Minggu Adven 2
Stola Ungu
Bacaan 1 : Yesaya 11 : 1 – 10
Bacaan 2 : Roma 15 : 4 – 13
Bacaan 3 : Matius 3 : 1 – 12
Tema Liturgis : Siap Sedia Menyambut Kedatangan Kristus dengan Pengharapan
Tema Khotbah : Hadir untuk Melayani Kehendak Tuhan
Keterangan Bacaan :
(tidak perlu dibaca diatas mimbar, cukup dibaca saat sebelum kotbah sebagai referensi )
Yesaya 11 : 1 – 10
Perikop ini ditulis oleh nabi Yesaya ± 700 th sebelum Kristus lahir. Pada waktu itu keadaan bangsa Israel telah terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel bagian utara (Israel) dan Israel bagian selatan (Yehuda). Keadaan politis juga sedang genting, sebab kerajaan-kerajaan besar (khususnya Ayur) berambisi untuk memperluas kekuasannya Israel dan Yehuda adalah dua negara yang menjadi target jajahannya.
Pada saat kritis itulah Yesaya menubuatkan tentang Raja Damai. Kontradiktif sekali! Di tengah-tengah peperangan, ketakutan, kecemasan, kekhawatiran dan kekalutan, dia menubuatkan tentang Raja Damai yang akan datang. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika sebagian bangsa Israel menanggapi dengan sinis, “Ah, kenyataan kita sedang dijajah oleh Asyur”. Sebagian yang lain berharap, sedang sebagian yang lain lagi bimbang. Mungkin benar, mungkin juga tidak.
Yesaya menubuatkan bahwa suatu Tunas akan keluar dari tunggul Isai (ay 1). Isai adalah ayah Daud. Mereka adalah keluarga penggembala di Betlehem. Bukan keluarga bangsawan. Tapi justru dari situlah akan keluar tunas. Tunggul Isai itu akan tumbuh kembali. Hal ini mengingatkan kita akan datang seorang raja yang besar. Keturunan Daud memang menyebabkan keruntuhan dan kehancuran, tetapi salah satu keturunannya akan memulihkan kerajaan itu.
“Roh Tuhan … ada padanya” (ay 2), maksud “ada” artinya menguasai kehidupannya sehingga menjadi satu. Roh Tuhan terikat menjadi satu dengan raja Damai itu.
“Serigala akan tinggal dengan domba bersama-sama ..” (ay 6-8). Serigala dan domba itu pada dasarnya bermusuhan. Tetapi ketika Raja Damai datang, Ia bukan hanya mendamaikan manusia saja, tetapi juga binatang. Mereka semua bisa bersatu. Alam berdamai dengan manusia. Binatang buas berdamai dengan binatang jinak. Ketika Roh Tuhan ada di tengah mereka, maka mereka suka berdamai dengan orang lain. Mudah memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain.
Roma 15 : 4 – 13
Roma adalah kota terbesar di dunia saat itu, dan merupakan ibukota kekaisaran yang teragung yang pernah ada di dunia. Meskipun Paulus mempunyai keinginan yang kuat untuk berkunjung ke Roma, namun ia belum pernah ke kota Roma ( Kis. 19 : 21 ). Dan ia bisa menuliskan tentang inti kepercayaan iman Kristen yang benar agar jika jemaat dilanda berbagai pergumulan, mereka sudah mempunyai pertahanan yang kuat atas dasar iman Kristen yang benar seperti yang telah dimiliki oleh Paulus selama ini.
Surat ini ditulis ± Th 58 M, ketika Paulus berada di Korintus. Saat itu Paulus mempunyai pergumulan tentang jemaat Yerusalem (jemaat Induk dari semua jemaat, tetapi sangat miskin) dan karenanya Paulus mengkoordinir pengumpulan dana dari jemaat-jemaat muda untuk menyokong jemaat Yerusalem (I Kor 16:23; II Kor 9:1 ). Sehingga dalam Roma 15:1-3a; Paulus menyampaikan, “Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat …”.
