Khotbah Minggu 9 April 2017

4 April 2017

MINGGU PRA PASKAH
STOLA UNGU

 

Bacaan 1         : Yesaya 50 : 4 – 9
Bacaan 2         : Fillipi 2 : 5 – 11
Bacaan 3         : Matius 21 : 1 – 11

Tema liturgis   : Taat melakukan kehendak Allah
Tema khotbah :  Hidup yang mutlak taat.

 

Keterangan bacaan

Yesaya 50 : 4 – 9

Dalam perikup ini Hamba Tuhan menghadapi dengki dan amarah dari si jahat, hanya selangkah lagi menuju salib. Hamba Tuhan ini telah menyediakan dirinya untuk mempelajari (ayat 4) dan memberikan (ayat 6), sebagai salah seorang yang menyerahkan diri – jiwa dan raga. Ia mengalami penderitaan, terhadap Allah, ia membuat hal itu selaku pengorbanan dari kesetiaannya. Terhadap manusia, suatu pemberian sukarela yang teramat mahal, bukan sesuatu yang dipaksakan (Aku memberi……Aku tidak menyembunyikan). Dalam kecemaran dan keterkucilannya ia memanfaatkannya untuk menjelaskan kepercayaannya kepada Allah, bahwa Allah pasti menolong orang yang benar.

 

Fillipi 2 : 5 – 11

Keteladanan pikiran Kristus yang merendahkan dan mengorbankan diri, diharapkan oleh Paulus menjadi teladan orang-orang Kristen di Fillipi. Ada tiga langkah dalam perendahan diri Kristus : mengosongkan diri dari kemuliaanNya, memilih bertindak sebagai hamba ketimbang sebagai Tuhan atas segala sesuatu,dan, walaupun sungguh-sungguh Allah, mengenakan pada diriNya kemanusiaan kita. Setelah merendahan diri menjadi manusia, maka Dia menjalani “suatu hidup yang mutlak taat” (Ruma 5:19, Ibr 9:8-9, 10:5-14), “bahkan sampai pada kematian di kayu salib, kematian dengan kesakitan yang tak terbayangkan dan sangat memalukan, kematian yang bagi orang Yahudi berarti bahwa yang mati itu dienyahkan di luar umat perjanjian milik Allah (Ul 21:23, Gal 3:13).

Sebagai imbalan dari perendahan dan pengorbanan diriNya, kepadaNya diberikan “nama di atas segala nama”; ini bukan gelar, melainkan kehormatan dan kekuasaan tertinggi atas segala makhluk (Ef 1:20-22, 4:8-10, Why 5:13). Untuk menyatakan ini dikutip Yesaya 45:23 yang dikenakan kepada Kristus dan pengakuan Kristen tertua yang paling asasi “Yesus Kristus adalah Tuhan” (I Kor 12:3, Rum 10:9). Ajaran tentang Pribadi Kristus ini dalam kontek bacaan kita kali ini, mempunyai maksud supaya orang-orang Kristen di Fillipi menjalani suatu hidup yang di dalamnya lenyap perpecahan, perselisihan, dan ambisi pribadi.

 

Matius 21 : 1 – 11

Cerita ini terjadi sebelum Hari Raya Paskah. Kedatangan Mesias ke ibukota menimbulkan kegairahan besar di kalangan rakyat. Sifat kemesiasanNya yang damai dan tegas itu, ditunjukkan dengan tindakanNya mengendarai keledai dan mengusir pedagang-pedagang dari Bait Allah. Rakyat menyambutNya dengan menghamparkan pakaiannya (II Raja 9:13). Memotong ranting-ranting dari pohon dan menyebarkan di jalan, sebagai tanda sambutan Kerajaan. Mereka mengikuti dari belakang dan berseru: Hosana, semula berarti Selamatlah sekarang, tapi kemudian sudah mejadi seruan pujian. Ini merupakan seruan minta tolong dari orang-orang yang menderita kepada raja atau dew3a mereka. Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, kutipan dari Mzm 118:26, bagian dari Hallel (Mzm 113 – 118) yang dinyanyikan pada Hari Raya Pondok Daun, Hari Raya Penahbisan Bait Allah dan juga Hari Raya Paskah. Berkat yang disebut dalam Masmur ini adalah untuk semua orang yang mengunjungi parayaan tsb. Dan ini terutama cocok bagi Anak Daud, yang datang sebagai  Pengunjung Agung yang memasuki kerajaanNya. Orang banyak yang terdiri dari orang Galilea menyambut Dia sebagai nabi setempat, tetapi seluruh simbolisme peristiwa itu menunjukkan Dia sebagai Mesias dan kutipan dari Zakharia menandakan Kerajaan DamaiNya yang meliputi seluruh dunia.

