FAJAR PASKAH/ PASKAH I
STOLA MERAH
Bacaan 1 : Zefanya 3: 14-20
Bacaan 2 : Roma 6: 3-11
Bacaan 3 : Matius 28: 1-10
Tema Liturgis : Perjumpaan dengan Kristus yang Mengubah Hidup
Tema Khotbah : Setia dalam Iman? Siapa Takut!
Keterangan Bacaan
Zefanya 3: 14-20
- Kitab ini ditulis pada masa Yosia memerintah sebagai raja Yehuda menggantikan Manasye, ayahnya. Ada kemerosotan moral yang tajam pada masa Manasye: pembangunan altar penyembahan pada Astoret dan Baal (Dewa Kanaan), Molokh/ Milkom (Dewa Amon), dan Kemos (Dewa Moab), bahkan mengembalikan praktik pengurbanan bayi. Pada masa itu nabi-nabi TUHAN banyak ditindas karena bertentangan dengan kehendak Manasye. Tetapi Yosia anaknya melakukan pembaruan moral setelah ditemukannya gulungan kitab Ulangan. Yosia kembali pada penyembahan TUHAN, sebagai Allah Israel. Nabi-nabi TUHAN termasuk Zefanya kembali mendapatkan kepercayaan.
- Zefanya menubuatkan bahwa bangsa-bangsa yang menyembah selain TUHAN akan hancur oleh kerusakan moral yang membuat mereka akhirnya kehancuran juga secara politis. Namun bangsa yang menyembah TUHAN akan diselamatkan, bukan hanya Israel tetapi seluruh bangsa (3:9). Penyelamatan TUHAN adalah penyelamatan universal.
- Sesungguhnya, bagi Israel tidak ada raja yang lain selain TUHAN (3:15). TUHAN jugalah pahlawan yang membawa Israel pada kemenangan. Karena itu sesungguhnya seruan Zefanya di sini adalah seruan untuk pembaruan budi bangsa, kembali kepada TUHAN. Hanya TUHANlah yang mampu membawa pemulihan bagi bangsa itu.
Roma 6: 3-11
- Dosa mati bersama kematian Kristus. Bagi orang yang percaya kepada kebangkitan Kristus mereka ikut bangkit bersama Kristus.
- Keberanian untuk berjuang bahkan mati bagi Kristus adalah jalan bagi kehidupan sejati. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang telah menyatakan diri mengikut Kristus tidak lagi bisa hidup dalam dosa.
- Memang miris jika dirasakan bahwa perjuangan untuk Kristus harus sampai membuat orang berani mati untukNya. Namun, jika perjuangan iman membuat orang harus berbuat demikian, maka itulah harga dari sebuah iman, demi terwujudnya Kerajaan damai sejahtera bagi semuanya.
Matius 28: 1-10
- Para perempuan itu bukan orang-orang yang banyak diperhitungkan. Keutamaan mereka adalah kesetiaan mereka. Ketika para murid masih mengalami ketakutan besar karena Kristus yang disalibkan dan mati, tetapi kesetiaan mereka membawa mereka ke kubur itu persis saat fajar Paskah menyingsing. KematianNya tidak membawa ketakutan bagi mereka, namun justru membawa semangat untuk terus mengabdikan diri bagi Kristus.
- Dan para perempuan inilah yang diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu malaikatNya, bahkan bertemu Tuhan Yesus sendiri.
- Perintah Tuhan Yesus kepada mereka jelas: untuk menyatakan kepada saudara-saudara seiman supaya tidak takut, kematian Kristus bukan akhir, karena kebangkitannya adalah bukti bahwa jalan yang diajarkan dan diteladankanNya sungguh-sungguh nyata membawa kehidupan abadi.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
- Zefanya mengalami tekanan dalam hidupnya pada masa Manasye; bagi Paulus, seorang Kristen bahkan harus berani mati demi imanNya kepada Kristus, para perempuan itu tidak kehilangan imanNya bahkan ketika Yesus disalibkan dan mati. Jalan iman tidak selalu mudah.
- Namun untuk mereka yang setia dan terus hidup dalam iman itu, akan ada pembaruan dari TUHAN, pada saat yang ditetapkan oleh TUHAN, mereka yang menderita akan mendapatkan syalom. Dan syalom ini bahkan berlaku untuk semuanya – universal.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Mengatakan, “Saya akan setia pada iman Kristen saya” mudah ketika semuanya baik-baik saja. Namun dalam kondisi yang berat, bahkan menuntut pengorbanan, setia tidak lagi menjadi mudah. Kita mengimani bahwa Tuhan senantiasa mengasihi mereka yang setia. Paskah ini kita akan belajar setia pada iman kita.
