Minggu Transfigurasi
Stola Putih
Bacaan 1: Keluaran 34 : 29 – 35
Mazmur: Mazmur 99
Bacaan 2: 2 Korintus 3 : 12 – 4 : 2
Bacaan 3: Lukas 9 : 28 – 36
Tema Liturgis: Doa Mengubah Segala Sesuatu
Tema Khotbah: Doa Mengubah Segala Sesuatu
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Keluaran 34 : 29 – 35
Setelah memecahkan dua loh batu, Musa memahat dua loh batu yang sama dengan sebelumnya. Di dua loh batu yang baru itu, Allah akan menuliskan kembali hukum-hukum-Nya yang kita kenal dengan sebutan Dasa Titah. Pagi-pagi, Musa sudah bangun dan naik ke atas gunung Sinai dan membawa dua loh batu yang baru. Dia pergi ke atas gunung Sinai tanpa siapapun.
Selama 40 hari, Musa tidak makan dan tidak minum di atas gunung Sinai. Dia menuliskan apa yang Tuhan katakan, seperti yang diceritakan oleh teks, “Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.” (Ay. 28). Ada hal ajaib yang terjadi pada Musa yang dikatakan di ayat 29, “Lalu Musa turun dari Gunung Sinai dengan kedua loh hukum di tangannya. Ketika turun dari gunung itu, ia tidak menyadari bahwa kulit wajahnya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.” Wajah Musa bercahaya dan ia mengenakan selubung. Oleh karena itu, setiap Musa berbicara dengan bangsa Israel, ia tidak melepas selubungnya, tetapi ketika Musa menghadap Tuhan untuk berbicara dengan-Nya, Musa menanggalkan selubung itu.
2 Korintus 3: 12 – 4: 2
Orang Yahudi meyakini bahwa diri mereka dapat memahami isi Perjanjian Lama (Taurat), karena mereka merasa telah memiliki janji-janji Allah. Di sinilah Paulus mengingatkan mereka, ia melihat ada selubung yang menutupi mata mereka dan membekukan pikiran mereka, bagaikan selubung yang menutupi wajah Musa saat ia turun dari Gunung Sinai dengan wajah yang memancarkan sinar kemuliaan Allah. Selubung itu mengakibatkan mereka tidak dapat memahami maksud perjanjian Allah dengan benar. (Ay. 14-15).
Paulus menjelaskan bahwa jika terang kemuliaan Kristus bersinar atas diri seseorang, barulah ia memiliki pengertian akan pernyataan Tuhan. Hal itu bisa terjadi ketika seseorang bertobat, kembali kepada Tuhan dan menyambut kasih karunia Kristus (Ay. 16). Pada saat itulah, Tuhan menyingkapkan selubung dari hatinya sehingga penglihatan rohaninya tidak terhalang lagi. Maka pada saat itu, orang akan memahami bahwa kasih karunia Tuhan Yesus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan di situlah terletak makna kemerdekaan (Ay. 17). Kemerdekaan yang bukan hanya menyingkapkan selubung dari mata mereka, tetapi juga kemerdekaan dari dosa, maut, dan tuntutan hukum Taurat. Pada saat dimerdekakan, orang akan memancarkan kemuliaan Tuhan (Ay. 18). Bukan hanya di wajah saja, tetapi juga dalam laku hidup mereka, yang terpancar melalui karakter mereka. Kemuliaan ini tidak akan memudar tetapi akan terus mengubah hidup mereka hingga semakin lama mereka akan semakin menyerupai Kristus.
