Minggu Pra Paskah II
Stola Ungu
Bacaan 1 : Kejadian 12 : 1 – 4a
Bacaan 2 : Roma 4 : 1 – 5, 13 – 17
Bacaan 3 : Yohanes 3 : 1 – 17
Tema Liturgis : Pengorbanan Yesus Kristus Memberi Hidup pada Umat-Nya
Tema Khotbah: Meninjau dan Mengubah Hidup
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kejadian 12 : 1 – 4a
Pada bacaan ini kita melihat adanya suatu Perjanjian antara Allah dengan Abram (selanjutnya disebut Abraham). Namun, tentu saja “perjanjian” itu tidak akan datang dengan tiba-tiba. Tetapi telah melalui semacam “fit & proper test.”
Abraham taat ketika Allah memanggilnya: לֶךְ־לְךָ – LEKH LEKHA! dan Allah menetapkan suatu janji kepadanya. Di sini Abraham memberikan kualitas ketaatan yang berbeda dengan yang dilakukan ayahnya, Terah.
Abraham menampilkan suatu kualitas iman/ kesetiaan yang berbeda dengan Terah. Jika Terah dipanggil Allah dan bahwa dia pun kemudian menanggapi panggilan Allah dengan mulai melakukan apa yang ia dipanggil untuk dilakukan. Namun, ia tidak pernah sampai. Lain halnya dengan Abraham yang juga dipanggil Allah, ia menanggapi panggilan Allah dengan baik. Ia taat, tidak hanya dengan memulai, tapi benar-benar menyelesaikan dan mencapai semua panggilan itu untuk melakukannya. Ini adalah wujud/ bukti iman Abraham.
Inilah kualitas antara Terah dan Abraham yang berbeda. Abraham menjadi Bapa orang-orang beriman. Hampir tidak ada orang membicarakan siapa Terah, kecuali ia hanya dikenal sebagai bapaknya Abraham. Tetapi Abraham, namanya begitu termasyhur. Hal ini menjadi sebuah penghayatan yang perlu kita sadari: bahwa, seseorang dapat memilih takdir (destiny)-nya dengan cara menanggapi panggilan Allah.
Roma 4 : 1 – 5, 13 – 17
Dalam ‘kacamata’ orang Yahudi yang menjadi audiens Paulus ini, tidak memenuhi perintah-perintah yang tercantum dalam hukum Taurat merupakan ketidaktaatan kepada Tuhan. Lalu, bagaimana dengan Abraham, yang tidak atau (belum) melakukan ‘syariat’ Taurat? Dalam pandangan orang Yahudi secara harfiah, Abraham dapat dikatakan terlepas dari rahmat Tuhan.
Kita bisa melihat salah satu indikasinya, misalnya tidak pernah tertulis bahwa Abraham itu menguduskan hari sabat sebagaimana orang Israel menguduskan sabat. Kata Ibrani ” שַּׁבָּת – SYABÂT” dihubungkan dengan “hari Sabat” itu baru muncul di kitab Keluaran – tepatnya Keluaran 16:23, tentu saja pada era setelah Abraham meninggal dunia. Jika demikian, jika dilihat dari pandangan orang Yahudi, secara harfiah runtuhlah tokoh Abraham dengan segala kemuliaan yang telah diperolehnya dalam pandangan orang Yahudi. Maka, Paulus menunjuk bahwa Abraham yang dalam hal ini tidak melaksanakan “Hukum Taurat” tapi dia memperoleh kebenaran, karena imannya itu.
Menurut pengertian Paulus, ‘iman’ tidak sama dengan kesalehan (Yunani: ευ-σεβεια ; eu-sebeia). Sebab Abraham, orang tidak-saleh (α-σεβης ; a-sebês) karena ia tidak melakukan ketentuan-ketentuan syariat/hukum Taurat ; namun, ia adalah orang yang beriman.