Isi
Bagaimana menjadi tetap setia ketika tantangan dari dunia ini begitu berat?
Kita sering menemukan banyak orang yang bekerja jujur harus puas gaji yang tidak besar, tapi mereka yang tidak jujur ternyata bisa berkembang dengan luar biasa. Pekerjaan dengan pendapatan besar, kadang, adalah pekerjaan yang melibatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan: bekerja di perusahaan yang merampas tanah rakyat, perusahaan yang membuat orang semakin konsumtif pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting (kulit putih, bergaya trendy, menumpulkan kesadaran, dll), yang limbahnya mencemari lingkungan. Bekerja yang seturut kehendak Tuhan hari ini, jika sungguh-sungguh, dirasakan semakin sulit.
Hari ini para pemuda Kristen di Indonesia semakin sulit mendapatkan jodoh yang sesuai dengan jalan imannya, tidak sedikit yang akhirnya meninggalkan imannya. Kita sering berbicara mengenai pluralitas, tetapi ternyata konteks kita di Indonesia kadang tidak sepenuhnya siap dengan itu. SARA masih sering digunakan sebagai alat pemecah belah kesatuan. Kelompok kecil ingin berkuasa, kelompok menengah ingin menjadi besar, dan kelompok besar tidak ingin kehilangan kuasanya, kalau bisa malah menjadi semakin besar. Politik pun sering tidak lagi menjadi usaha menyejahterakan masyarakat, namun semata-mata alat kekuasaan.
Ternyata bukan hanya tantangan dari luar yang menjadikan kita tidak setia, tetapi juga karena godaan dari dalam diri.
Di sisi lain, pengucilan masih terus terjadi. Kita mengucilkan minimal ngrasani orang yang dianggap salah, bisa karena pindah gereja, melakukan hal yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, pekerjaannya tidak benar, terlalu banyak protes tanpa aksi, dan lain-lain. Persaingan di sekolah, dalam bekerja, dalam mendapatkan sesuatu, kadang membuat orang menjadi tidak berbaikan dengan yang lain. Saudara terpecah karena urusan warisan. Suami istri menjadi tidak harmonis karena urusan uang, perbedaan pendapat, atau hal lain. Rasa tidak aman di lingkungan masyarakat membuat orang semakin memasang tembok tinggi, akhirnya menjadi semakin individualis. Kerelaan untuk rugi atau kehilangan demi kebaikan bersama digantikan semangat bersaing menjadi yang paling depan. Bahkan antar Penatua, Diaken atau juga Pendeta bersaing lebih berhasil dalam memimpin jemaat. Gereja satu merendahkan gereja yang lain. Kecurigaan mencuri domba tidak hilang-hilang. Kepercayaan luntur.
Pada saat-saat kegagalan terjadi, satu dengan yang lain saling bersembunyi dari tanggung jawab, menunjuk kepada orang lain untuk kesalahan yang dilakukan bersama. Protes kepada pemerintah tidak disertai dengan keinginan membangun komunitas, hanya protes saja. Protes kepada gereja tidak disertai upaya untuk memberikan jalan keluar yang menimbang segala sisi, kadang hanya ingin pendapatnya didengar dan dianggap benar. Jangan mengatakan tentang memaafkan, gengsi dong! Jangan mengatakan tentang bersaudara dengan yang lain, yang ada adalah “aku akan dekat denganmu kalau kamu menguntungkanku, kalau kamu sama denganku, kalau tidak ya selamat tinggal.” “Jangan meminta aku merendah atau mengalah, karena merendah dan mengalah itu kalah.” “Yang muda tak mau mengerti yang tua, yang tua tak mau mengerti yang muda.” “Yang berbeda bukan kawan, tapi lawan yang harus ditumpas dan dihabiskan.” Ah jika sudah demikian bagaimana lagi berbicara patunggilan kang nyawiji atau paseduluran.
Lantas bagaimana menjadi setia?
Kesetiaan berarti menjaga tetap berpusat pada Kristus, bukan pada diri kita sendiri. Menjaga diri untuk tetap beriman Kristen bukan sekadar tentang tetap beragama Kristen. Tapi lebih daripada itu adalah tetap menjaga diri hidup menurut jalan yang dikehendaki oleh Kristus, berat ataupun ringan. Inilah setia, “Urip mati ndherek Gusti Yesus.”