Lukas 9 : 28 – 36
Dalam konteks leksionari tahun C, kisah Transfigurasi yang diceritakan oleh Injil Lukas memiliki ciri khas dibandingkan dengan Injil Markus dan Injil Matius. Ciri khas itu dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Matius 17: 2 | Markus 9: 2c-3 | Lukas 9: 28-29 |
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. | Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. | Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. |
Jika kita membandingkan cuplikan kisah Transfigurasi yang dituliskan dalam tabel di atas, maka segera kita bisa melihat bahwa Injil Lukas menceritakan peristiwa Transfigurasi terjadi ketika Tuhan Yesus sedang berdoa. Hal itu yang menjadi ciri khas dalam Injil Lukas. Menarik untuk membandingkan istilah yang dipakai dalam ketiga Injil tersebut. Dalam bahasa Indonesia, Matius dan Markus menggunakan frasa ”berubah rupa” yang dalam bahasa Yunani dirangkum dalam satu kata Yunani, yaitu metemorphote. Kata metemorphote menunjuk pada pengertian perubahan bentuk secara keseluruhan. Sedangkan Lukas, dalam bahasa Indonesia menggunakan frasa” rupa wajah-Nya berubah” yang dalam bahasa Yunani dijabarkan menggunakan anak kalimat yang agak panjang, yaitu eidos tou prosophon auton heteron. Jika anak kalimat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka kurang lebih artinya adalah ”tampak wajahnya menjadi lain.” Tentu untuk kebutuhan rancangan khotbah ini, kita tidak akan sampai meneliti secara detail pada tata bahasanya, namun kita akan memberi perhatian pada perubahan wajah Yesus yang terjadi ketika Yesus berdoa.
Dalam Injil Lukas, Lukas ingin membangun sebuah kesan bahwa doa adalah landasan dari semua pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebelum dan sesudahnya. Kesan itu tampak dalam keterangan yang ditunjukkan oleh Lukas di ayat 28: ”Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu….”. Kalimat ini memberi kesan bahwa delapan hari adalah waktu yang panjang dan setelah mengajar kepada orang banyak dalam waktu yang panjang itu, Yesus perlu mengambil waktu jeda. Dalam waktu jeda itu, Yesus berdoa. Ketika Yesus sedang berdoa, dia bercakap-cakap dengan Musa dan Elia tentang tujuan kepergiannya ke Yerusalem. Dalam Injil Lukas, kata ”kepergian” menggunakan kata Yunani eksodos. Kata ini mengingatkan pada peristiwa eksodus (Keluaran) bangsa Israel dari tanah perbudakan. Oleh karena itu, dalam Injil Lukas, peristiwa transfigurasi tidak berdiri sendiri, namun berangkai dengan tujuan kepergian Tuhan Yesus ke Yerusalem, yaitu membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa.
Pembebasan itu dimulai dalam karya Tuhan Yesus sesudah peristiwa transfigurasi. Kemuliaan tidak berhenti dan dinikmati di atas gunung, namun kemuliaan dibawa ke bawah, masuk ke dalam kehidupan orang banyak. Sesudah kisah Transfigurasi, Lukas 9:37 menceritakan Tuhan Yesus, Petrus, Yohanes dan Yakobus turun gunung dan sesegera Tuhan Yesus mengawali karya nyata yang dimulai melalui karya penyembuhan bagi seorang anak yang sakit, sampai pada akhirnya, Tuhan Yesus disalibkan dan bangkit dari antara orang mati.
Dengan demikian, peristiwa Transfigurasi dalam Injil Lukas berbicara tentang jeda, doa, dan perubahan. Dalam hidup dan karya layan-Nya, Tuhan Yesus berusaha mengambil jeda. Jeda itu Ia lakukan dengan berdoa. Dalam doa yang intim dengan Bapa-Nya, Ia berubah dan dalam perubahan-Nya, Ia mendapatkan penyingkapan dan diteguhkan bahwa hidup dan karya layan-Nya adalah untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa. Ia dipilih oleh Bapa-Nya untuk melakukan itu dan itu ditegaskan melalui suara dari langit: ”Inilah Anak-Ku, pilihan-Ku, dengarkanlah Dia!” (Ay. 35 TB2)
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan kita memiliki kesamaan, yaitu dalam persekutuan dengan Allah menghasilkan perubahan hidup dan menampakkan kemuliaan Allah. Musa yang berjumpa dengan Allah di gunung Sinai untuk menuliskan kembali 10 perintah Allah, setelah turun gunung wajahnya memancarkan kemuliaan Allah. Paulus menasihatkan Jemaat di Korintus agar setia hidup di dalam Tuhan, agar mereka dapat dimerdekakan dari dosa dan hidup mereka senantiasa memancarkan kemuliaan Allah. Yesus sendiri dalam peristiwa transfigurasi menampakkan kemuliaan Allah pada diri-Nya. Hal itu disaksikan oleh ketiga murid yang bersama-Nya. Doa menjadi cara bagi Yesus untuk melekat rekat dengan Bapa.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Ada sebuah nyanyian pop rohani terkenal yang pernah kita dengar bahkan kita nyanyikan. Nyanyian tersebut berjudul “Doa Mengubah Segala Sesuatu.” Demikian syairnya (dapat dibacakan, dinyanyikan, atau ditayangkan video klipnya berikut ini.