Yohanes 3 : 1 – 17
Nikodemus, ia adalah seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi (artinya dia juga anggota Sanhedrin). Para pembesar agama Yahudi yang wewenang terbatasnya disetujui oleh pemerintah Romawi. Nikodemus bersikap baik kepada Tuhan Yesus. Ia mengunjungi Tuhan Yesus waktu malam (Yohanes 3:1-21), namanya hanya disebut dalam Injil Yohanes (Yohanes 7:50-52). Nampaknya dia sungguh-sungguh dan tertarik oleh sifat dan pengajaran Yesus Kristus, tapi takut ketahuan kepada rekannya sesama Farisi. Ia sepertinya melambangkan orang yang bingung setengah percaya dan penulis Injil ingin melihatnya bertobat karena suatu kelahiran baru (Yohanes 3:4, 9); Dia tidak dapat mengerti kiasan-kiasan rohaniah yang dipakai Kristus. Percakapan yang dilakukannya di waktu malam dengan Tuhan Yesus itu terpusatkan pada kelahiran kembali manusia dari air dan Roh Kudus sebagai syarat mutlak untuk penerimaan orang ke dalam kerajaan Allah.
Agama Yahudi Yudaisme menjalankan ketentuan adat istiadatnya sejak mereka lahir, yang ditandai dengan upacara kelahiran dan sunat (Kejadian 17:10-14), kemudian dilanjutkan pada upacara untuk tingkat-tingkat selanjutnya termasuk “Bar Mitsvah” yang merupakan ritus pengukuhan anak-anak Yahudi untuk ditetapkan secara agamawi dan adat-istiadat Yahudi bahwa mereka adalah umat yang tunduk kepada Hukum Taurat. Bagi seorang pemimpin Yahudi seperti Nikodemus, ia tentu sudah ditahbiskan dalam tingkat kepemimpinannya di Sanhedrin. Posisi yang dimiliki oleh Nikodemus tentulah merupakan tahap akhir dalam level seorang yang memahami pendidikan agamanya (dia sudah masuk pada usia matang dan tingkat statusnya yang tinggi dalam kepemimpinan Yahudi). Namun dari segala jenjang pendidikan agama yang telah ia lalui, ia cukup terkejut ketika mendengar pernyataan Tuhan Yesus “Kamu harus dilahirkan kembali” (Yohanes 3:7). Kemudian Tuhan Yesus menantangnya dengan mengatakan: “Engkau adalah pengajar Israel dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yohanes 3:10).
Benang Merah Tiga Bacaan :
Iman kepada Tuhan adalah sebuah respon manusia atas segala hal yang dialami dalam kehidupannya. Iman kepada Tuhan tidak cukup hanya direspon dengan kata-kata, namun iman kepada Tuhan harus direspon dengan seluruh aspek kehidupan untuk bersedia diperbaharui terus-menerus oleh kasih Tuhan sendiri melalui Yesus Kristus. Meninjau dan mengubah hidup. Dengan demikian ‘lahir baru’ bukanlah tindakan sehari jadi, namun prosesnya kita jalani sampai selesai, sampai mati.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Kalau anda membeli buku agenda terbitan penerbit Kristen, di lembar pertama seringkali dibubuhi keterangan biodata si pemilik buku tersebut, antara lain: Nama, Alamat, No. HP, Email. Namun terkadang di buku agenda tersebut, ada juga buku yang menuliskan keterangan tambahan, kapan lahir baru? Nah, kapan saudara lahir baru? Ingat kapan? Waktu baptis, waktu sidi, waktu mantenan. Kapan?
