Bersiap Siaga Menyambut Dia yang Datang Tak Terduga Khotbah Minggu 1 Desember 2019 (Minggu Adven I)

18 November 2019

Minggu Adven I – Perjamuan Kudus
Stola Putih

 

Bacaan 1         :  Yesaya 2 : 1 – 5
Bacaan 2
         :  Roma 13 : 10 – 14
Bacaan 3
         :  Matius 24 : 36 – 44

Tema Liturgis  :  Siap Sedia Menyambut Kedatangan Kristus dengan Pengharapan
Tema Khotbah
:  Bersiap Siaga Menyambut Dia yang Datang Tak Terduga

 

KETERANGAN BACAAN :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 2 : 1 – 5

Saat Nabi Yesaya menyatakan penglihatan ini, bangsa Yehuda dan bangsa Israel Utara berada dalam situasi krisis politik di mana kedua bangsa itu terlibat di dalamnya. Bangsa Yehuda yang menempati Propinsi Yudea, pusat keagamaannya di Yerusalem, sedangkan Israel Utara berdiam di Sebelah Utara Palestina dan pusat keagamaan di Bukit Gerizim. Israel ini pecah menjadi dua kerajaan setelah meninggalnya Raja Salomo. Visi yang dilihat oleh Nabi Yesaya ini ialah: Gunung tempat rumah Tuhan  berdiri tegak dipuncak Gunung, menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Menurut kepercayaan kuno dulu, bahwa di atas puncak gunung gunung yang tinggi bersemayam para dewa dan sering disembah dan didewakan bangsa-bangsa sebelumnya.

Adanya situasi sosial pada abad ke-8 SM dimana pada waktu itu bangsa Israel Utara dan bangsa Yehuda yang berbatasan dengan Funisia dan daerah bangsa Aram berada. Mereka melakukan  perdagangan bebas dengan bangsa Arabia Selatan. Dengan meningkatnya hubungan kedua bangsa ini, muncullah golongan orang kaya dan para pemilik modal besar di kalangan Yehuda. Mereka mempengaruhi para pejabat kerajaan, yang akhirnya banyak pejabat melakukan korupsi. Terjadilah penindasan bagi kaum miskin dan golongan anak yatim piatu. Para pejabat negara hanya mementingkan kekayaan  daripada memperhatikan penderitaan rakyat. Ibadah keagamaan tidak dihargai lagi karena kebanyakan sudah terpengaruh kepentingan materi dan kenikmatan duniawi. Sehingga Nabi Yesaya, Nabi Amos dan bahkan Nabi Mikha harus bekerja keras menyuarakan suara kenabiannya. Visi Yesaya ini adalah bahwa bangsa yang mendatangi rumah Tuhan itu menerima pengajaran Tuhan serta bertobat. Mereka kembali menjadi manusia yang memikirkan kesejahteraan rakyat dan perdamaian dunia. Tidak memikirkan perang lagi.

Sekarang hai kamu keturunan Yakub marilah berjalan dalam Terang Tuhan (ayat 5) ini relevan dengan panggilan kita sebagai Gereja Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai terang Bapa sendiri.  Demikian juga tidak memanfaatkan Gereja itu untuk kepentingan politik tertentu namun turut merasakan penderitaan rakyat, mengajar kejujuran dan sikap koruptif, mendukung sikap damai sesama anak negeri yang kita cintai ini, serta tidak mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan diri sendiri atau bahkan kelompok tertentu.

Roma 13 : 10 – 14

“Kasih” digenapi bukan hanya melalui perintah-perintah yang positif (lihat sebagaimana disebutkan dalam surat Roma 12:9-21, 1 Korintus 13:4,    6-7), melainkan juga dengan perintah-perintah negatif. Semua perintah yang disebutkan di sini berbentuk negatif (Roma 13:9; 1 Korintus 13:4–6). Setidaknya ada 2 poin di sini, yaitu : pertama, kasih itu positif; namun kasih juga negatif karena berhubungan dengan kecenderungan manusia berbuat dosa, mementingkan diri sendiri, dan kekezaman. Delapan dari sepuluh Hukum Taurat bersifat negatif karena dosa terjadi dengan sendirinya, sedangkan kebaikan tidaklah demikian. Bukti pertama dari kasih orang Kristen ialah berbalik dari dosa dan dari semua perbuatan yang merugikan orang lain atau membawa kesedihan bagi orang lain. Bukti yang kedua, pandangan bahwa etika Kristen harus bersifat positif saja adalah pandangan yang keliru didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat ini berusaha meloloskan diri dari semua larangan yang mengekang keinginan tak terkendali dari tabiat perbuatan berdosa (lihat Galatia 5 : 19 – 21).