Keyakinan Paulus yang dikehendaki Tuhan bagi orang percaya di jemaat Roma:
- Mempunyai kerukunan … sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus (ay. 6).
- Menerima yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah (ay. 7).
- Hidup penuh sukacita dan membuat orang lain/bangsa-bangsa selalu bersukacita dan memuji Tuhan (ay. 9-11).
- Optimis dan terus bertumbuh oleh pekerjaan Roh Kudus (ay. 13), artinya tetap setia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Tuhan meski dalam berbagai kesulitan.
Matius 3 : 1 – 12
Dalam teks ini, Matius menjelaskan peran Yohanes Pembaptis lebih berani dibandingkan kitab-kitab Injil yang paralel di Mrk. 1:1-8; Luk. 3:3-9; Yoh. 1:19-28, karena yang dikecam sebagai keturunan ular beludak yaitu a.l orang Farisi dan orang Saduki yang datang untuk dibaptis dan keterangan ini hanya didapat di Mat. 3:7 saja.
Selain itu Matius juga menyoroti bagaimana Yohanes Pembaptis mencela sekaligus meluruskan pendapat dan keyakinan orang Yahudi (termasuk orang Farisi dan Saduki ) yang keliru (ay. 9), karena mereka menganggap bahwa sebagai keturunan Abraham dengan sendirinya mereka akan mendapatkan berkat Abraham beserta keturunannya dari Tuhan, sekalipun mereka tidak melakukan apa-apa bahkan meskipun mereka melakukan kejahatan .
Benang Merah Tiga Bacaan
Kehidupan orang Kristen seharusnya bertujuan untuk melayani kehendak Tuhan, bukan semata-mata untuk melayani keinginan diri sendiri dan juga yang lain saja. Dalam tiga bacaan kita kali ini kita ditolong bagaimana kita bisa hadir untuk melakukan kehendak Tuhan. Paulus melakukan kehendak Tuhan dengan berkirim surat (hadir dengan surat) kepada jemaat di Roma dan menghimpun bantuan dari yang lain untuk jemaat Yerusalem. Kehadiran Yohanes selain mengajar, membaptis juga mengoreksi kesalahan jemaat sehingga mereka benar-benar hidup dalam pertobatan dan dalam bacaan pertama Yesaya bernubuat bagaimana kedamaian yang akan tercipta jika Sang Raja Damai itu datang.
RANCANGAN KHOTBAH : BAHASA INDONESIA
(ini hanya sebuah rancangan….bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat )
Pendahuluan
Di suatu pentas seni akbar, panitia mendatangkan para artis ibukota yang sudah sangat tenar di Indonesia. Sebelum bernyanyi, seorang artis berkata begini, “Saya datang dari jauh, dari Jakarta ke Malang, Jawa Timur di hadapan bapak-bapak, ibu-ibu serta saudara di tempat ini untuk melayani dan menghibur anda semuanya”.
Saudara-saudara kekasih dalam Tuhan Yesus. Perhatikan kalimat artis tersebut, dia datang/hadir untuk melayani dan menghibur. Tentu artis tersebut melakukan demikian sesuai dengan permintaan panitia pentas, yang artinya artis tersebut hadir untuk melayani kepuasan kehendak manusia semata.
Isi
Melalui ketiga bacaan di atas, wawasan kita diperkaya bahwa kehadiran kita bukan sekedar melayani kehendak manusia yang cenderung lebih suka dihibur, melainkan kita hadir (tidak sekedar menghibur) untuk memberi pengharapan pasti tentang pertolongan Tuhan atas orang-orang yang setia kepada-Nya (Yesaya 11).
Yesaya sebagai nabi Tuhan mengarahkan bangsa Israel agar tetap berharap kepada Tuhan yang kehadiran-Nya membawa damai sejahtera bagi siapapun juga dan jangan terlalu berharap kepada manusia, serta jangan pula takut kepada manusia (Asyur). Arahan nabi Yesaya ini mengakibatkan munculnya pro-kontra di dalam tubuh bangsa Israel. Ada yang setuju dengan nasihat nabi Yesaya dan ada yang tidak setuju. Kondisi seperti itu berakibat sbb :
- Menciptakan suasana tidak rukun.