 

Benang Merah Tiga Bacaan

Paskah harus disambut dengan hidup yang mutlak taat, bersedia mendengar dan memberi jiwa dan raga, merendahkan dan mengorbankan diri, sebab hanya dengan demikian maka hidup kita akan terberkati.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Masalah ketaatan dan hidup taat bukan perkara yang asing bagi kita. Hanya saja seringkali masih pilih-pilih dalam kita mengetrapkan ketaatan kita. Kalau ketaatan itu dalam perkara yang tidak banyak mengambil resiko, taat.. oke-oke saja. Tetapi kalau ketaatan itu beresiko, taat ya..nanti dulu.

Dalam kehidupan keagamaan, terlebih dalam beriman kepada Yesus Kristus, dibutuhkan ketaatan yang mutlak, tidak dapat ditawar-tawar.

 

Isi

Keteladanan hidup Yesus yang mutlak taat, diwujudkan-Nya, dengan berbagai cara :

  1. Dalam peristiwa yang sangat dramatis Dia memasuki Yerusalem (bacaan 3). Yesus mengendarai keledai yang belum pernah ditunggangi. Keledai itu sungguh-sungguh cocok untuk maksud-maksud yang suci. Kekudusan yang khusus dari peristiwa ini digaris bawahi oleh fakta bahwa keledai itu belum pernah ditunggangi oleh siapa pun sebelumnya. Yesus selalu menjaga kekudusan dan hidup kudus. Bagaimana dengan kita, orang-orang yang telah dikuduskan dan dipanggil hidup kudus? Apakah kita juga selalu menjaga kekuduan hidup kita? Karena Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (I Tes 4:7).
  2. Ada dua gambaran di balik tindakan dramatis Yesus :
  • Ada gambaran dari Zakharia 9:9, di mana Sang Nabi melihat raja datang ke Yerusalem, sederhana dan menunggang seekor keledai muda. Tindakan Yesus ini adalah klaim mesianis yang disengaja. Ia datang untuk menawarkan diriNya sendiri kepada mereka, tepat pada saat Yerusalem dipenuhi oleh orang Yahudi dari semua negeri dan segala penjuru dunia, sebagai Yang Diurapi dari Allah.
  • Sekitar tahun 175sM Yerusalem diduduki oleh Antiokhus Epifanes. Antiokhus bermaksud membasmi Agama Yahudi dan memperkenalkan cara hidup dan ibadah Yunani. Dengan sengaja ia mencemari Bait Allah, mempersembahkan daging babi di atas mezbah, memberi persembahan kepada Dewa Zeus dari Olympus, bahkan mengubah ruang-ruang Bait Allah menjadi tempat pelacuran untuk umum.
    Kaum Makabe bangkit melawannya, dan akhirnya merebut kembali tanah air mereka. Bait Allah yang telah dinajiskan itu dipugar kembali, ditahirkan, dan dipersembahkan lagi. Pada hari yang penting itu, orang membawa ranting-ranting palem dan menyanyikan mazmur-mazmur mereka. Ini merupakan deskripsi yang hampir sama mengenai tindakan orang banyak yang menyambut Yesus masuk Yerusalem.
    Yesus memasuki Yerusalem dengan maksud untuk menyucikan Bait Allah seperti yang dilakukan oleh Yudas Makabe. Ia berbicara dalam simbul dramatis, bukan hanya Ia adalah Yang Diurapi dari Allah, melainkan juga Ia telah datang untuk membersihkan Rumah Allah dari segala penyalahgunaan yang mencemarkan bait itu dan ibadahnya.
  1. Ada 3 hal yang ingin diungkapkan dalam tindakan dramatis Yesus mengenai diri-Nya :
  • Pristiwa ini mengungkapkan keberanian-Nya. Yesus tahu benar bahwa Ia sedang memasuki kota yang memusuhi-Nya, Ia menghadapi dengki dan amarah dari si jahat, hanya selangkah saja menuju salib (bacaan 1). Pihak penguasa di Yerusalem membenci-Nya dan bersumpah akan membinasakan-Nya; dan merekalah yang menentukan kata akhir. Orang-orang pada umumnya pasti dengan hati-hati memasuki Yerusdalem, dan kalaupun sudah memasuki pasti dengan segera bersembunyi mencari tempat yang aman. Namun, Yesus memasuki Yerusalem dengan cara sedemikian sehingga dengan sengaja menempatkan diri-Nya di pusat gelanggang dan dengan sengaja pula menarik perhatian setiap mata kepada-Nya. Sepanjang hari-hari terakhir-Nya di sana penuh dengan tindakan-Nya yang agung dan menantang. Dalam babak terakhir hidup-Nya seolah-oleh Dia dengan sengaja mengirim surat tantangan kepada pihak penguasa agar melakukan tindakan mereka yang paling jahat. Ia dengan sengaja dan penuh keberanian menyerahkan diri –jiwa dan raga- sebagai pengorbanan dari kesetiaan dan ketaatan-Nya yang mutlak. Apabila kita hidup mutlak taat, pasti memilki cara hidup yang tidak hanya cari aman, tetapi memiliki keberanian dan dengan sengaja menyerahkan diri -jiwa raga- berkorban bagi Kristus dan yakin bahwa Tuhan pasti menolong (bacaan 1)