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat. Dalam hal ini kita harus mengasihi  (yang disampaikan melalui ungkapan yaitu : tidak berbuat jahat. Hukum Taurat masyarakat mengatur agar tidak ada orang yang menyakiti atau menyusahkan orang lain, agar sesama manusia saling mengasihi. Sementara itu dalam ungkapan selanjutanya disebutkan bahwa kasih adalah kegenapan hukum Taurat. Tujuan hukum Taurat adalah kebenaran, tetapi hukum Taurat tidak dapat mencapai tujuan itu. Sama seperti Tuhan Yesus Kristus adalah tujuan hukum Taurat (lihatlah pasal 10 ayat 4), demikian juga kasih Tuhan Yesus adalah kegenapan hukum Taurat melalui penebusan di kayu salib.

Paulus mau supaya kita menerapkan suatu perubahan mendasar yang telah terjadi pada kita. Dulu kita berada dalam makhluk lama, dikuasai oleh Maut, tetapi sekarang kita sudah dipindahkan ke dalam ciptaan baru maka, janganlah kita tetap hidup sebagai hamba maut. Walaupun demikian, orang yang dibenarkan oleh iman tidak menjadi orang yang taat secara otomatis. Bahwa setiap orang percaya, setiap orang dibenarkan karena iman pada Tuhan Yesus, pasti hidup secara rohani, bahwa mereka akan masuk Kerajaan Sorga, karena mereka sudah dibenarkan. Tetapi tidak ada kepastian bahwa setiap kita akan menyesuaikan hidup kita pada ciptaan baru, seperti apa yang diperintahkan dalam bagian ini. Semua akan masuk Kerajaan Sorga sebagai orang yang tidak layak, tidak layak tetapi dibenarkan karena kemurahan Allah. Maka kita perlu mengingat bahwa ketaatan dengan pertolongan dari Roh Allah, meskipun tentu disertai dengan masalah dan pergumulan hidup. 

Matius 24 : 36 – 44

Tuhan Yesus secara tegas menyatakan bahwa kedatangan-Nya untuk menjemput orang kudus sebelum masa kesengsaraan besar akan terjadi pada saat yang tidak terduga dan tanpa diberitahu dahulu. Yesus menyatakan bahwa bukan saja mereka “tidak tahu” saatnya, tetapi bahwa Ia akan datang “pada saat yang tidak kamu duga” (ayat 44). Hal ini dengan jelas menunjuk pada unsur keterkejutan, keterheranan, dan ketidakterdugaan bagi orang percaya dalam kedatangan Tuhan Yesus ini. Peristiwa ini kadang-kadang disebut sebagai tahap pertama dari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Mengenai kedatangan Tuhan Yesus dengan kuasa dan kemuliaan untuk menghakimi dunia setelah masa kesengsaraan besar (lihat Matius 24:30 dan Wahyu 19:11-21). Bandingkan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang dapat dikenali dari tanda-tanda tanaman yang bertunas (Lukas 21:28). Peristiwa dan tanda yang terjadi semasa kesengsaraan besar ini akan semakin menimbulkan kesungguhan dan kesetiaan akan penantian orang kudus pada masa kesengsaraan besar, di mana mereka tidak menjadi terkejut sebagaimana halnya dengan orang kudus zaman gereja perdana.

Benang Merah Tiga Bacaan

Kesiapsediaan dan sikap waspada menjadi pokok ketiga bacaan ini, berjalan di jalan terang dan melakukan perbuatan terang serta bersiap menyambut Tuhan adalah keharusan setiap umat Tuhan. Tidak ada yang mengecewakan jika kita selalu bersiap serta tetap setia kepada Tuhan Yesus saat menyambut apa pun yang datang dalam hidup ini.