Saya yakin, saya dan panjenengan sama dalam hal ini. Kita masih jauh dari teladan Kristus. Tapi inilah mengapa semangat Paskah patut untuk kembali digemakan. Semangat untuk tetap setia pada iman, seberat apa pun tantangan yang harus dihadapi. Zefanya adalah teladan iman. Dalam masa pemerintahan Manasye, nabi yang setia kepada TUHAN (YHWH) ditindas dengan luar biasa. Paulus pun demikian, demi imannya dia dikucilkan, dipenjarakan bahkan dalam tradisi gereja dia diceritakan dipenggal pada Masa Nero pada tahun 64 M. Demikian pun para perempuan dalam kisah kebangkitan Yesus hari ini, ketika para murid yang lain masih diserang ketakutan yang menekan, mereka dengan setia menyambangi makam Yesus.
Kita kadang dibuat bingung oleh keadaan, manakah yang kehendak Tuhan? Maka kembalilah pada iman, iman ini bukan tentang aku, iman ini adalah tentang menjadi rekan kerja Allah di dunia, bagi dunia. Kalau tujuannya semata-mata supaya keinginan kita bisa terwujud, pasti bukan itu. Setiap orag punya idealisme, tapi kalau idealisme kita mengorbankan orang lain, mengorbankan kasih, dan malah membuat perpecahan, rasanya itu bukan kehendak Tuhan. Karena kehendak Tuhan adalah damai sejahtera. Kemenangan bagi semua. Menjadikan dunia yang kita tinggali ini tempat yang adil bagi semua, semuanya disentuh di hatinya, semuanya mengasihi. Bahkah ketika yang lain belum bisa mengasihi, kita tetap mengasihi. Ketika yang lain mengarahkan kita pada jalan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan, kita tetap berani berdiri dengan teguh pada iman ini. Kita bisa saja bingung dan tergoyahkan. Iman bukan masalah saya tergoyahkan atau tidak pada pendirian saya, tapi iman adalah ketika kita walaupun sempat goyah tapi akhirnya kembali lagi berani mengatakan, “Tuhan apa yang Engkau kehendaki, saya manut.”
Buah Kesetiaan
Pada akhirnya lihatlah mereka yang setia pada imannya. Bagi bangsa Israel mengalami penindasan bangsa lain, ada janji keselamatan. Bahkan keselamatan ini meluas bukan hanya untuk Israel, tetapi untuk semua bangsa yang menerima TUHAN sebagai Allahnya. Paulus adalah orang yang tidak takut dengan kematian, dalam suratnya yang lain, dia mengatakan “Hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.” Karena baginya Kerajaan Allah adalah janji nyata bagi orang yang mau setia dengan imannya. Dan para perempuan itu, mereka adalah orang-orang pertama yang diijinkan Tuhan untuk bertemu malaikatNya, bahkan Yesus sendiri setelah kebangkitanNya.
“Jangan takut!” Itulah perintah Yesus kepada para perempuan yang menyambangi makamNya pagi itu. Demikian juga dengan kita hari ini, jangan takut menghidupi iman ini dengan siungguh-sungguh, apapun harga yang harus dibayar. Itulah makna perjumpaan dengan Kristus, yang mati karena dosa dibangkitkan oleh iman, yang masih ragu menjadi yakin, yang masih takut menjadi berani. Maka beranilah menyatakan “Urip mati ndherek Gusti Yesus!”
Penutup
Dan pada penutup khotbah ini saya mengajak jemaat sekalian menggemakan Salam Paskah yang biasa dinyatakan oleh Gereja-gereja Timur. Saya akan mengatakan “Kristus sudah bangkit!” Jemaat disilakan untuk menjawab “Dia sungguh-sungguh sudah bangkit!” Saya akan menyerukannya tiga kali, dan setelah jawaban yang ketiga dari Jemaat, kita bertepuk tangan yang sangat panjang untuk sukacita kita atas kebangkitan Kristus, kemenangan iman.
Pelayan : Kristus sudah bangkit!
Jemaat : Dia sungguh-sungguh sudah bangkit!
Pelayan : Kristus sudah bangkit!
Jemaat : Dia sungguh-sungguh sudah bangkit!
Pelayan : Kristus sudah bangkit!
Jemaat : Dia sungguh-sungguh sudah bangkit!
