing dhiri kita. Kita ngenget-enget malih lampah gesang ingkang sampun kita lewati. Mangga kita tingali malih, Gusti Allah tansah nunggil ing sauruting lampah gesang kita. Mila kita kedah ngakeni kawontenanipun Gusti ing lampah gesang kita ngantos wekdal punika. Kita tansah yakin bilih Gusti boten badhe negakaken kita dawah ing pacoban, Panjenenganipun karsa nulungi lan ngluwari kita miturut wancinipun Gusti. Mangga kita terus mlampah sinareng Gusti, nglangkung saben pacoban srana iman pitados kita saged nglangkungi pacoban punika. Gusti mberkahi kita. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 416 Saprakara Kang Pantes