Padahal menurut Rasul Paulus, mempunyai kerukunan itu prasyarat untuk bisa satu hati dan satu suara memuliakan Allah, Bapa kita, Yesus Kristus (Roma 15:5-6). - Menciptakan suasana sulit menerima orang lain.
Di Roma 15:7 dijelaskan bahwa dasar dari kita menerima orang lain itu karena “sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah”. Sikap bisa menerima orang lain seperti itulah yang mungkinkan bangsa-bangsa memuliakan Allah. Keteladanan dalam hal kehadiran Kristus seperti itu sering diabaikan oleh orang percaya dalam kehidupan nyata. Padahal, dampaknya sangat luas terhadap orang-orang di luar persekutuan Kristen setempat. - Menciptakan suasana yang tidak sukacita di dalam persekutuan, melainkan suasana seperti orang berkabung. Bagaimana orang percaya bisa menjadi penyebab sukacita, jika orang percayanya sendiri “berkabung”? Padahal menurut firman Tuhan di Roma 15:10 “… agar orang-orang percaya mengajak bangsa-bangsa bersukacita”
- Menciptakan suasana persekutuan yang pesimis. Padahal firman Tuhan melalui Roma 15:13 mengingatkan supaya orang percaya mempunyai pengharapan yang lestari bertumbuh oleh pekerjaan Roh Kudus. Firman ini memaksudkan supaya kehadiran orang percaya mempunyai optimisme dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan perkenan Tuhan, sekalipun dalam pelbagai kesulitan.
Melalui ketiga bacaan pada pagi hari ini, kita dapat belajar kekhasan masing-masing kehadiran pribadi tokoh-tokoh tersebut.
- Kehadiran Nabi Yesaya pada Yes. 11:1-10 memberi optimisme di tengah suasana bangsa Israel yang pesimis dengan persoalan keamanan dalam negeri dari tekanan bangsa Asyur.
- Kehadiran Rasul Paulus memberi jalan keluar atas pergumulan jemaat satu dengan jemaat yang lain (Roma 15:1). Sikap pribadi antar pribadi di jemaat berdampak di luar jemaat, yakni bangsa-bangsa memuliakan Allah (Roma 15:9) dan semua bangsa memuji Tuhan (Roma 15:11).
- Kehadiran Yohanes Pembaptis antara lain :
- menegor dan mengingatkan pemahaman yang salah di kalangan orang Yahudi bahwa keturunan Abraham dijamin selamat. Ini sejajar dengan keyakinan orang Kristen yang keliru bahwa hanya dengan percaya pada Yesus Kristus, pasti selamat senadyan lampah sedeng. Padahal keselamatan bagi setiap orang percaya itu seharusnya terbukti dalam hidup orang bertobat yaitu hidup yang bersesuaian dengan buah-buah yang menunjukkan kenyataan pertobatannya (Mat. 3:8).
- Yohanes Pembaptis bukan hanya mencela dan mengutuk kejahatan, tetapi juga menghadirkan kebaikan dan kebenaran kepada setiap orang. Ia hadir bukan dengan pendapat dan pikiran-pikirannya sendiri. Ia hadir membawa berita dari Tuhan. Ia tidak memperhadapkan manusia dengan dirinya sendiri, melainkan dengan Tuhan. Yohanes Pembaptis menunjuk kepada sesuatu yang ada diluar dirinya sendiri. Ia hadir bukan dengan maksud agar orang lain memandang dirinya. Ia hadir untuk mempersiapkan orang-orang itu bertemu dengan Tuhan Yesus (Mat. 3:11).
- Yohanes Pembaptis mengingatkan bahwa zaman penghakiman Tuhan sudah dekat (Mat. 3:12). Orang-orang yang tidak berguna bagi Allah dan sesamanya, mereka ini bagaikan “debu jerami yang akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan”. Kehadiran orang percaya tidak hanya santai dan tenang-tenang saja melainkan mempersiapkan diri sendiri maupun orang lain sebelum tiba saatnya pertanggungjawaban kita di hadapan Tuhan nantinya.