Saat keadaan sekelilingku
Ada di luar kemampuanku
Ku berdiam diri mencari-Mu
Doa mengubah segala sesuatu
Saat kenyataan di depanku
Mengecewakan perasaanku
Ku menutup mata memandang-Mu
Sebab doa mengubah segala sesuatu
Doa orang benar bila didoakan
Dengan yakin besar kuasanya
Dan tiap doa yang lahir dari iman
Berkuasa menyelamatkan
Seperti mata air di tangan-Mu
Mengalir ke manapun kau mau
Tiada yang mustahil di mata-Mu
Doa mengubah segala sesuatu
Lagu pop rohani “Doa Mengubah Segala Sesuatu” ini memberikan pesan yang kuat bagi setiap pendengarnya bahwa Tuhan Allah mendengarkan setiap doa dan permohonan kita. Di saat terberat dalam hidup kita, di saat keadaan kita tidak menentu, di saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan kita, doa menjadi cara bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Doa membawa kita pada dekapan kasih Allah. Doa menjadi jalan bagi kita untuk mencurahkan segala beban dan pergumulan kita kepada Tuhan Allah. Dan setiap orang beriman meyakini bahwa doa berkuasa menyelamatkan dan mengubah segala sesuatu yang telah terjadi.
Isi
Injil Lukas menceritakan peristiwa Transfigurasi terjadi ketika Yesus sedang berdoa. Di sini Lukas ingin membangun sebuah kesan bahwa doa adalah landasan dari semua pelayanan yang dilakukan oleh Yesus. Kesan ini tampak dalam keterangan yang ditunjukkan pada ayat 28: ”Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu….”. Kalimat ini memberi kesan bahwa delapan hari adalah waktu yang panjang dan setelah mengajar kepada orang banyak dalam waktu yang panjang itu, Yesus perlu mengambil waktu jeda. Dalam waktu jeda itu, Yesus berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, dia bercakap-cakap dengan Musa dan Elia tentang tujuan kepergiannya ke Yerusalem. Kata ”kepergian” menggunakan kata Yunani eksodos. Kata ini mengingatkan pada peristiwa eksodus (Keluaran) bangsa Israel dari tanah perbudakan. Oleh karena itu, dalam Injil Lukas, peristiwa transfigurasi tidak berdiri sendiri, namun berangkai dengan tujuan kepergian Yesus ke Yerusalem, yaitu membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa. Ia dipilih oleh Bapa-Nya untuk melakukan itu dan itu ditegaskan melalui suara dari langit: ”Inilah Anak-Ku, pilihan-Ku, dengarkanlah Dia!” (Ay. 35 TB2)
Pada bacaan 1, Keluaran 34 : 29 -35 : Selama 40 hari, Musa tidak makan dan tidak minum di atas gunung Sinai. Dia menuliskan apa yang Tuhan katakan padanya. Ada hal ajaib yang terjadi pada Musa yang dikatakan di ayat 29, “Lalu Musa turun dari Gunung Sinai dengan kedua loh hukum di tangannya. Ketika turun dari gunung itu, ia tidak menyadari bahwa kulit wajahnya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.” Wajah Musa bercahaya dan ia mengenakan selubung. Oleh karena itu, setiap Musa berbicara dengan bangsa Israel, ia tidak melepas selubungnya, tetapi ketika Musa menghadap Tuhan untuk berbicara dengan-Nya, Musa menanggalkan selubung itu.