  • Peristiwa ini mengungkapkan klaim-Nya, sebagai Mesias Allah, Yang Diurapi Allah; sangat mungkin pula menunjukkan kalim-Nya sebagai pembersih Bait Allah. Andaikan Yesus puas dengan klaim-Nya sebagai nabi, Yesus tidak perlu mati. Bagi Yesus, ini segalanya atau tidak sama sekali. Orang harus mengakui-Nya sebagai raja atau tidak menerima-Nya sama sekali. Hidup yang mutlak taat, ada kesediaan menerima Yesus sebagai Mesias Allah, Raja dan sebagai Pembersih Bait Allah. Ada kesaksian Alkitab: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” (I Kor 3:16,17b). Oleh karena itu, kita senantiasa terpanggil untuk mengundang Yesus sebagai Pembersih Bait Allah, masuk dalam hidup dan kehidupan kita untuk membersihkan diri kita dari segala kecemaran dan dosa kita.
  • Kisah ini juga mengungkapkan imbauan- Yang Ia klaim bukanlah takhta kerajaan, melainkan takhta di dalam hati manusia. Ia datang dengan rendah hati dan mengendarai seekor keledai. Di dunia Barat keledai adalah binatang hina; di dunia Timur keledai adalah binatang anggun. Seorang raja sering menunggang keledai, namun itu menandakan bahwa ia datang dengan maksud damai. Kuda adalah binatang tunggangan untuk berperang, sedangkan keledai adalah hewan tunggangan untuk berdamai. Jadi ketika Yesus mengklaim diri sebagai raja, Ia mengklaim diri sebagai raja damai. Dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melepaskan perseteruan pada salib itu (Efs 2:16); dan Karena Dialah damai sejahtera kita (Efs 2:14a). Ia menunjukkan bawa Ia datang bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengasihi; bukan untuk menghukum, melainkan untuk menolong; bukan dalam kekuatan senjata, melainkan dalam kekuatan cinta kasih. Hidup yang mutlak taat berarti bersedia untuk didamaikan dengan Allah, karena Dialah damai sejahtera kita dan bersedia menjadi alat-alat perdamaian,…. karena Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera (I Kor 7:15c).
    Dalam peristiwa  yang dramatis ini kita melihat keberanian Kristus, klaim Kristus, dan imbauan Kristus. Inilah undangan terakhir bagi manusia untuk membuka hati mereka bagi Yesus.
  1. Merendahkan dan mengorbankan diri, bahkan taat sampai kematian-Nya di kayu salib, kematian dengan kesakitan yang tak terbayangkan dan sangat memalukan; kematian yang menurut orang Yahudi berarti dienyahkan dari umat perjanjian milik Allah. Sebagai imbalannya, diberikan kepada-Nya nama diatas segala nama à Yesus Kristus adalah Tuhan (bacaan 2). Hidup yang mutlak taat, selalu ada kesediaan merendahkan dan mengorbankan diri, hidup dalam ketaatan kepada Kristus dalam segala situasi, ketaatan yang tidak memperhitungkan untung rugi, ketaatan yang tidak dibatasi waktu, ketaatan yang paripurna.

 

Penutup

Hidup yang mutlak taat, tidak gampang dan sangat sarat dengan resiko, termasuk di dalamnya berani merendahkan dan mengorbankan diri, menderita bila perlu. Itulah tuntutan Kristus. Kataatan kepada Kristus tidak dapat dan tidak bisa separuh-separuh; kalau taat yang taatlah…kalau tidak yang lebih baik sama sekali tidak. Tetapi berbahagialah siapapun yang sedia membuka hati bagi Kristus pada masa pra Paskah ini, sehingga Kristus berkenan diam di dalam bait-Nya, yaitu diri kita masing-masing. Hosana di tempat yang mahatinggi: Biarlah malaikat di surga mahatinggi berseru kepada Allah, Selamatkanlah sekarang! Amin.(SS)

 

Nyanyian: Kidung Jemaat 155 : 1 – 3

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Bab kasetyan lan gesang setya tuhu, tumrap kita sanes bab ingkang aneh. Namung kemawon, kasunyatan nedahaken kita taksih asring pilih-pilih anggen kita nindakaken lan wujudaken gesang ingkang kebak kasetyan menika. Menawi kasetyan menika gegayutan kaliyan bab-bab ingkang boten kathah resiko..setya tuhu mangga-mangga mawon. Ananging menawi kasetyan menika beresiko,…kedah setya, mangke rumiyin.