(tepuk tangan yang sangat panjang diakhiri amin) [Gide]
Nyanyian: KJ 188
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Ngendikan, “Kawula badhe tansah setya kaliyan Iman Kristen kawula” gampil menawi sedaya kawontenan kita sae lan sekeca. Nanging wonten ing kawontenan ingkang awrat, malih-malih nalika ngantos ngurbanken prekawis penting ing gesang kita, setya punika mbonten gampil malih. Kamangka kita pitados, dhateng sok sintena kemawon ingkang tansah setya, Gusti badhe mujudaken janji katresnanipun. Dinten Paskah punika kita badhe nggegilut prekawis kasetyan dhateng iman kita.
Isi
Kados pundi njagi kasetyan nalika tantangan gesang saking njawi saya awrat?
Kita asring nemahi tiyang ingkang nyambut damel kanthi jujur nanging kedah nampi gaji/ bayaran ingkang boten ageng, kamangka tiyang ingkang boten jujur saged gesang kanthi mubra-mubru. Kamangka pakaryan ingkang paring gaji ageng ugi asring nebihaken kita saking karsanipun Gusti, kadosta nyambut damel ing perusahaan ingkang ngrampas sitinipun warga, perusahaan ingin ndadosaken tiyang dados konsumtif (belanja prekawis-prekawis ingkang sejatosipun boten estu dipun betahaken, namung kangge gengsi, trendy, supados kulitipun putih, lsp.). Wonten ugi ingkang limbahipun malah ndadosaken polusi. Nyambut damel ingkang estu miturut karsanipun Gusti, menawi dipun raosaken kanthi estu, samangke saya ewet.
Boten namung prekawis punika, dinten punika pemuda Kristen ing Indonesia tan saya ewet pikantuk jodho ingkang trep megepokan kaliyan imanipun. Kathah pemuda GKJW ingkang kita temahi kedah medal saking iman Kristen supados saged krama kaliyan piyantun ingkang dipun pikajengaken. Kita ugi asring wicantenan bab pluralitas nanging asring kita dereng siap. SARA taksih asring kaginakaken sarana mecah patunggilan. Kelompok ingkang alit kepingin nguwaosi ingkang sanes, ingkang tengahan kepengin tan saya ageng, ingkang ageng boten purun kalah. Politik kadhang dipun raosaken boten dados pambudidaya ndadosaken rakyat sejahtera, namun alat kekuasaan.
Boten saking jawi kemawon, tantangan ugi saged tuwuh saking dhiri pribadi.
Budaya pengucilan dinten punika taksih tansah kita lampahi. Kita ngucilaken mawi rerasan bab tiyang ingkang pindhah gereja, ingkang dipun anggep awon, ingkang panyambut damelipun dipun anggep lepat. Persaingan ndadosaken sesambetan risak. Sasedherek tukar padu awit warisan. Sesemahan boten malih harmonis awit urusan arta utawi benten pemanggih. Awit kita rumaos boten aman, griya kita dipun temboki inggil. Tiyang dados tan saya individualistis, mentingaken dirinipun piyambak-piyambak. Tiyang boten malih lila kecalan utawi rugi kangge kasaenan, sedaya kepengin untung ngantos boten mikir menawi tiyang sanes rugi. Pinitua, Diaken, saha Pendita saingan sinten ingkang paling sae mimpin pasamuwan. Gereja satunggal ngawonaken gereja sanes. Kuwatos kecalan medanipun Gusti. Kepitadosan satunggal dhateng ingkang sanes luntur.
Menawi wonten ingkang gagal, rebutan boten purun tanggel jawab, nuding tiyang sanes awit kalepatan ingkang dipun tindakaken sesarengan. Masyarakat gampil protes nanging boten paring pangluwaran. Ing pemerintahan ugi ing gereja. Gusti Yesus boten malih dados punjering gesang, sedaya namung prekawis kula, kula, lan kula. Menawi sampun mekaten, sampun ngendikan prekawis pangapunten, gengsi dong. Kita celak dhateng tiyang sanes menawi betah, menawi boten betah utawi benten, kita tilar, malah kita asoraken.
Kasetyan punika tetep njagi supados punjering gesang kita tetep Sang Kristus, sanes dhiri kita piyambak. Nggadhahi iman Kristen punika benten kaliyan namung sinerat agami Kristen, nanging kados pundi gesang kita tansah kita jagi ing sedaya kawontenan gesang ingkang kados mekaten kala wau. Tansah setya dhumateng prentahipun Gusti, awrat utawi entheng. Lah punika ingkang kita wastani kasetyan. “Urip mati ndherek Gusti Yesus, abot entheng mboten nilar marginipun Gusti.” Lah punapa gampil? Boten gampil.