Pada bagian bacaan 2, 2 Korintus 3: 12 – 4: 2: Orang Yahudi meyakini diri mereka dapat memahami isi Perjanjian Lama (Taurat), karena mereka merasa telah memiliki janji-janji Allah. Di sinilah Paulus mengingatkan mereka, ia melihat ada selubung yang menutupi mata mereka bagaikan selubung yang menutupi wajah Musa saat ia turun dari Gunung Sinai dengan wajah yang memancarkan sinar kemuliaan Allah. Selubung itu mengakibatkan mereka tidak dapat memahami maksud perjanjian Allah dengan benar. Karena itu, Paulus menjelaskan bahwa seseorang akan memiliki pengertian pernyataan Tuhan Allah, jika terang kemuliaan Kristus bersinarnya. Hal tersebut terjadi ketika seseorang bertobat, kembali kepada Tuhan dan menyambut kasih karunia Kristus. Pada saat itulah, Tuhan menyingkapkan selubung dari hatinya sehingga penglihatan rohaninya tidak terhalang lagi. Ia akan memahami bahwa kasih karunia Tuhan Yesus telah memenuhi tuntutan hukum Taurat. Disitulah terletak makna kemerdekaan, yang bukan hanya menyingkapkan selubung dari mata mereka, tetapi juga memerdekakan mereka dari dosa, maut, dan tuntutan hukum Taurat. Ia akan memancarkan kemuliaan Tuhan, yang tampak bukan hanya di wajah saja, tetapi juga dalam laku hidup mereka. Kemuliaan ini tidak akan memudar tetapi akan terus mengubah hidup mereka hingga semakin lama mereka akan semakin menyerupai Kristus.
Penutup
Melalui Firman Tuhan pada Minggu Transfigurasi saat ini, kita mengetahui pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan hidup bersekutu dengan Tuhan. Kesetiaan dan kedekatan kita dengan Tuhan akan menuntun kita pada kebenaran dan hidup. Kita menjadi bijaksana dalam menyikapi segala persoalan dan pergumulan hidup yang kita alami. Kita percaya bahwa Tuhan mampu mengubahkan karakter diri kita, dari yang semula keras menjadi lembut, dari yang lemah menjadi kuat, dari pribadi yang penakut menjadi pribadi yang berani, asal kita hidup dalam terang firman-Nya. Demikian perjumpaan kita secara pribadi dan intim dengan Tuhan akan memampukan kita hidup benar dan kudus di hadapan Tuhan.
Persekutuan kita dengan Tuhan Allah akan menghasilkan perubahan hidup yang besar dalam diri kita. Kita tidak akan lagi hidup dalam bayang-bayang dosa dan maut sebab kita telah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus. Karena itu, hiduplah sebagai orang percaya, hidup yang berbuah. Hidup yang dapat dirasakan oleh orang lain. Hidup yang senantiasa memancarkan kasih dan kemuliaan Kristus.
Di Minggu Transfigurasi saat ini, mari kita berkomitmen untuk hidup dalam terang kasih Allah. Kita menyediakan waktu jeda untuk berdoa, mendekatkan diri pada Tuhan, dan mendengarkan sabda dan kehendak-Nya melalui pembacaan Alkitab dan perenungan yang kita lakukan. Ada kuasa dalam setiap doa dan permohonan yang kita panjatkan kepada Tuhan. Maka mari melangkah bersama Tuhan, menapaki setiap perjalanan hidup bersama Tuhan. Yakin dan percayalah doa orang benar mengubah segala sesuatu. Tuhan Yesus menyertai kita. Amin. [AR].