Ing babagan gesang karohanen/agami, langkung-langkung salebeting kapitadosan dhateng Gusti Yesus, kabetahaken kasetyan ingkang mutlak, boten saged dipun anyang.

 

Isi

Gusti Yesus paring tuladha kadospundi gesang ingkang mutlak taat (remen boten remen kedah manut), kawujudaken kanthi mawarni-warni cara:

  1. Ing kedadosan ingkang saestu dramatis (ngeramaken), Gusti Yesus lumebet dhateng Yerusalem nitih belo kuldi, kuldi ingkang dereng nate dipun titihi/agem dening tiyang saderengipun. Kuldi menika estu cocok sanget kagem nedahaken gegayuhan ingkang suci. Menggah kasucen ingkang maligi ing kedadosan menika sepisan malih kaantepaken srana kasunyatan bilih kuldi menika dereng nate dipun titihi dening sinten/menapa kemawon saderengipun. Gusti Yesus tansah njagi kasucen lan gesang suci. Kadospundi mengggahing kula lan panjengan sami para tiyang ingkang sampun kasucekaken lan katimbalan gesang suci, menapa kita inggih tansah njagi kasucening gesang kita? “Awit Gusti anggone nimbali kita iku ora supaya alaku rusuh, nanging supaya nindakake apa kang suci” (I Tes 4:7).
  2. Ing kedadosan ingkang dramatis menika Gusti Yesus kepengin paring gegambaran kalih prekawis:
  • Wonten gegambaran saking kitab Zakharia 9:9, ing pundi Sang Nabi mirsani wonten raja rawuh dhateng Yerusalem, prasaja lan nitih belo kuldi. Menapa ingkang katindakaken dening Gusti Yesus menika mujudaken klaim mesianis (ngaken minangka Sang Mesih) ingkang dipun sengaja. Panjenenganipun kanthi sengaja mbabaraken pribadinipun bilih Panjenganipun Mesias nalika Yerusalem dipun kebaki dening tiyang-tiyang Yahudi saking saindhenging bawana.
    Bab menika nedahaken kekendelanipun Gusti Yesus. Tamtu Panjenenganipun pirsa bilih Panjenenganipun lumebet dhateng kitha ingkang mengsahi Gusti Yesus. Gusti Yesus aben ajeng kaliyan raos drengki srei lan nepsunipun si duraka. Ing kawontenan ingkang kados mekaten, umumipun tiyang sami ngatos-atos lumebat dhateng Yerusalem, upami sampun lumebet mesthi lajeng pados dhelikan. Ananging boten mekaten menggahing Gusti Yesus, Panjenenganipun kanthi terus terang, kados-kados nantang dhateng pangwasa ing Yerusalem, supados nindakaken rancanganipun ingkang awon lan bengis.
    Panjenenganipun kanthi sengaja lan kekendelan masrahaken dhirinipun -jiwa lan raganipun- minangka pengorbanan awit kasetyanipun  dhumateng Allah Sang Rama. Menawi kita gesang kanthi mutlak taat, mesthi ing salebeting gesang kita boten namung ngupados raos aman lan nyaman kemawon, ananging nggadhahi kekendelan lan kanthi sengaja masrahaken jiwa-raga minangka korban kita dhumateng Gusti Yesus, kanthi keyakinan bilih Gusti mesthi mitulungi kita (waosan 1).
  • Watawis taun 175 sM Yerusalem dipun kwasani dening Antiokhus Epifanes. Antiokhus nggadhahi gegayuhan kepengin nyirnakaken Agami Yahudi lan nepangaken pangabekti miturut tata cara Yunani. Kanthi sengaja piyambakipun njejemberi Padaleman Suci, nyaosaken korban daging babi ing mezbah, saos pisungusng dhateng Dewa Zeus saking Olympus, malahan ngagem kamar-kamar ing Padaleman Suci dados papan kangge tumindak laku Kaum Makabe nglawan dhateng Antiokhus lan wusananipun mimpang. Padaleman Suci ingkang sampun jember menika dipun dandosi malih, dipun sucekaken, lan dipun saosaken malih. Ing dinten ingkang adi menika tiyang-tiyang sami mbekta papahipun wit palem lan sami mujekaken mazmur. Bab menika mujudaken tumindak ingkang meh sami nalika tiyang-tiyang sami methukaken Gusti Yesus nalika lumebet dhateng Yerusalem.
    Gusti Yesus lumebet kitha Yerusalem kanthi gegayuhan nyucekaken Padaleman Suci kados ingkang katindakaken dening Yudas Makabe. Panjenganipun boten namung jumeneng dados Ingkang Jinebatan saking Allah, ananging ugi rawuh nyucekaken Padaleman Suci saking sedaya tumindak lan pangibadah ingkang nasar.
    Saupami Gusti Yesus marem kanthi sebatan nabi, Panjenganipun boten perlu seda. Tiyang kedah ngakeni Panjenenganipun raja utawi boten nampi babar pisan, gesang ingkang mutlak taat, nggadhahi sedya nampi Gusti Yesus minangka Mesias saking Allah, Raja lan Pembersih Padaleman Suci. Wonten dhawuh: “Apa kowe ora padha sumurup, yen kowe iku padha dadi padalemaning Allah, kang sarta Rohe Gusti Allah iya dedalem ana ing kowe? Sabab padalemaning Allah iku suci, yaiku kowe” (I Kor 3:16,17b). Pramila saking menika, kita katimbalan mbikak manah kita piyambak-piyambak nampeni Gusti Yesus minangka Pembersih Padaleman Suci, supados ngresiki manah kita piyambak-piyambak saking sedaya reregeding dosa kita.