 

RANCANGAN KHOTBAH:  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan. Silakan dikembangkan sendiri sesuai dengan konteks jemaat) 

Pendahuluan

Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Dalam setiap peristiwa kesiapsiagaan merupakan hal penting, ujian, bencana, menjadi keluarga, sampai pelayanan dalam gereja. Tanpa persiapan dan bekal yang cukup maka tidak akan mudah menghadapi keadaan yang terjadi, apalagi yang tidak bisa diduga. Bukan tanpa sebab di perumahan-perumahan kini dilengkapi dengan pos penjagaan di mana ada petugas sekuriti yang siap 24 jam. Perumahan seperti ini sangat diminati karena para penghuninya merasa aman juga nyaman terlindung. Harga perumahan dengan pengamanan bahkan menggunakan teknologi CCTV (kamera pemantau) menjadi lebih mahal daripada yang tidak menggunakan pengaman sama sekali. Demikian gedung perkantoran, pertokoan dan pasar modern pasti menggunakan kamera pengintai untuk kewaspadaan dan pastinya aparat sekuriti yang handal. Bahkan kini gereja-gereja juga menggunakan perangkat kewaspadaan ini untuk kenyamanan dan keamanan organisasi keagamaan ini.

Isi

Tidak hanya hal-hal duniawi yang memerlukan kewaspadaan, hal beriman dan dalam konteks kehidupan masa kini juga memerlukannya. Ada tantangan yang harus dihadapi dengan bekal yang cukup serta kewaspadaan yang tinggi. Gaya hidup yang berubah karena pesatnya teknologi informasi membuat orang harus membekali diri untuk mengantisipasinya. Jika dulu kita mencukupkan diri dengan perangkat handphone  sederhana yang hanya bisa dipakai menelpon dan sms, maka kini hal itu tidak cukup lagi. Komunikasi tak cukup hanya suara, namun gambar bahkan video bergerak yang memerlukan perangkat lebih canggih. Belum lagi perkembangan teknologi media sosial seperti Whatspp, Instagram, Twitter, Telegram yang haus data. Kini pembicaraan mengenai pulsa sudah berkembang menjadi kuota data, jalur wifi, dan internet cepat generasi bahkan sudah 5G. Sudah jamak jika hampir semua gereja bahkan di pelosok desa menggunakan wifi dan email untuk sarana komunikasi surat menyurat. Selain efisien, murah, juga sangat cepat informasi digulirkan melalui teknologi baru ini. Siapapun yang tidak bersiap mengikutinya akan sangat-sangat tertinggal. Rupanya GKJW sendiri cukup sigap menghadapi perkembangan ini. Rasanya tidak ada pendeta GKJW yang tidak menggunakan smartphone sekarang, selain harganya terus turun, pilihannya juga beragam. Menariknya kini jarang sekali orang yang menghubungi melalui telepon biasa, hampir selalu kita membuka WhatsApp setiap hari untuk melihat pesan atau bahkan bertelepon.

Kenyataan kini agak susah melarang orang untuk membawa perangkat seluler atau smartphone ke dalam gereja, bahkan saat kebaktian. Yang ada hanyalah himbauan untuk mematikan mode suara menjadi getar agar suasana kebaktian menjadi nyaman. Hal membawa Alkitab dan buku nyanyian yang dulu juga disediakan gereja di bangku ibadah mungkin tak diperlukan lagi. Hape pintar sudah menyediakan semua melalui satu perangkat dengan aplikasi Alkitab digital, juga kidung jemaat digital. Ringan, tidak ribet membawa banyak buku, dan mudah. Selain itu gereja yang tidak menggunakan LCD Projektor akan sangat ketinggalan zaman. Beribadah di zaman now, perangkat tersebut wajib ada, jika tidak maka harus siap kita ketinggalan atau bahkan ditinggalkan oleh teknologi itu.  Pun perilaku orang dengan kemajuan teknologi menjadi berubah pula, anak-anak, juga orang tua jika sudah membawa smartphone, mereka menjadi terpaku dengan handphone dengan membaca media sosial daripada bersosialisasi dengan kanan dan kirinya, bahkan saat ibadah berlangsung. Ini tantangan kita semuanya sebagai pelayan gereja namun juga sebagai generasi milenial untuk membuktikan bahwa teknologi bisa berguna dan tidak harus dipandang negatif.