Kula lan panjenengan, kula pitados, sami. Kita taksih tebih saking tuladhanipun Sang Kristus. Nanging malah ing kawontenan ingkang kados mekaten semangat Paskah penting tansah dipun kumandhangakan. Semangat tansah setya dhumateng Gusti ingkang kados mekaten ingkang kala wau kita temahi ing waosan Injil kita. Zefanya punika tuladha iman. Nalika pemerintahanipun Manasye, panjenenganipun tansah setya dhumateng Pangeran Yehuwah nadyan dipun tindhes. Paulus ugi mekaten, awit imanipun, piyambakipun ngantos dipun kunjara, malah miturut tradisi, nemahi piyambakipun ngantos dipun tigas jangganipun (dipenggal) ing Mangsa pemerentahanipun Nero ing taun 64 M. Mekaten ugi tuladha ingkang dipun tedahaken dening para wanita ing waosan Paskah. Nalika para murid sanes ajrih lan singidan, para wanita punika taksih setya nyambangi Gusti Yesus ing pasareyan.
Kita kadhang kadamel bingung, ingkang kados pundi iman punika. Sedaya boten bab kula, kula lan kula, nanging kados pundi dados rencang damelipun Gusti wonten ing jagad. Ndadosaken jagad punika papan ingkang kados dipun karsakaken dening Gusti. Papan ingkang kebak katresnan, kadosa pundi ewetipun. Malah-malah nalika tiyang sanes dereng saged nresnani kita, kita tetep mujudaken katresnan. Menawi tumindak kita tujuanipun kangge kepuasan dhiri, punika tamtu sanes iman. Sedaya tiyang nggadhahi idealisme, nanging menawi idealisme kita malah ngurbanken tiyang sanes, ngurbanaken katresnan, utawi malah ndadosaken patunggilan pecah, kula kintan punika sanes karsanipun Gusti ingkang kebak tentrem rahayu. Kita saged kemawon goyah, iman punika sanes prekawis boten goyah, nanging sanadyan sok ngalami goyah, enggal wangsul malih dhumateng Gusti kanthi nyuraos, “Gusti punapa ingkang Paduka karsaaken, kula manut.”
Wohing Kasetyan
Pungkasanipun, manga kita pirsani tiyang ingkang tansah setya wonten ing imanipun kala wau. Bangsa Israel ingkang dipun jegi (jajah) dening tiyang sanes kaparingan janji kaslametan. Malah janji kala wau mboten namung kangge Israel, nanging dhateng sedaya bangsa ingkang purun nampi Sang Yehuwah dados Gustinipun. Paulus tiyang ingkang boten ajrih pejah. Wonten ing seratipun ingkang sanes, Paulus nyerat, “Gesang punika Sang Kristus, pejak punika kaunggulan.” Lan para wanita ing waosan kita kala wau, dados tiyang ingkang wiwitan manggihi malekat lan Gusti Yesus piyambak nalika Gusti wungu.
“Aja wedi!” Punika prentahipun Gusti Yesus dhateng para wanita ingkang nyambangi pasareyanipun. Mekaten ugi dhateng kita enjing punika. Sampun ajrih njagi kasetyan kita punapa kemawon pitumbasipun. Punika ajining pepanggihan kaliyan Gusti Yesus Kristus. Ingkang mangu dados yakin, ingkang ajrih dados wanton. Pramila mangga kita wantun nyuraos, “Pejah gesang ndherek Gusti Yesus, awrat entheng tansah setya.”
Panutup
Lan kangge panutuping khotbah punika, kula aturi para warganipun pasamuwan sami jumeneng. Kita nindakaken Salam Paskah ingkang biasanipun katindakaken ing Greja Timur. Menawi kula matur “Sang Kristus sampun wungu!”, pasamuwan mangsuli, “Sang Kristus estu sampun wungu!” Kita ucapaken ambal kaping tiga. Menawi sampun kaping tiga kita keplok ingkang banter lan dangu. Keplok kabingahan awit wungunipun Gusti, keplok kamenangan kasetyaning iman.
Pelados : Sang Kristus sampun wungu!
Pasamuwan : Sang Kristus estu sampun wungu!
Pelados : Sang Kristus sampun wungu!
Pasamuwan : Sang Kristus estu sampun wungu!
Pelados : Sang Kristus sampun wungu!
Pasamuwan : Sang Kristus estu sampun wungu!
(Pasamuwan keplok ingkang banter lan dangu, dipun pungkasi amin) [Gide]
Pamuji: KPK 270