Didalam Allah, Untuk Allah, dan Bersama Allah Khotbah Minggu 7 Oktober 2018

24 September 2018

Perjamuan Kudus Ekumene / Minggu Biasa
Stola Putih

 

 

Bacaan 1         : Ayub 2:1-13
Bacaan 2         : Ibrani 1:1-4
Bacaan 3         : Markus 10:1-16

 

Tema Liturgis  : Disekutukan dalam Kristus
Tema Khotbah: Di dalam Allah, untuk Allah dan bersama Allah

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Ayub 2:1-13

Iblis mencobai Ayub kembali. Sebenarnya Allah telah menjelaskan kepada Iblis bahwa Ayub itu setia pada Allah walaupun menderita, namun Iblis tetap ingin mencobainya.Iblis membuat Ayub menderita sakit kulit yang parah. Kesengsaraan Ayub tergambar dalam keadaannya yang duduk di atas abu.

Ayub bertahan dalam kesengsaraannya. Istrinya menasehati Ayub agar mengutuk Allah yang tidak membatu Ayub dalam kesengsaraannya. Istrinya setuju kalau Ayub mati saja.

Ayub menduga bahwa sakitnya itu datang dari Allah, padahal dari Iblis. Namun dalam pengertian seperti itupun, Ayub menganggap Allah itu adil.

Para sahabat Ayub datang untuk menghibur. Namun ketika melihat keadaan Ayub, mereka tidak mampu berkata apapun. Bagi mereka penderitaan Ayub itu terlampau mengerikan.

Dalam diam para sahabat itu mendampingi Ayub seminggu lamanya.

 

Ibrani 1:1-4

Dahulu Allah berbicara kepada manusia melalui nabi, misalnya di Keluaran 3; I Raja raja 19:12; Yesaya 6:1-8.

Akhirnya Allah berbicara kepada manusia langsung dalam diri Yesus Kristus, melalui hidup-kata-dan perbuatanNya.

Malaikat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman orang Ibrani. Namun mereka tidak bisa berbicara tentang firman Allah seperti yang Yesus lakukan. Yesus bahkan bisa menebus manusia dari dosa.

 

Markus 10:1-16

Dalam praktek perkawinan, perceraian itu bisa terjadi sesuai hukum yang diberikan Musa. Bagi Yesus itu bukan tujuan perkawinan, karena tujuan perkawinan adalah menjadi satu daging (bukan lagi dua). Apa yang disatukan Allah (perkawinan), tidak boleh diceriaikan oleh manusia.

Dalam masyarakat tertentu, kedudukan anak tidak sepenting kedudukan orang dewasa. Murid murid Yesus juga menganggap anak anak itu tidak layak datang kepada Yesus, sebagaimana orang dewasa. Yesus menentang anggapan itu. Bahkan Yesus mengatakan bahwa sifat tulus seorang anak patut menjadi contoh orang dewasa dalam menghadap kepada Tuhannya. Bagi Tuhan, anak dan dewasa sama pentingnya. Tuhan memberkati anak anak.

 

Benang Merah Ketiga Bacaan

Cinta bersekutu itu menghapuskan segala kendala perbedaan apapun yang ada.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan. Sila dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Kisah Ayub adalah cerita tentang keunggulan cinta Allah dan cinta Ayub mengalahkan semangat jahat Iblis yang ingin menghancurkan hubungan keduanya. KIsah ini sangat terkenal karena menggambarkan bagaimana Iblis habis-habisan mengerahkan segala akal kecurangannya untuk menghancurkan hidup Ayub dalam segala seginya.

Allah dalam kasih dan kebenaranNya terus menyatukan seluruh ciptaanNya dalam keselarasan yang berkembang tinggi, sementara akal jahat berusaha merusak keutuhan itu.

Isi

Kisah Ayub adalah kisah yang terkenal, karena kehebatan iman Ayub. Dari Kayaraya sampai miskin, penyakitan, ditinggal keluarga, dicaci sesama, namun tetap bertahan sampai bangkit kembali. Adakah orang sehebat itu dalam keseharian kita ?  Atau itu hanya dongeng untuk menghibur kita dikala kita sedang susah dan menderita? Iman Ayub terlalu tinggi ukurannya untuk kita semua ?