Panggilan kepada gereja dalam arti orang yang percaya kepada Tuhan Yesus kini senada dengan panggilan bagi umat Israel di zaman Yesaya yakni menjadi berkat melalui anak zamannya. Hubungan perdagangan yang baik juga membawa kebaikan selain keburukan. Rasa ego yang tinggi memang membawa ekses negatif seperti menjadi tuan tanah, orang yang bermodal, namun juga bisa menjadi pembawa berkat untuk membantu sesama. Penguasaan diri akan menggenapkan hukum Taurat, sebagaimana disebutkan rasul Paulus bahwa penggenapannya adalah kasih sebagaimana Tuhan Yesus lakukan. Memberi diri untuk orang yang bukan dirinya, semangat altruisme perlu menjadi identitas orang percaya, bukan sekedar gaya hidup yang bisa berubah seiring berjalannya waktu dan zaman.

KedatanganNya yang kedua tak ada yang bisa memprediksi, bahkan Tuhan Yesus sendiri mengungkap demikian di Matius 24:36. Mungkin kita tidak peduli dengan kapan dan waktunya Tuhan datang karena sangat lama Tuhan Yesus dinantikan dan tak pernah datang-datang. Namun bagi orang percaya, kesiapan untuk menyambut Tuhan jauh lebih penting daripada keraguan tentang kapan datangnya.  Sehingga kapan pun Tuhan Yesus datang kita sudah waspada dan bersiap. Tak ada yang bisa mengalahkan orang yang bersiap siaga, sebagaimana tersurat di Matius 25: 1-14 tentang perumpamaan 5 orang perempuan yang bijak dengan membawa bekal minyak saat tuan rumah datang. Tak heran kalau yang 5 perempuan yang telah menghabiskan minyak tidak masuk dalam pesta perjamuan bersama sang Tuan karena ketidaksiapannya. 

Relevansi:

Perjamuan kudus adven ini menjadi penguatan bagi kita semua untuk tak hanya berikrar kembali mengikut Tuhan Yesus, namun bersiap siaga menyambutNya dan menjagai iman setiap waktu tanpa takut dan enggan. Perjamuan kudus ini mengingatkan kebersamaan sebagai gereja Tuhan yang menyatukan hati untuk selalu memuliakan Tuhan. Kita mengenangkan bersatunya GKJW saat 11 Desember secara bersama kita rayakan sebagai HUT GKJW. Pertanyaan yang harus selalu kita jawab dalam hati kita adalah : Apakah kita slalu bersiap sedia menjagai kebersamaan GKJW untuk menantikan dan memuliakan Tuhan Yesus ataukah menggunakan kesempatan dalam GKJW  untuk untuk kepentingan diri kita sendiri ?

Ingatlah bahwa memuliakan Tuhan itu berarti hidup yang waspada pada apa yang ditawarkan dunia. Kitalah yang harus lebih cepat dan menyeret zaman ini dengan kekuatan identias kasih kita. Sehingga bukan kita yang terseret zaman yang penuh dengan hoax, banjirnya informasi, budaya instan gampang dan tanpa proses. Teknologi harusnya membangun karakter menjadi lebih baik dengan kemudahannya, bukan merubah budaya budi pekerti menjadi generasi tak peduli, acuh-tak acuh dan mendewakan teknologi. Mari wujudkan sesanti GKJW menjadi identitas milenial kita bahwa kedatangan Tuhan Yesus saat natal membawa kepedulian bersama. Dia peduli datang untuk membawa harapan akan penerimaan Tuhan melalui penebusan dosa kita. Mereka yang percaya dan menyerahkan hidup untuk ditebus dosanya berarti bertanggung jawab untuk melakukan kehidupan yang peduli, yang mengoreksi peradaban dan ikut perjuangan perdamaian, serta cinta kasih karena itulah penggenapan atas kebenaran Kristus.

Penutup

Kesiapsiagaan kita adalah bekal bagi orang percaya untuk menjagai keselamatan juga bukti atas iman kita dalam kehidupan. Kita semua adalah ciptaan baru karena iman kepada Tuhan Yesus, tak hanya menjagai identitas sebagai milik Tuhan Yesus. Itu belum cukup, karena kita masih harus belajar menjadi ciptaan baru yang bertanggung jawab atas indahnya hidup, bersatunya persekutuan dan yang lebih penting dari itu semua belajar membuktikan kasih sebagaimana Tuhan Yesus telah turun ke dunia karena kasihNya untuk kita semua. Amin. (LUV)

Pujian :  KJ. 440

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Para sedherek ingkang dipuntresnani Gusti Yesus Kristus,