Pujian:
- KJ. 26 : 1, 2 Mampirlah, Dengar Doaku
- Lagu Rohani: Doa Mengubah Segala Sesuatu
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Wonten salah satunggaling nyanyian pop rohani ingkang kasuwur, mbok menawi nate kita mirengaken ugi kita pujekaken. Nyanyian punika jejeripun “Doa Mengubah Segala Sesuatu.” Mekaten syairipun (saged dipun waos, dipun pujekaken utawi dipun tampilaken mawi video punika.:
Saat keadaan sekelilingku
Ada di luar kemampuanku
Ku berdiam diri mencari-Mu
Doa mengubah segala sesuatu
Saat kenyataan di depanku
Mengecewakan perasaanku
Ku menutup mata memandang-Mu
Sebab doa mengubah segala sesuatu
Doa orang benar bila didoakan
Dengan yakin besar kuasanya
Dan tiap doa yang lahir dari iman
Berkuasa menyelamatkan
Seperti mata air di tangan-Mu
Mengalir ke manapun kau mau
Tiada yang mustahil di mata-Mu
Doa mengubah segala sesuatu
Nyanyian pop Rohani “Doa Mengubah Segala Sesuatu” punika paring pesen ingkang kiyat kangge para tiyang ingkang mirengaken bilih Gusti Allah punika mirengaken saben pandonga lan panyuwun kita. Wonten ing kahanan ingkang awrat ing gesang kita, wonten ing kahanan ingkang mboten manentu, wonten ing kasunyatan ingkang benten kaliyan pangajeng-ajeng kita, pandonga punika dados cara kangge kita ngraketaken dhiri dhumateng Gusti. Pandonga punika mbekta kita wonten ing sih katresnanipun Gusti Allah. Pandonga punika dados margi kangge kita ngedalaken sadaya beban lam masalah kita dhumateng Gusti Allah. Ing pundi saben tiyang pitados punika kedah yakin bilih pandonga punika kagungan kuwaos nylametaken lan ngowahi sadaya kahanan ingkang sampun kelampahan.
Isi
Injil Lukas nyariosaken prastawa Transfigurasi punika kedadosan nalika Gusti Yesus ndedonga. Ing ngriki, Lukas nedahaken kesan bilih pandonga punika dados landesan kagem Gusti Yesus ing sadengah peladosan-Ipun ing donya. Kesan punika saged dipun panggihi ing ayat 28, ”Kira-kira wolung dina sawise paring piwulang mau …”. Ukara punika paring kesan bilih wolung dinten punika wekdal ingkang panjang, lan sak rampungipun Gusti Yesus mucal dhateng tiyang kathah punika, Panjenenganipun perlu mendhet wekdal kangge jeda. Ing wekdal jeda punika, Gusti Yesus dedonga. Nalika Panjenenganipun dedonga, Panjenenganipun sami atur wicanten kaliyan Musa lan Elia bab tujuan tindak-Ipun dhateng Yerusalem. Tembung ”tindak” punika ngginakaken tembung Yunani eksodos, ingkang ngengetaken tumrap prastawa pangentasan bangsa Isarel medal saking tanah Mesir. Awit saking punika, ing Injil Lukas prastawa transfigurasi punika mboten prastawa tunggal, nanging wonten rentetanipun kaliyan tujuan Gusti Yesus tindak dhateng Yerusalem, inggih punika kangge mbebasaken umat manungsa saking bebendu dosa. Panjenganipun dipun piji dening Sang Rama kagem nindakaken bab punika, lan punika dipun tegesaken malih lumantar suwanten saking langit, ”Iki PutraningSun kang Sunpilih, padha estokna dhawuhe!” (Ay. 35)
Ing waosan 1 Pangentasan 34:29-35 : Musa mboten dhahar lan mboten ngunjuk salami 40 dinten wonten ing redi Sinai. Piyambakipun nyerat punapa ingkang dados titahipun Gusti. Wonten prastawa ajaib ingkang dipun alami dening Musa, ing ayat 29 kasebataken, “Kacarita nalika Nabi Musa tumedhak saka ing gunung Sinai, papan angger-anggering Allah sakarone kaasta mandhap, nalika mandhap saka ing gunung mau, panjenengane ora mirsa yen kuliting pasuryane mencorong marga saka anggone wus imbal wacana karo Pangeran Yehuwah.” Pasuryanipun nabi Musa ketingal sumunar lan piyambakipun ngagem kain kagem nutupi pasuryanipun. Awit saking punika, nalika Musa wicantenan kaliyan bangsa Israel, piyambakipun mboten mbikak kain tutup pasuryanipun punika, ananging nalika Musa marek sowan dhumateng Gusti, Musa nanggelaken kain tutup punika.