Isi
Barangkali tidak ada yang berbeda dari fisik Nikodemus, sebelum dan sesudah mengenal Tuhan Yesus. Kita bisa belajar dari sosok Nikodemus :
- Nikodemus adalah Seorang yang Mau Meninjau Hidup
Meninjau hidup diperlukan dalam hidup itu sendiri, seperti juga dikatakan oleh Sokrates (470-399 sM) “hidup yang tidak pernah dikaji adalah hidup yang tidak layak dihidupi”. Dari sisi kekuasaan agamawi, cukuplah bagi Nikodemus untuk berbangga dengan kedudukannya sebagai pemimpin agama Yahudi. Namun, dia mau meninggalkan zona nyamannya. Ia mau menemui Yesus pada waktu malam, meluangkan waktu dengan menjumpai Yesus dan bercakap-cakap dengannya. Menemui Yesus tentu adalah tantangan dan ancaman tersendiri dengan posisi yang dia miliki saat itu. Namun itu tidak mengubah niatnya untuk menemui Yesus, karena dia mau meninjau hidupnya. Ia tidak merasa cukup dan puas dengan pengajaran Taurat dan tradisi saja. Nikodemus adalah seorang pengajar, namun dia mau belajar.Dalam kehidupan beragama, apakah kita cukup puas dengan menghafal kitab suci saja, menghafal dogma-dogma gereja. Iman yang hidup sesungguhya bukan hanya hafal ayat-ayat kitab Suci, serta dogma-dogma gereja saja, sekalipun itu penting. Iman yang hidup, di samping yakin, juga perlu digumuli terus menerus, sehingga keimanan seseorang tidak dangkal, lalu fanatik sempit dan muncul kemudian fundamentalisme agama atau mabok agama yang berlebihan, yang justru sering berdampak pada ketidak-rukunan sosial, ketika melihat adanya perbedaan atau keberagaman.
Bagaimana dengan pelaksanaan Pemahaman Alkitab di gereja kita? Menjadi ajang pemahaman atau menjadi ajang tukaran dan pinter-pinteran? Mari kita beragama dengan tidak melepaskan dari pengenalan kita kepada Allah, serta berupaya terus untuk bisa melihat dengan cara Kristus. (bdk. Filipi 2 : 5-8). Telah menemukan Allah di dalam Yesus Kristus, tentu bukanlah akhir dari usaha Nikodemus, melainkan sebuah awal dari perjuangannya untuk meninjau hidup, menjadi seorang pembelajar meskipun dia adalah seorang pengajar, bahkan pemimpin agama Yahudi.
- Nikodemus adalah Seorang yang Mau Mengubah Hidup
Dalam teks Injil Yohanes hari ini, kita memang tidak melihat perubahan mendasar secara langsung dari Nikodemus. Mulai ayat 5-21, kita mendapati pengajaran Yesus. Namun data tentang Nikodemus, bahwa peninjauan hidupnya, atas apa yang diterima dari Tuhan Yesus dalam pengajarannya, sebagai pimpinan agama Yahudi, ia bukan hanya sekedar basa-basi untuk belajar dari Yesus, seperti yang sering dilakukan oleh Ahli Taurat dan orang Farisi pada umumnya (misalnya dalam Yohanes 8:6). Nikodemus, boleh dikata salah satu yang terbaik di antara orang yang sangat terpelajar mengenai pendidikan agama Yahudi, barangkali memang tidak memahami hal yang paling spiritual (kerohanian), tetapi perjumpaannya dengan Tuhan Yesus pastilah mengubah hidupnya. Jelas, kemudian hari perjumpaan Nikodemus dengan Yesus berdampak pada kualitas kehidupannya. Data tentang Nikodemus muncul kembali dalam Yohanes 7:45-52, dengan lebih berani memprotes penghukuman Kristus tanpa mendengar Dia. Ia lebih berani bersikap kritis terhadap Taurat yang selama ini diyakininya sebagai kebenaran tunggal, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” (Yoh. 7:51). Penampilan Nikodemus yang terakhir dalam Yohanes 19:40 melaporkan dia membawa banyak rempah-rempah untuk ditaburkan pada tubuh Kristus, ia mengusahakan mur dan gaharu bagi pemakaman Yesus. Nikodemus bersama Yusuf Arimatea mengurus pengafanan dan penguburan Yesus Kristus.Beriman itu penting, tetapi iman yang tidak mengubah apa-apa dalam hidup ini, tentu perlu kita tinjau kembali. Percaya kepada Allah adalah percaya bahwa Roh Allah yang hidup dapat dan berkenan merasuk ke dalam pribadi manusia dan mengubahnya. Disinilah kelahiran kembali bukanlah proses sehari jadi. Ia bukan momentum sekali waktu, seperti halnya wisuda atau upacara perkawinan yang kita ingat tanggalnya. Tetapi kelahiran kembali, lahir baru atau hidup baru adalah proses pemberlakuan kehendak-Nya di dalam hidup kita setiap hari. Kalau rahmat Tuhan baru setiap hari, maka setiap hari pula kita diperbaharui bersama kasih Allah. “Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga bagi orang yang dilahirkan kembali dilihat dan dipahami bukan hanya sebagai hadiah dari Allah, tetapi keadaan hidup bersama Allah”, seperti dikatakan oleh Josseph Addison, seorang penyair dan politisi di Inggris.