Wonten ing sadengah kawontenan waspada menika penting, nalika ujian, mbangun balegriya lan ing bencana alam, ngantos dumugi paladosan ing greja. Tanpa sangu ingkang cekap kangge ngawekani kawontenan ingkang lumampah menika mboten gampil anggen kita ngadhepi. Mila mboten aneh menawi ing perumahan-perumahan sakmangke dipunparingi pos satpam ingkang jagi 24 jam lan ugi alat CCTV kangge ningali kawontenan sakiwa tengen. Perumahan mekaten sakmangke dipun remeni krana ingkang manggen rumaos aman lan sekeca, mila reginipun ugi langkung awis tinimbang ingkang mboten ngangge fasilitas menika. Lah ugi mekaten ing toko ageng, ing pertokoan modern, kantor-kantor malah greja-greja ugi dipunparingi fasilitas satpam lan kamera pengawas supados sageta waspada tumrap menapa kemawon kawontenan ingkang badhe dipun adhepi.

Isi

Mboten namung prekawis kadonyan kemawon ingkang merlokaken laku siyaga lan waspada, prekawis keimanan ing gesang menika ugi penting. Tantangan ingkang dipunadhepi perlu sangu lan samaptaning kita sedaya kangge ngawekani menika. Pakarti ingkang ewah gingsir krana teknologi informasi njalari kita sedaya ugi sumadya ngawekani lelampahan menika. Menawi rumiyin kita cekap ngangge handphone ingkang saget nelpon lan sms, sakmangke mboten cekap malih. Krana sakmangke komunikasi mboten namung menika, nanging ugi gambar, video, dalasan ugi serat elektronik ingkang langkung cepet nanging kedah ngangge piranti ingkang langkung canggih. Smartphone mboten aneh malih, sakmangke tumbas pulsa telpun mbokmenawi taksih, nanging ingkang baku malah pulsa lan kuota data ugi wifi. Malah-malah ing greja padusunan ugi sampun ndamel fasilitas wifi utawi internet ingkang cepet, istilah jaringan 5G malah sampun ugi kepireng. Lan menawi kita pirsani meh sedaya panditaning pasamuan ing GKJW ugi sampun ngagem perangkat canggih ingkang reginipun saya mandhap lan kathah pilihanipun. Ingkang menarik sakmangke kita awis-awis ningali tiyang ingkang wawanwicara ngangge telpun biasa, ingkang kathah ningali smartphone klayan WhatApps ing saben wekdal, rina lan wengi.

Kanyatan bilih sakmangke radi susah damel larangan mbeta handphone dhateng Greja, krana handphone pinter menika sampun dados rencang damel. Ingkang saged namung ngaturi himbauan supados ngangge mode diam utawi getar  temahan mboten ngganggu ing salebeting ibadah. Mekaten ugi mbeta Alkitab lan buku kidung mbokmenawi mboten perlu malih, kados ingkang limrahipun kasiapaken ing bangku greja. Krana sedaya sampun kalebetaken ing hape pinter menika klayan aplikasi Alkitab elektronik, kidung elektronik. Mboten ribet lan gampil sarta enteng mboten perlu mbeta tas ingkang ageng. Wontenipun LCD Projektor saya ndadosaken sekeca menawi badhe ndherek ibadah, tulisanipun ageng, lan malah saged ningali filem kangge ilustrasi paladosan.  Greja zaman now menika dados kabetahan kangge generasi milenial kalebet kita. Menawi mboten samapta inggih ketinggalan zaman.

Mboten cekap mekaten, prilaku gesang ugi kathah ewah-ewahan krana majuning teknologi. Saking anak-anak, ngantos dumugi diwasa ingkang sampun karem ing handpone pinter menawi pinanggih lenggah kebaktian langsung mirsani hape, mboten maelu sakiwa tengenipun, malah-malah ing satengahing ibadah ugi urip piyambak klayan media sosial lan pawartos kabingahan ing hape kesayangan menika. Menika tantangan kita sedaya.