Tidak patut kita menduga seperti itu karena kehebatan karya Tuhan itu bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja? Kalau disaat tertentu Yesus heran menemui iman seseorang yang seakan diluar dugaanNya, herankah kita ? Keheranan kita menunjukkan batas dimana kita telah sampai di akhir dugaan kita.

Bacaan kedua kita membuka wawasan bahwa di suatu masa – pada akhirnya – Allah bekerja sendiri tanpa perantara untuk menyelamat manusia. Kemustahilan manusia menyelamatkan dirinya sendiri dimungkinkan oleh kehadiran Yesus yang manunggal dengan manusia percaya.

Sistem kerjasama baru ini bisa diistilahkan bahwa Allah berkenan untuk BEKERJA DI DALAM  MANUSIA , UNTUK MANUSIA DAN BERSAMA MANUSIA.

Dalam kebersamaan dengan Allah ini manusia akan memandang hukum Allah bukan sebagai beban yang diberikan Allah kepada manusia, melainkan sebagai minimal anugerah yang perlu dikembangkan lebih baik lagi.

Penutup

Pertanyaan, apakah seseorang boleh menceraikan istrinya, menunjukkan bahwa hukum perkawinan itu menjadi beban. DI DALAM TUHAN,  UNTUK TUHAN DAN BERSAMA TUHAN, Perkawinan itu adalah minimal anugerah yang perlu dikembangkan lebih mulia lagi.

Pembedaan manusia atas dasar umur (atau latar belakang lain), anak dan dewasa menggambarkan bahwa keadilan itu menjadi beban. DI DALAM TUHAN, UNTUK TUHAN DAN BERSAMA TUHAN Keadilan itu adalah awal dari kemulian manusia yang tak terhingga.

Nyanyian: KJ 16

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Cariyos bab Ayub punika cariyos bab kasetyanipun Allah lan kasetyanipun Ayub ingkang mimpang ngatasi rancanganipun Iblis ingkang badhe ngrisak sesambetanipun Allah lan Ayub. Iblis ngetog karosan ndadosaken kasangsaranipun Ayub, ingkang ing wiwitan sugih ngatos dhawah mlarat, penyakitan lan katilar dening brayatipun. Nanging Ayub tetep setya dhumateng Allahipun.

Allah paring sangu iman kapitadosan dhumateng manungsa kangge gesangipun, nanging akal jahat tansah dados panggoda ingkang badhe ngrisak gesasng kita.

Isi

Punapa wonten tiyang ingkang imanipun kados Ayub ing cariyos punika? Punapa wonten tiyang ingkang kecalan sedaya gadhahanipun, banda, kesarasan, brayat lan sadherek, nanging taksih setya dhumateng Gustinipun? Cariyos bab Ayub punika punapa namung hiburan kangge kita ingkang saweg sedih ing warni warni perkawis?

Mboten patut kita nggadhahi anggitan ingkang kados makaten. Pakaryanipun Allah punika ngungkuli sedaya akal lan angen angen kita. Punapa kita kesupen bilih Yesus nate manggihi tiyang ingkang iman kapitadosanipun ngeramaken. Menawi Yesus kemawon rumaos eram, kados pundi punika nalaripun?

Ing wiwitan Gusti Allah pancen paring dhawuh dhumateng manungsa lantaran para nabi. Ananging wonten wekdalipun Allah lajeng rawuh piyambak lan makarya langsung kangge manungsa wonten ing pribadinipun Yesus Kristus.

Wekdal punika saged kawastanan Allah  makarya ing antawisipun manungsa, kangge manungsa lan sesarengan kaliyan manungsa. Ing kawontenan ingkang makaten, angger anggeripun Allah punika mboten dados sesanggen kangge kita malah dados berkah kamulyaning manungsa.

Panutup

Pitakenan, punapa tiyang dipun kengingaken megat semahipun, punika mratelakaken bilih nagger anggeripun Allah bab sesemahan katampi minangka sesanggen. Sesarengan kaliyan Gusti Allah, kagem Gusti Allah, ing dalem asmanipunAllah, gesang sesemahan punika berkah ingkang nuju dhateng kamulyaning manungsa.

Sipat adil, mboten nggolong nggolongaken manungsa adhedasar umur (anak- dewasa), lan sanes sanesipun, punika wiwitaning manungsa nggayuh samukawis ingkang elok ing gesangipun.

Kidung: KPJ. 96

Renungan Harian

Renungan Harian Anak