Penutup
Hidup Baru dalam Pranata GKJW
Dalam pranata gereja GKJW misalnya di dalam Pranata tentang sakramen, lebih populer digunakan kata hidup baru, bukan lahir baru. Bahwa tujuan sakramen adalah untuk menghayati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus serta pemberlakuan hidup baru. Dalam penjelasannya, yang dimaksud “hidup baru” adalah hidup yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada orang yang menjadi milik-Nya dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang penuh dengan pengampunan, penyucian manusia dari dosa dan pengharapan akan kehidupan yang kekal.
Hidup baru ini akan senantiasa nampak pada orang-orang yang menjadi milik Tuhan Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Inilah yang dimaksudkan dengan pemberlakuan hidup baru. Menampakan hidup baru sebagai pemberlakuan hidup baru itu dilakukan dengan rasa sukacita dan walaupun merasa wajib, tetapi bukan karena terpaksa, melainkan karena kebutuhannya.[1] Ini berarti di dalam sakramen (Perjamuan Kudus) kita di ajak untuk selalu menghayati relasi dengan Tuhan dan dari relasi itulah kemudian berdampak pada aksi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dapat dikatakan relasi menentukan aksi. Selamat berelasi dan beraksi, memberlakukan hidup baru. Tuhan Yesus memberkati. Amin (pong).
Pujian : KJ. 314 “Pujilah Sumber Hidupmu”
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Kapan panjenengan gesang enggal? Wekdal baptis, sidi, mantenan. Kapan?
Isi
Bok menawi, sacara lair boten wonten ingkang benten saking Nikodemus saderengipun lan sasampunipun tepang kaliyan Gusti Yesus, nanging kita saged sinau saking Nikodemus:
- Nikodemus tiyang ingkang purun nyinaoni gesang.
Nyinaoni gesang dipun betahaken ing sajroning gesang punika, kados aturipun Sokrates (470-399 sM) “urip kang ora tau disinaoni, kuwi kasebut urip kang ora pantes diuripi”. Mandeng saking bab pangwasa agami, cekap sanget kangge Nikodemus bombong kaliyan bab lenggahipun minangka pangarsaning agami Yahudi. Ananging, Nikodemus purun nilar kalenggahanipun. Piyambakipun purun manggihi Gusti Yesus, nyisihaken wekdal lan wawan rembag kaliyan Gusti Yesus. Manggihi Gusti Yesus tamtunipun ndhatengaken satunggaling prekawis piyambak menawi kacundhukaken kaliyan lelampahan ingkang dipun gadhahi dening Nikodemus. Ananging bab punika boten ndadosaken niatipun anggenipun nggadhahi krenteg manggihi Gusti Yesus. Tegesipun, pancen Nikodemus tiyang ingkang mulang nanging purun sinau.Ing sajroning gesanging tiyang agami, punapa kita cekap lan rampung anggen kita ngapalaken ayat-ayat Kitab Suci, supados kita kasebat katam, ugi ukum-ukum pranata agami, masia ta bab punika inggih wigati. Iman kapitadosan, kajaba yakin, ugi prelu dipun gegilut saben wayah, saengga kapitadosan kita boten cethek, lajeng fanatik sempit lan nuwuhaken fundamentalisme agami utawi mabok agama ingkang kebat kliwat, ingkang malah ndhatengaken cecongkrahan ing salebeting gesang, nalika mandeng ingkang beda.
Kados pundi bab PA (Pemahaman Alkitab) ing salebeting greja? Dados sarana mangertosi dhawuhipun Gusti utawi dados sarana padudon? Sumangga kita ngrasuk agami punika srana boten ngicalaken bab pitepangan kita kaliyan Gusti Allah, sarta ngupaya terus supados kita saged ngetingal kanthi caranipun Sang Kristus. (bdk. Filipi 2: 5-8). Sampun manggihaken Gusti Allah ing dalem Sang Kristus Yesus, tamtu sanes pangupaya ingkang pungkasan, nanging punika wiwitaning pangupaya kangge nyinaoni gesang, dados tiyang ingkang purun sinau, senajan ta Nikodemus punika juru pamulang, malah-malah pangarsaning agami Yahudi.