Penutup
Sungguh benar, kebahagiaan sejati orang percaya adalah bila dia hadir dimanapun hanya untuk melayani kehendak Tuhan. Orang percaya sudah diberkati Tuhan. Selanjutnya, marilah kita menjadi berkat Tuhan bagi sesama dengan cara hadir untuk melayani kehendak Tuhan, bukan sekedar untuk melayani keinginan manusia. Amin. (DS)
Pujian : PKJ. 127
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
Pambuka
Ing satunggaling wekdal kawontenaken pentas seni akbar, panitianipun ndatengaken para artis ibukota ingkang sampun misuwur naminipun ing negari kita Indonesia. Salah satunggaling artis sakderengipun nyanyi, piyambakipun nyapa dateng para penonton : “Kula saking Jakarta ndatengi kitha Malang tlatah Jawi Wetan punika sak perlu ngladosi lan nglipur para sedherek ing ngriki”.
Para sedherek kinasih ing ndalem Sang Kristus, Panjenengan gatosaken tembungipun artis kalawau. Piyambakipun dateng (tekane) kagem ngladosi lan nglipur. Ingkang wosipun ndamel bingahipun penonton, inggih krana njurungi panyuwunipun panitia pentas.
Isi
Lantaran tiga waosan kita ing Minggu punika, kita angsal sesrepan bab bebahan/kewajiban kita wontena ing pundi kemawon inggih punika : “Tekaku kanggo mujudake kersane Gusti”. Tekaku ana ing endi wae ora mung ngladeni lan nglipur kasenengane manungsa sing umume luwih seneng dilipur katimbang nglipur wong liya. Kita mboten ngamungaken nglipur ngasanes malah langkung dene punika, inggih punika nuwuhaken pangajeng-ajeng ingkang saged dipun andelaken. Piandel kita ingkang mboten nate nguciwani, namung pitulunganipun saking Gusti (Yes. 17:7).
Yesaya minangka nabinipun Gusti, ndawuhi bangsa Israel, tetepa nggadahi pangajeng-ajeng dateng Gusti ingkang dipun pitadosi bilih rawuhipun Gusti mbekta tentrem rahayu dateng sadengah manungsa dalasan sagunging titahipun (Yes. 11:6-8) lan aja wedi marang Asyur (Yes. 10:24). Dawuhipun Yesaya punika nuwuhaken pro-kontra. Wonten ingkang ngamini dawuh nanging ugi wonten ingkang mboten saged nampi antawisipun cluluk, “Lha, kesunyataane krajan Israel sisih ler sampun katalukaken dening bangsa Asyur. Kepriye ora was sumelang?” Situasi dalasan kondisi pro-kontra mekaten, murugaken :
- Suasana mboten rukun.
Samangka miturut dawuhipun Gusti lantaran Rasul Paulus, nggadahi karukunan minangka katemtuan ingkang nyagedaken, “saiyeg tunggil swantenngluhuraken Gusti Allah” ing ndalem Asma Gusti Yesus Kristus (Rum 15:5-6). - Swasana ewet nampi ngasanes.
Wondene dasaripun kita nampi ngasanes inggih punika kadosdene Sang Kristus anggenipun sampun nampi kita murih kaluhuranipun Gusti Allah (Rum. 15:7). Patrap saged nampi ngasanes kados mekaten punika njalari bangsa-bangsa ngluhuraken Asmanipun Gusti Allah. Gesang kados mekaten punika ing kasunyatanipun asring dipun lirwakaken dening kita tiyang Kristen. Kamangka pengaruhipun ageng sanget karaosaken dening tiyang ingkang sanes. - Swasana ingkang mboten suka pirena ing patunggilan Kristus (swasana patunggilan tiyang saweg lelayu/berkabung). Kados pundi tiyang Kristen saged njalari suka bingah, mangka tiyangipun saweg berkabung? Dawuhipun Gusti ing Rum. 15:10 “He para bangsa, padha bungah-bungaha bareng karo umate”. Dawuhipun Gusti punika nedahaken bilih umatipun Gusti dados punjering kabingahaning bangsa-bangsa.