Timbalan kita minangka tiyang pitados Gusti Yesus utawi greja menika sami klayan panggilan bangsa Israel ing zaman Yesaya. Inggih menika dados berkah lumantar kawontenan ing zamanipun. Sekecanipun hubungan ekonomi ingkang njalari kemakmuranipun bangsa Israel klayan bangsa ngasanes kaataga dados kabingahan ing rakyat sedaya. Senaosa pancen wonten ingkang kumalungkung dados tuan tanah, lan pemilik modal ingkang nindhes sesami, nanging menika saged ugi dados wewengan sae tumraping wujuding patunggilan ingkang endah lan mbantu sesami. Rasul Paul malah ngengetaken bilih menika dados buktining kita nyampurnakaken lumampahing Toret, inggih menika nelakaken katresnan. Kados dene Gusti Yesus ingkang sampun rawuh ing donya mboten namung gesang kagem Piyambakipun, nanging manungsa ingkang dosa. Panjenenganipun gesang kanthi semangat altruisme, mboten kangge diri pribadinipun, ananging kangge tiyang sanes. Menika sanes gaya hidup ingkang saged ewah gingsir, nanging identitas kita sedaya minangka pendherekipun Gusti Yesus.

Rawuhipun Gusti Yesus ingkang kapindho pancen mboten wonten ingkang saget ngramal utawi ngetang, malah Gusti Yesus piyambak ugi mboten (Matius 24:36). Mbokmenawi kita mboten peduli tumrap menika, krana sampun dangu Gusti Yesus dipuntengga-tengga nanging dereng rawuh.  Tumraping para pitados, samaptaning anggenipun nampi rawuhipun Gusti langkung penting katimbang raos mangu-mangu kapan rawuhiPun. Temahan kapan wekdalipun Gusti rawuh sampun sumadya lan waspada. Mboten wonten ingkang ngawonaken tiyang ingkang siap lan waspada, kados dene ugi sinerat ing Matius 25:1-14, ingkang nelakaken pasemon bab 5 wanodya ingkang wicaksana lan sumadya, mbeta sangu lenga kangge oncor lan 5 wanodya ingkang nelasaken lenga menika. Namung ingkang siap lan mboten nelasaken lenga ingkang ndherek Gusti wonten ing kabingahan pesta lan nilar ingkang 5 krana mboten siap samudayanipun.

Relevansi:

Pambujanan adven menika dados kekiyatan tumrap kita ingkang mboten namun sumadya ndherek Gusti Yesus, nanging ugi sumadya mapag rawuhipun kanthi njagi kapitadosan saben wedal kanthi tulus. Pambujanan menika ugi ngengetaken kita tumrap lampahing greja sesarengan tanggal 11 Desember ingkang kita pengeti minangka HUT GKJW. Pitakenan ingkang taksih wonten ing manah kita inggih menika : Menapa kula lan penjenengan sampun cumadhang siyaga njagi patunggilan ing GKJW mapag rawuhipun Gusti sarta dados kamulyaniPun? Utawi : Ngginakaken wewengan ing GKJW kangge kamulyan kita piyambak?

Mugi dados pangenget bilih mulyakaken Gusti menika ngemu teges gesang ingkang tansah waspada tumrap menapa ingkang dipuniming-imingi kadonyan. Kita ingkang kaatag langkung cepet lan nyeret menapa ing zaman menika kanthi ngendelakan semangat katresnan. Identitas menika ingkang damel kita gadhah karakter kados dene Gusti Yesus ingkang gesang kagem manungsa, ing budaya mboten peduli lan ngunggulaken teknologi kita cumadhang lan sedya damel kabingahan lumantar teknologi.  Monggo kita damel sesanti GKJW manunggil lan nyawiji ing semangat milenial, mapag rawuhipun Gusti ing natal menika kanthi semangat enggal. Inggih menika perduli, ngoreksi budaya zaman ingkang sarwo cepet lan instan menika, ugi ndherek ing perjuangan mujudaken perdamaian ugi nelakaken katresnan sejati minangka kasampurnaning piwulangipun Gusti Yesus.

Panutup

Samaptaning kita minangka sanguning para pitados njagi kaslametan ugi buktining iman kita wonten ing gesang. Kita sedaya minangka makhluk ingkang anyar sajroning pitados Gusti Yesus Kristus. Tetapa njagi dados kagunganipun Gusti Yesus ing saranduning gesang menika. Estu pancen dereng cekap krana minangka ciptaan enggal kita kaparingan tanggel jawab murih endahing gesaang, manunggiling patunggilan lan kalangkung saking menika, sinau mbuktekaken katresnan kados dene Gusti Yesus sampun tumedhak ing jagad krana katresnaniPun kangge kita sedaya. Amin. (LUV)

Pamuji  :  KPJ. 379

Renungan Harian

Renungan Harian Anak