- Nikodemus tiyang ingkang purun ngewahi gesangipun
Ing waosan dinten punika, pancen boten wonten ewah-ewahan sacara langsung saking Nikodemus. Wiwit ayat 5-21 kita manggihaken piwucalipun Gusti Yesus. Nanging bab Nikodemus, bilih pasinaon ing salebeting gesangipun boten namun lamis, kados dene Ahli Toret lan Farisi umumipun (bdk. Yohanes 8:6). Nikodemus pancen dereng mangertosi bab karohanen, nanging pepanggihan kaliyan Gusti Yesus, mesthinipun ngewahi gesangipun.Cetha bilih ing tembenipun, pepanggihanipun Nikodemus kaliyan Gusti Yesus saged ngewahi gesangipun. Katrangan bab Nikodemus wonten malih ing Yohanes 7:45-52, Nikodemus wantun nyaruwe paukuman ingkang dipun dhawahaken dhateng Sang Kristus tanpa mirengaken katrangan saking Gusti Yesus babar pisan. Nikodemus wantun ngraosi Toret, ingkang sadangunipun punika dados sarana kayekten tunggal, ”punapa angger-angger kita ngukum tiyang, saderengipun tiyang punika dipun priksa sarta dipun yektosi paratingkahipun?” (Yoh 7:51). Katrangan bab Nikodemus ingkang pungkasan ing Injil Yohanes 19:40 nuduhaken bilih Nikodemus ngukub layonipun Gusti Yesus lan diulesi ngagem lawon ing sariranipun Gusti Yesus. Nikodemus ugi Yusuf Arimatea ingkang ngrukti layonipun Gusti Yesus Kristus.
Pitados punika wigati, ananging iman ingkang boten ngewah-ngewahi punapa-punapa ing sajroning gesang punika, prelu kita takenaken ing sajroning batos kita. Pracaya Gusti Allah punika inggih pracaya bilih Roh Suci Allah ingkang gesang saged lan karenan ngrasuki kapribadenipun manungsa lan paring ewah-ewahan. Ing ngriki, gesang enggal/lair enggal sanes proses sedinten rampung, kados wisuda, ingkang kita enget-enget tanggalipun. Ananging gesang enggal inggih proses mujudaken karsanipun Gusti ing gesang kita saben ari. Menawi rahmatipun Gusti enggal saben ari, saben ari ugi kita kaenggalaken dening katresnanipun Gusti Allah. Bab kratoning Allah, kanggenipun tiyang ingkang ngrasuk gesang enggal dipun mangertosi sanes hadiah saking Gusti Allah, nanging kawontenan gesang kaliyan Gusti Allah”
Panutup
Gesang Enggal ing Pranata GKJW
Ing pranata GKJW, bab sakramen, langkung katengen tembung hidup baru, sanes lahir baru. Ing katranganipun, “hidup baru” adalah hidup yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada orang yang menjadi milik-Nya dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang penuh dengan pengampunan, penyucian manusia dari dosa dan pengharapan akan kehidupan yang kekal.
Gesang enggal punika ngetingal ing gesang saben ari. Mujudaken gesang enggal punika boten krana kapeksa lan krana kuwajiban, ananging krana kabetahan. Punika ateges, ing salebeting sakramen (Bujana Suci) kita kaatag tansah ngudi sesambetan kaliyan Gusti, lan saking sesambetan punika tuwuh tindak tanduk becik ing gesang saben ari. Saged kaaturaken bilih sesambetan punika nemtokaken tumindak. Sugenng mangun sesambetan srana laku. Gusti Mberkahi. Amin. (pong).
Pamuji : KPJ. 334 “Ojo Sumelang”
—
[1] Pranata tentang sakramen bagian memori penjelasan hal. 165, MA GKJW, Malang, 1996.