    Anjawi saking menika, cariyos menika ugi nggadhahi pangajap dhateng kita sedaya, sanes kedhaton tata kadonyan ingkang dipun kersakaken dening Gusti Yesus, ananging kedhaton tata rohani, inggih menika manah kita. Panjenenganipun rawuh kanthi andhap asoring manah, nitih belo kuldi. Menika nedahaken bilih Panjenenganipun rawuh kanthi mbekta katentreman, Panjenenganipun Rajaning katentreman. “Lan kanggo ngrukunake sakaro-karone, ana ing badan siji, karo Gusti Allah srana salib, kanthi ngilangake sesatron ana ing salib iku” (Ef 2:16). “Marga iya Panjenengane iku tentrem rahayu kita” (Ef 2:14a). Panjenenganipun nedahaken bilih rawuhipun boten ngrisak, ananging ndandosi malah kepara nresnani. Rawuhipun boten paring paukuman ananging malah mitulungi, boten kanthi kekiyatan senjata, ananging kekiyatan katresnan.

    Gesang kanthi mutlak taat, tegesipun sumadya karukunaken kaliyan Gusti Allah, karena Panjenenganipun tentrem rahayu kita, tuwin tansah sumadya dados pirantosing katentreman….”Nanging anggone Gusti Allah nimbali kowe iku, supaya kowe padha olaha atut tukun” (I Kor 7:15c).

  1. Ngasoraken lan ngurbanaken sarira, setya tuhu dumugining seda ing kajeng salib, miturut tiyang Yahudi ateges tiyang menika katampik saking umat prajanjianipun Gusti Allah. Minanggka pituwasipun kaparingan asma ngungkuli sadhengah jeneng. Menika sanes gelar kahormatan, ananging nedahaken bilih: Gusti Yesus Kristus menika jumeneng Gusti (waosan 2).
    Gesang ingkang mutlak taat, tansah sumadya ngasoraken lan ngorbanaken dhiri, gesang setya tuhu dhumateng Gusti ing sedaya kawontenan, kasetyan ingkang boten ngetang untung rugi, kasetyan ingkang boten winates dening wegdal, kasetyan ingkang paripurna.

 

Panutup

Gesang ingkang mutlak taat pancen boten gampil lan kebak resiko, kalebet kedah ngasoraken lan ngurbanaken dhiri, nandhang sangsara menawi perlu. Ananging inggih menika ingkang dipun kersakaken dening Sang Kristus. Kasetyan dhumateng Sang Kristus boten saged setengah-setengah,..menawi setya nggih setya, menawi boten aluwung boten babar pisan. Ananging saestu anama rahayu tiyang ingkang purun mbikak manahipun kagem Gusti ing dinten pra Paskah menika, matemah Sang Kristus kersa dedalem ing padalemanipun inggih menika manah kita. Hosana wonten ing ngaluhur. Amin.(SS)

 

Pamuji: KPK 260:1,2

Renungan Harian

Renungan Harian Anak