Ing waosan 2, 2 Korinta 3:12 – 4:2 nedahaken para tiyang Yahudi ingkang yakin bilih piyambakipun saged mangertosi isining kitab Prajanjian Lami (Torah), karana punika tiyang-tiyang punika rumaos sampun nggadhahi janji-janjinipun Gusti Allah. Lajeng Rasul Paulus ngengetaken para tiyang punika, Paulus saged ningali bilih wonten kain ingkang nutupi mripatipun para tiyang punika, kados kain ingkang nutupi pasuryanipun nabi Musa nalika mandhap saking gunung Sinai, ing pundi pasuryanipun nyunaraken kamulyaning Allah. Kain punika ingkang dadosaken para tiyang Yahudi punika mboten saged mangertos tujuan prajanjinipun Gusti Allah kanthi leres. Awit saking punika, Paulus njelasaken supados tiyang punika saged mangertos bab prajanjinipun Gusti Allah kanthi leres, piyambakipun kedah dipun pandangi kaliyan Sang Kristus. Punika badhe kalampahan, bilih tiyang punika purun mratobat lan wangsul dhumateng Gusti lan nyambeti sih rahmatipun Sang Kristus. Ing wekdal semanten, Gusti Allah badhe mbikak kain tutup saking manahipun tiyang punika saengga saged ningali lan mangertosi karsanipun Gusti. Piyambakipun badhe ngraosaken bilih sih rahmatipun Gusti Yesus punika sampun genepi hukum Torah. Ing ngriku makna kamardikan kasingkapaken, bilih merdeka punika mboten namung merdeka saking bebendu dosa lan tuntutan hukum Torah, nanging ugi mancaraken kamulyanipun Gusti, ingkang ketingal ing tumindak gesangipun. Kamulyanipun Gusti punika mboten badhe sirna nanging tansah wonten, ngowahi gesangipun para tiyang Yahudi punika lan dadosaken para tiyang punika sansaya kados Sang Kristus.
Panutup
Lumantar Sabda Pangandikanipun Gusti ing Minggu Transfigurasi wekdal punika, kita saged mangertosi pentingipun kasetyan dhumateng Gusti lan gesang nyatunggil kaliyan Gusti. Kasetyan lan karaketan kita kaliyan Gusti Allah punika saged nuntun lampah gesang kita tumuju kayekten lan gesang. Kita saged dados tiyang ingkang wicaksana salebeting nyikapi sadaya masalah lan pakeweding gesang ingkang kita alami. Kita pitados bilih Gusti Allah saged ngowahi watak kita, saking ingkang waunipun keras dados lembut, saking ingkang waunipun lemah dados kiyat, saking pribadi ingkang gambang ajrih dados pribadi ingkang wantun, punika saged kalampahan nalika kita gesang wonten pepadhanging Sabdanipun Gusti. Mekaten ing babagan pepanggihan kita sacara pribadi kaliyan Gusti Allah badhe ngiyataken kita gesang kanthi bener lan suci wonten ngarsanipun Gusti.
Patunggilan kita kaliyan Gusti Allah badhe ngasilaken owah-owahan gesang ingkang ageng salebeting dhiri kita. Kita mboten gesang ing bayang-bayang dosa lan pati malih, sabab kita sampun dipun mardikakaken dening Gusti Yesus. Karana punika, kita minangka tiyang pitados, gesang kita kedah ngedalaken woh. Gesang kita kedah saged dipun raosaken kawontenanipun kaliyan tiyang sanes. Gesang kita kedah nyunaraken sih katresnan lan kamulyanipun Sang Kristus.
Ing Minggu Transfigurasi sapunika, mangga kita netepi kasetyan kita kangge gesang ing sih rahmatipun Gusti Allah. Mangga kita nyawisaken wekdal jeda kita kangge dedonga, nyelakaken dhiri dhumateng Gusti, lan mirengaken sabda lan karsa-Nipun lumantar pamaosing Kitab Suci lajeng kita tindakaken. Wonten kuwaos ing salebeting pandonga lan panuwun kita dhumateng Gusti. Mangga kita lumampah sinarengan kaliyan Gusti Allah, kita langkungi saben margining gesang kaliyan Gusti. Yakin lan pitadosa, pandonganipun tiyang bener punika saged ngowahi sadaya kahanan gesang kita. Gusti Yesus nganthi kita. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 346A Dedonga lan Makarya