- Swasana patunggilan nggadahi patrap pesimis. Miturut dawuhipun Gusti ing Rum. 15:13, tiyang pitados nggadahi pangajeng-ajeng ingkang sangsaya tuwuh dening pakaryaning Roh Suci. Dawuhipun Gusti punika nedahaken bilih kehadiranipun tiyang pitados nggadahi optimisme awit manahipun kinebakan kabingahan serta katentreman anggenipun nindakaken sedengah kersanipun Gusti senadyan kathah pambenganipun.
Kita saged nyinaoni ke-khas-an kehadiran pribadi wonten ing tiga waosan ing inggil :
- Kehadiran Yesaya (Yes. 11:1-10) nuwuhaken semangat ngajeng-ajeng pitulunganipun Gusti ing satengahing bangsa Israel saweng ngalami raos pesimis ing satengahing persoalan keamanan negari awit ancamanipun bangsa Asyur.
- Kehadiran Rasul Paulus maringi solusi menggahing persoalan pasamuwan srana kintun serat (kala Rasul Paulus nyerat dateng Pasamuwan Rum, piyambakipun saweg wonten ing Korinta). Isining seratipun : aja ngupaya kasenengan kita (Rum. 15:1). Sikap pribadi antar pribadi ing kalangan tiyang Kristen ageng pengaruhipun dateng sanes Kristen (Rum 15:9,11).
- Kehadiran Yokanan Pembaptis antawisipun :
- Maringi pitungkas dumateng tiyang Yahudi ingkang nggadahi pemanggih lepat bilih sedaya tiyang trahipun Abraham mesthi angsal berkahipun Gusti senadyan gesangipun mursal. Pemanggih kados mekaten punika mirip kaliyan pemanggihipun tiyang Kristen ingkang klentu bilih namung pitados dumateng Yesus Kristus mesthi manggih wilujeng senadyan lampah sedeng. Mangka cetha dawuhipun Gusti ing Mat 3:8. Kawilujengan tumrap tiyang pitados kedah kabuktekaken srana kelakuan kang sembada marang pamratobat.
- Yokanan Pambaptis namung maringi pitungkas (nasehat) dateng tiyang sanes, nanging ugi sembada dumateng dirinipun piyambak. Yokanan hadir mboten namung nengenaken pemanggih-pemanggihipun piyambak. Piyambakipun hadir kanthi mbeta pawartos saking Gusti. Piyambakipun mboten ngginakaken popularitasipun kangge kasenenganipun piyambak. Popularitasipun kagem Gusti. Kesaksianipun Yokanan bab Gusti Yesus, mekaten : “Panjenengane iku pinesthi saya mundhak, nanging aku iki saya suda” (Yok. 3:30). Yokanan hadir kagem nyawisaken tiyang-tiyang supados sami wanuh dumateng Gusti Yesus (Mat 3:11).
- Yokanan ngemutaken bilih zaman pengadilanipun Gusti sampun cumawis (Mat. 3:12). Para tiyang ingkang mboten migunani tumrap ngarsanipun saha Gusti saha sesami, tiyang punika pinda “mrambut kang bakal diobong ing geni kang ora kena sinirep”. Kehadiranipun tiyang Kristen mboten namung mligi santai saha anteng-antengan kemawon, ananging kedah sigrak nyawisaken diri pribadi ugi sengkut cawe-cawe nyawisaken tiyang sanes sakderengipun kita ngaturaken tanggel jawab kita ing ngarsane Gusti Yesus.
Panutup
Saestu kasinggihan, kraharjanipun tiyang Kristen ing donya samangke, yen hadiripun ing pundia kemawon namung kagem kersanipun Gusti Yesus sageda kawedar/ kababar. Amin. (DS)
Pamuji : KPJ. 352 : 1,2